Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Demenyar

Oleh : Milati Masruroh Menulis setiap hari untuk menjaga komitmen. Setiap saat harus mencari ide sampai lubang semut. Apa pun yang dirasakan dan dialami bisa saja menjadi ide untuk menulis. Mengajak teman-teman untuk ikut pelatihan menulis itu tidak mudah. Hanya butuh kesadaran diri dari hati nurani. Kalau hanya karena ikut-ikutan biasanya hanya sesaat. Istilahnya demenyar, hanya semangat di awal saja. Habis itu, akan kembali ke semula tanpa beban. Kepala Sekolah yang memotivasi para guru dan mendukung kegiatan  guru, apalagi yang menunjang kenaikan pangkatnya hanya didengarkan satu dua guru saja. Yang lain seperti air yang mengalir, lewat saja tanpa ada respon. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan.  Hasil karya yang dishare Kepala Sekolah sebagai upaya untuk memotivasi guru, sepertinya tidak pengaruh. Para guru hanya berbasa basi untuk sekedar memuji. Habis itu, para guru lupa lagi.  Bagaimana mau menerbitkan buku, untuk motivasi menulis apalagi mengikuti pelatihan saja hanya omdo

Mensyukuri Dengan Menikmati

Oleh : Milati Masruroh Menjalani hidup penuh dengan rasa syukur itu lebih nyaman. Pantang mengeluh apapun kondisinya. Tapi apa bisa gak mengeluh?Manusiawi kalau sering lupa mensyukuri. Banyak yang berdalih bukannya mengeluh tapi sekedar cerita biar gak pusing. Beda tipis antara mengeluh dengan sekedar cerita.  Pernah baca status teman di whatsapp dan selalu tersenyum sendiri kalau mengingatnya. Status sederhana yang tulisannya "Dulu saat masih pakai sepeda, orang lain sudah pakai sepeda motor. Dengan bersusah payah mengumpulkan uang demi bisa membeli sepeda motor. Setelah uang terkumpul untuk membeli sepeda motor, orang lain membeli mobil. Akhirnya, mengumpulkan uang lagi biar bisa beli mobil. Setelah uang cukup untuk membeli mobil, orang lain kok malah beli sepeda lagi. Gimana sih? Musim gowes dan gowes, semua orang berlomba-lomba membeli sepeda sampai harganya lebih mahal dari sepeda motor. Kembali ke diri sendiri saja, kalau memang penting ya dibeli. Kalau tidak penting, ya cuk

Blog Yang Terabaikan

Oleh : Milati Masruroh Menulis apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilihat. Bagi penulis pemula, memiliki sebuah blog itu merupakan kebanggaan tersendiri. Perjuangannya membuat blog yang tidak mudah di tengah keterbatasan pengetahuan IT.  Blog yang menjadi wadah untuk menampung tulisan-tulisan sederhana sudah lama tak ditengok. Sangat disayangkan dan penuh dengan penyesalan. Sok sibuk selalu menjadi alasan utama untuk menutupi rasa malas dan sungkan.  Sok sibuk memang alasan yang paling mudah. Padahal faktanya, banyak waktu yang terbuang percuma di saat-saat WFH. Leyeh-leyeh dan selalu menunda-nunda pekerjaan. Entahlah, di sisi lain faktor kejenuhan ikut berperan dalam menghambat menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam sehari.  Begitu sulitnya menghilangkan kebiasaan menyelesaikan pekerjaan di saat mendekati waktu-waktu deadline. Seolah-olah, pikiran ini hanya bisa diajak berpikir dan bekerja di saat-saat kritis. Ada istilah SKS atau sistem kebut semalam. Semang

Terbitnya Buku Perdana

Oleh : Milati Masruroh Mengikuti pelatihan menulis selama hampir dua bulan benar-benar penuh warna. Tiga pertemuan dalam seminggu yang waktunya jam 7 sampai jam 9 malam.  Berbarengan dengan pelatihan PTK yang tugasnya seminggu sekali harus diupload. Kedua pelatihan yang secara online itu berusaha diikuti dengan penuh tanggung jawab. Meskipun aslinya, dikejar-kejar waktu untuk mengumpulkan tugas. Sudah lama ada keinginan untuk menghasilkan karya sebuah buku. Tapi, ketidaktahuan cara menerbitkan buku memadamkan semangat yang sempat membara. Tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan yang sudah jadi komitmen. Melalui pelatihan menulis mulai memahami cara menerbitkan sebuah buku yang tidak sesulit saat dibayangkan. Hasil tulisan yang masih sederhana memang belum pantas untuk dibukukan. Maklumlah masih menjadi penulis pemula yang harus lebih giat lagi untuk belajar menulis.  Tugas meresume materi para nara sumber yang sedikit diolah sendiri cukup membantu dalam memahami materi

Diam Itu Emas

Oleh : Milati Masruroh Tersandung dengan sebuah masalah bisa saja mengubah sikap seseorang sampai 180 derajat. Dari yang banyak bicara menjadi pendiam, dari yang ceria menjadi kalem, dari yang senangnya bergaul menjadi penyendiri. Setiap orang pasti punya masalah dengan orang lain. Katanya sebagai proses pendewasaan diri. Saat harus menjaga sikap, saat harus menahan sabar, dan juga saat harus mengambil keputusan di saat-saat genting. Menjadi orang yang ceria dan mudah bergaul di satu sisi memiliki banyak teman dari semua kalangan. Maksudnya tidak memandang umur ataupun yang lain. Semuanya oke-oke saja.  Di sisi lain terkadang sering lupa dengan becanda yang kebablasan, tanpa menyadari sudah menyakiti perasaan orang lain. Orang dengan tipe seperti itu biasanya juga tidak mudah marah ataupun dendam. Karena apa yang dilakukan mengalir begitu saja tanpa dipikir dulu. Bagi sebagian orang, tentunya tidaklah baik. Bagaimanapun menjaga perasaan orang itu hukumnya wajib. Tidak ada kata tapi-tap

Dilanda Kejenuhan

Oleh : Milati Masruroh Hampir dua bulan mamas berada di pondok.  Sudah pernah menjenguk sekali dan hanya dua jam saja waktu yang diijinkan untuk saling melepas rindu. Bertambahnya jumlah penderita covid 19, semakin memperketat lagi jadwal kunjung. Untuk sementara tidak diijinkan lagi untuk bertemu. Sampai kapan covid ini berakhir.  Para orang tua pun sudah jenuh tingkat dewa saat harus membimbing anak-anaknya mengerjakan tugas dari guru. Apalagi kurikulum yang sekarang, buat anak-anak yang di desa sepertinya kurang tepat. Banyak yang mengunggah di facebook, kemarahan sang ibu yang mengajari anaknya menghafal pancasila. Sampai sapu lantai pun diambilnya untuk memukul sang anak yang tak kunjung hafal.  Orang tua pikir, gurunya enak hanya ngasih tugas dan siswa mengumpulkan. Padahal, kalau mau cerita bisa menjadikan satu karya  buku yang berisi keluh kesah seorang guru di masa pandemi.  Menyiapkan materi, menyiapkan tugas, mengecek tugas, dan harus mengoreksinya pula. Mengoreksi langsung

Guru Produktif TKRO

Oleh : Milati Masruroh Menjadi guru multitalenta itu kata para alumni. Maksudnya dari beberapa angkatan pernah diajar tapi dengan mata pelajaran yang berbeda. Menjadi sarjana pendidikan kimia tentunya hanya bisa menjadi guru di tingkat SMA. Tetapi, jam kimia yang terbatas hanya membutuhkan paling tidak dua guru di sebuah sekolah. Padahal lulusan pendidikan kimia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Ditambah lagi banyak sarjana kimia yang dari murni pun banting setir menjadi guru.  Setiap kali ada pendaftaran CPNS pasti ketemu dengan orang-orang yang sama. Seperti reunian guru-guru kimia. Karena kuota penerimaan CPNS paling hanya dua, itu pun hanya di kabupaten tertentu.  Banyak sarjana pendidikan kimia yang mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Mengajar matematika dan mata pelajaran lain. Untungnya, untuk matematika menjadi dasar dari kimia. Sehingga tidak banyak mengalami kesulitan saat mengajar. Mungkin beda jika sarjana matematika disuruh mengajar kimia. Sudah pasti akan menolak

Guru Positif Covid

Oleh : Milati Masruroh Seharian diguyur hujan rasanya adem. Dinginnya menusuk tulang. Suasana yang belum kondusif untuk sekedar melepas penat. Biasanya saat lelah melanda, bukannya tidur seharian yang bisa mengobati tapi jalan-jalan bersama keluarga cukup menjernihkan pikiran kembali.  Rasanya wajar saat ini, kekhawatiran melanda setiap orang. Sering diadakannya rapid test justru semakin banyak orang yang diketahui positif. Sekolah yang baru saja tatap muka akhirnya harus daring lagi. Bahkan sudah ada surat resmi tidak boleh ada kegiatan apa pun meskipun sudah memenuhi protokol kesehatan. Salah satu teman di sekolah yang masih satu kecamatan dinyatakan positif terkena covid. Sudah pasti terkejut. Menurut info yang didapatkan, orang tuanya yang memang sudah sepuh dan punya penyakit bawaan positif terkena covid. Selain itu juga dari adiknya yang berjualan di pasar. Di sekolah tempatnya mengajar memang diwajibkan untuk berangkat setiap hari. Padahal pembelajarannya daring. Semua guru pun

Nasi Goreng Spesial

Oleh : Milati Masruroh Setiap orang pasti punya makanan kesukaan. Ada yang suka nasi goreng, soto, sea food, dan masih banyak makanan lainnya. Bagi seorang ibu sudah pasti tahu seleranya anak-anak. Memasak makanan apapun meskipun rasanya ngalor ngidul, tetap saja istimewa buat anak-anak. Karena memasaknya dengan hati dan penuh kasih sayang. Seperti dodil paling suka nasi goreng, tapi nasi gorengnya ibu. Beda dengan yang lainnya, nasi goreng spesial dodil ini tidak memakai bumbu bawang merah, bawang putih, dan cabe. Cukup nasi yang dicampur telur, garam, dan kecap.  Buat orang lain, nasi goreng dodil ini pasti gak enak. Tapi, faktanya dodil bisa menghabiskan satu piring nasi goreng tanpa sisa. Nasi goreng yang ngirit bumbu.  Beda lagi nasi goreng spesial untuk mamas, nasi gorengnya ditambah  bumbu seperti bawang merah, bawang putih, lada, dan juga tomat. Tak lupa pakai garam halus sedikit. Meskipun bumbu-bumbunya cuma diiris, tapi lumayan mengisi perut mamas yang lapar. Keduanya memilik

Pembubaran Turnamen Bola Voly

Oleh : Milati Masruroh Bola voly yang menjadi hoby olah raga pak Su sudah tidak bisa diganggu. Apa pun alasannya, setiap hari akan menyempatkan waktu untuk latihan di sore hari. Umur memang sudah kepala 4, tapi bersama teman-temannya masih saja semangat untuk latihan.  Saat ada turnamen bola voly dengan hadiah 5 juta ataupun hanya seekor kambing , dari berbagai daerah akan ikut berpartisipasi mengikuti turnamen. Bahkan jumlah pesertanya 30 sampai 42 tim di setiap lomba.  Event bergengsi juga kerap diadakan dengan hadiah sampai puluhan juta rupiah, dengan mengebon para pemain pro liga yang biayanya tidak tanggung-tanggung sampai 30 juta bahkan lebih. Jika ngebon pemain asing, biayanya sampai 15 juta per pemain. Bagi orang yang hoby, uang sebanyak itu tidak dipedulikan. Yang penting bisa mendatangkan pemain-pemain yang memang sudah menjadi idola karena kehebatannya bermain.  Di masa pandemi, sepertinya tidak mengurangi keinginan untuk mengadakan turnamen bola voly. Karena sebelumnya di b

Masih Sebatas Angan

Oleh : Milla Efendy Menjaga komitmen itu ternyata lebih berat dibanding saat mengucapkan janji. Menulis setiap hari untuk mengasah keterampilan dalam rangka mencari jati diri sebagai seorang penulis. Waktunya masih sangat panjang untuk menemukannya.  Menggapai impian menjadi penulis profesional masih sebatas di angan-angan. Tapi, ada yang bilang kalau di hati sudah nggrentes biasanya akan terwujud. Entah kapan waktunya tidak perlu ditunggu. Cukup diikuti dan dijalani prosesnya. Menulis yang tidak penting bisa jadi sangat penting untuk orang lain. Apalagi saat menulis sesuatu yang positif dan mengajak kebaikan. Tulisan yang sederhana akan jadi istimewa. Sebenarnya banyak ide untuk menulis. Dari kehidupan di rumah, sekolah, masyarakat, pasar, mall, dan juga tempat wisata. Tapi, tetap saja kebuntuan ide kerap melanda. Semakin dipikir malahan ide semakin menjauh. Apa yang harus ditulis?Asal menulis satu kalimat saja dan ternyata kalimat lain juga mengikuti. Satu paragraf, dua paragraf, tig

Ketakutan Menjadi Imam

Oleh : Milati Masruroh Angin berhembus sangat kencang dan hujan begitu deras. Dinginnya serasa sampai menusuk tulang. Membaca tulisannya pak agung tentang jadwal muadzin jadi teringat cerita tentang seseorang yang kepepet jadi imam.  Sudah beberapa bulan yang lalu, tepatnya setelah hari raya Idul Fitri. Hampir tiga minggu, suami yang kecethit pinggangnya tak kunjung sembuh. Padahal sudah tiga kali dipijit. Karena khawatir saja, setelah bakda magrib menemani suami ke tukang pijat atau urut. Kebetulan masih teman orang tua dan sudah mengenal baik.  Singkat cerita begitu sampai rumahnya diajak ngobrol dahulu selama kurang lebih satu jam. Gak lumayan lama lagi tapi lama. Menjadi pendengar setia, karena beliau ini suka cerita. Penting gak penting yang penting cerita. Suami pun mendengarkan sambil sekali-kali memuji kehebatan beliau. Padahal cuma basa basi karena suami tipe orang yang suka membuat orang tambah membusungkan dadanya. Menceritakan tentang pengalamannya begitu mendengar adzan is

Mencoba Dan Terus Mencoba

Oleh : Milati Masruroh Mengikuti pelatihan menulis itu untuk menambah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis. Apalagi saat mengalami berbagai macam masalah yang sering membuat keinginan untuk menulis hilang seketika. Menumbuhkan motivasi sangat diperlukan.  Berbagai cara dilakukan para penulis handal untuk memotivasi para penulis pemula. Dari menghilangkan rasa minder, malu, dan tidak percaya diri, bahkan rasa takut untuk menghasilkan sebuah tulisan.  Menulis sesuai dengan yang ada di pikiran untuk penulis pemula merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk merangkai kata menjadi kalimat. Menulis juga apa yang dirasakan dan juga dilihat.  Dengan mengikuti pelatihan otomatis pengetahuan akan bertambah. Terutama bagi para penulis pemula. Dengan mendengarkan cerita para nara sumber yang jatuh bangun dalam membuat sebuah karya sangat memotivasi dan menginspirasi. Ternyata apa yang diperoleh sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses yan

Membiasakan Menulis

Oleh : Milati Masruroh Menjaga itu lebih berat, maksudnya menjaga komitmen untuk menulis setiap hari. Berusaha membiasakan diri untuk selalu menulis apa yang dirasakan, dipikirkan, dan juga dilihat. Dari hari ke hari, sebenarnya menginginkan membuat tulisan-tulisan yang ilmiah. Tapi, kepercayaan diri belum ada sama sekali. Takutnya salah konsep, malah menjadi hujatan.  Menulis yang ringan-ringan, meskipun hanya tulisan sederhana yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Tak apalah, asalkan tulisannya mengalir dan enak untuk dibaca. Berusaha menghindari kesan menulis itu menjadi beban.  Saat krisis kepercayaan dengan seorang teman, menulis menjadi alternatif yang cukup baik untuk mencurahkan isi hati. Dan ungkapan dalam bahasa tulisan ini lebih terkendali dan tertata ketimbang berbicara dengan teman. Emosi pun lebih mudah dikendalikan. Jadi tidak asal ngomong tanpa dipikirkan akibat dari kata-kata yang sudah diucapkan. Bumiayu, 23 September 2020

Tergantung Niat

Oleh : Milati Masruroh Menulis terus setiap hari tentang apa yang dirasakan, dilihat, didengar, dan dipikirkan. Seperti mencari-cari sesuatu yang hilang saat mengalami kebuntuan dalam mencari ide. Ide itu kadang muncul tiba-tiba, kadang harus dicari, dan kadang ide juga harus dipancing-pancing supaya mau muncul. Terampil menulis itu katanya bukan karena bakat, tapi karena rajin berlatih setiap hari. Mengasah keterampilan dalam menulis. Memulai menulis kalau cuma dipikir pasti kesulitan, dengan bantuan HP biasanya menulis akan terasa lebih mudah dan mengalir. Untuk menghasilkan sebuah kalimat, pasti harus dapat merangkai kata demi kata. Saat badan terasa lelah karena beraktivitas seharian, biasanya lebih suka leyeh-leyeh ketimbang duduk di depan laptop. Dan itu tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak menulis. Bagaimanapun menulis itu tergantung dari niat. Seperti keyakinan kalau ada niat, pasti ada jalan.  Menjadi penulis yang handal pastinya butuh proses yang panjang, dari memulai menu

Kursus Nyetir Mobil

Oleh  : Milati Masruroh Keinginan bisa nyetir mobil pada waktu dahulu kala tidak pernah terbesit di pikiran. Apalagi bapak tidak pernah mau membeli kendaraan satu ini. Prinsipnya kalau mau bepergian ada bus atau kereta api yang bisa dipilih.  Setelah menjadi guru produktif tkr yang mengajar tentang otomotif, menuntut harus tahu yang namanya rem, gas, dan kopling. Kata teman satu kantor, gimana mau ngajar tentang sistem rem kalau tidak tahu yang namanya rem dan cara menggunakannya. Sepintas orang berpikiran, rem itu ya yang digunakan biar mobil berhenti. Paling tidak setelah mempraktikkan cara menggunakan, saat menjelaskan ke siswa pun akan mudah.  Dua tahun yang lalu, suami pun mendukung untuk belajar nyetir mobil. Dengan mencari tempat yang luas, belajar mobil pun tak ada kendala. Setelah dirasa lancar di tempat yang luas, suami pun mengajak berlatih langsung di jalan. Meskipun masih takut, tetap memberanikan diri untuk belajar.  Belajar nyetir mobil sama suami, ternyata lama-lama mem

Dua Jam Yang Berkualitas

Oleh : Milati Masruroh Aturan empat puluh hari untuk bisa menemui santri telah diikuti dan ditaati. Berat terasa saat detik-detik menemui mamas. Air mata pun mengalir deras tanpa bisa dibendung.  Rindu ingin memeluknya, membuat satu hari pun terasa sangat lama. Dengan tetap mengikuti protokol kesehatan, waktu berkunjung hanya dibatasi dua jam. Dan itu pun hanya keluarga yang boleh menemuinya. Untuk mbah kakung sama mbah putri, karena melihat usia sementara tidak diijinkan untuk ikut menjenguk. Hanya berusaha mengikuti aturan, dan beruntung mbah kakung memberi pengertian sama mbah putri untuk kebaikan bersama.  Tepat pukul 13.00, sesuai jadwal sampai di depan pondok. Mamas yang sudah menunggu langsung berlari menyambut dengan senyum yang sumringah. Kebahagian terpancar dari wajahnya. Rindu yang tertahan bisa dilepaskan dengan memeluk erat seolah tak mau dilepaskan.  Dengan mengikuti aturan, segera menuju ke ruangan yang telah disediakan untuk saling melepas rindu. Mamas pun langsung ber

Dilema Seorang Guru

Oleh : Milati Masruroh Menulis apa yang dipikir itu gampang-gampang susah. Tapi sepertinya lebih banyak susahnya karena tidak ada ide yang mau ditulis. Ditambah pikiran sedang merasa jenuh efek dari pembelajaran daring yang belum tahu sampai kapan. Tiap batas yang sudah ditentukan akan diperpanjang dua pekan dan begitu seterusnya. Meskipun guru-guru tetap berangkat dengan jadwal yang sudah ditentukan sekolah, tetap saja tidak bisa mengurangi kejenuhan. Berangkat jam 6 pagi dan nyampai rumah jam 5 sore. Seandainya siswa bisa mengikuti dengan semangat, guru juga pasti akan lebih semangat. Setiap pembelajaran, guru akan mengeshare materi dan tugasnya di aplikasi teams. Begitu juga siswa yang akan mengumpulkan tugas harus mengunggah di aplikasi teams. Tugas yang sudah disetting batas pengumpulannya tetap saja beberapa siswa tidak mengumpulkan tugas. Mempertimbangkan yang tidak punya kuota, materi dan tugas dishare juga di WA grup kelas. Lumayan ruwed sepertinya.  Pekan ini akan diadakan pe

Jenuh

Oleh : Milati Masruroh Pembelajaran daring masih saja berlanjut. Baik guru, siswa, maupun orang tua sudah hilang semangatnya. Meskipun banyak trik atau cara yang digunakan agar pembelajaran menyenangkan. Pembelajaran yang dilakukan secara daring membuat orang tua marah dan hilang kesabaran saat harus membantu anak-anak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Bukan tanpa alasan, pengetahuan orang tua yang terbatas sangat menyulitkan mengerjakan materi-materi dengan soal yang tingkat kesulitannya tinggi.  Seperti yang dialami anak-anak kelas satu SD. Tidak semua anak-anak sudah mampu membaca dan menulis. Tapi soal-soal yang ada di buku tema menganggap anak kelas satu SD itu sudah lancar membaca. Kalau di daerah perkotaan, mungkin banyak siswa yang sudah mampu membaca dan menulis. Karena sejak PAUD sudah dileskan khusus melalui bimbingan belajar yang menawarkan cara baca tulis yang cepat.  Kondisi ini berbanding terbalik dengan daerah  pedesaan. Yang masih berpikiran yang penting an

Ulang Tahun Dodil

Oleh : Milati Masruroh Hari istimewa yang selalu ditunggu dodil dari dua bulan lalu. Genap tujuh tahun usianya. Badannya paling besar diantara teman-temannya yang sudah kelas tiga SD. Sebenarnya dodil pengin merayakan ulang tahun dengan mengundang teman-temannya. Tapi, dengan banyak pertimbangan dodil pun akhirnya memahami dan bisa menerima. Melihat teman-temannya merayakan dengan mendapat banyak kado, dodil yang masih anak-anak sudah pasti iri. Tapi, alhamdulillah dengan menasehati pelan-pelan dodil pun mau dengan syarat minta hadiah ulang tahun. Tahun sebelumnya pun sama. Hanya memberi aneka snack ke teman-teman mainnya untuk sekedar berbagi. Dodil sudah tumbuh besar dan tambah pintar. Sifatnya yang usil selalu membuat orang  hanya mengelus dada dan istighfar. Mau gimana lagi, sudah bolak balik dinasehati tetap gak mempan. Siapapun yang pernah dikerjain dodil tidak akan pernah marah. Sifat usilnya memang menurun dari bapak. Perayaan ulang tahun tanpa mamas juga terasa hambar. Cukup d

Berbicara Dengan Bunga

Oleh : Milati Masruroh Mau menulis tapi gak punya ide. Membaca tulisannya para penulis handal membuat pikiran ini melayang seperti layang-layang. Terombang ambing oleh angin, seperti sedang menyaksikan kehidupan para makhluk hidup di muka bumi.  Menyaksikan ayam-ayam yang dengan santainya dan tanpa dosa memakan bunga-bunga yang selalu disiram pagi dan sore. Kelihatannya enak sekali. Dengan sekali-kali tengak tengok entah apa yang ditunggunya. Mungkin berpikir yang punya bunga lagi jalan-jalan jadi aman. Bunga kerokot kuning yang seperti tetean memang sengaja ditanam di tanah. Untuk menghiasi taman bunga sederhana biar kelihatan ada seninya sedikit. Tidak cuma ayam, si kucing pun juga seneng sekali bermain di bunga itu. Melompati bolak balik entah apa yang dikejar. Seandainya bunga itu bisa berbicara, mungkin akan membentak si kucing yang bermain menggodanya. Bunga aglonema yang daunnya sangat menarik dan banyak digandrungi para pecinta bunga dadakan juga kelihatan tidak sempurna daunny

Merangkai Kata di Kota Gilar Gilar

Oleh : Milati Masruroh Aktivitas seharian lumayan padat. Dinikmati saja, kalau di rumah seharian juga jenuh. Ketemunya pekerjaan rumah sama di depan laptop. Jam 6 pagi sudah harus berangkat ke sekolah, sepulang sekolah lanjut ke pondok mengantarkan pesanan mamas tadi malam lewat WhatsAppnya wali asrama. Dilanjut menuju Banjarnegara menengok saudara yang sakit kena demam berdarah.  Selama perjalanan ke Banjarnegara, menyempatkan untuk menuangkan kata-kata menjadi kalimat meskipun cuma beberapa paragraf. Hampir 3 jam waktu yang ditempuh menuju ke kota banjarnegara. Menikmati perjalanan dengan ditemani video boboy boy dan upin ipin yang sudah diputar berkali-kali sama dodil. Sampai hafal ceritanya, dialog-dialognya, juga lagu-lagunya. Perjalanan yang santai dan tidak dikejar-kejar waktu. Di kota purbalingga menyempatkan istirahat untuk makan malam. Berbagai macam menu yang tersedia, dodil mintanya ayam goreng kesukaannya. Semua manut sama bos kecil ini biar mau makan. Seharian dodil belum

Benci Sama Novel

Oleh : Milati Masruroh Mengenal medsos itu ada sisi baiknya dan juga sisi kurang baiknya. Dari kalangan anak-anak sampai dewasa, bisa dipastikan memiliki Facebook, Instagram, Twitter. Dimanapun orang akan selalu membawa handphone. Dan dalam situasi apapun juga sibuk dengan handphone.  Meskipun tidak setiap saat upload status, foto, video di facebook tapi cukup menghibur ketika melihat status orang-orang. Paling tidak memanfaatkan yang baik-baik dari facebook ini.  Bergabung dengan beberapa grup seperti komunitas guru, penulis, dan juga komunitas pecinta bunga sangat banyak sekali manfaatnya. Bisa belajar lebih banyak tentang hal-hal baru.  Saat membuka facebook, terkadang ada tulisan-tulisan yang cuma beberapa baris tapi sangat menarik untuk dibaca. Seperti novel, meskipun hanya beberapa paragraf yang sangat menarik untuk dibaca, membuat penasaran ingin membaca kelanjutan kisahnya.  Dulu memang tidak suka membaca novel, tapi akhir-akhir ini semakin sering membaca novel. Ternyata mengas

Menemukan Uang di Saku

Oleh : Milati Masruroh Pekerjaan seorang ibu itu gak ada habisnya. Setiap hari ketemu pekerjaan yang sama. Memasak, mencuci, menyetrika, dan beres-beres rumah. Dengan daring, pekerjaan bertambah lagi mendampingi anak-anak belajar dan mengerjakan tugas.  Naluri seorang ibu yang muncul ketika sudah berumah tangga. Dari tidak bisa memasak sampai menjadi ahlinya memasak. Rasa nomor sekian, yang penting buat anak-anak masakan ibu tetap paling istimewa. Mendampingi anak-anak mengerjakan tugas ternyata tidak mudah. Diperlukan kesabaran tingkat dewa dan juga perbanyak istighfar. Kata ibu-ibu wali murid yang sudah berubah jadi singa dan macan saat mendampingi mengerjakan tugas yang tidak tahu mesti dijawab seperti apa. Cuma bisa tersenyum mendengarkan curhatan para ibu-ibu yang bolak balik menanyakan waktu untuk berangkat ke sekolah lagi. Tentunya karena masuk zona merah, pembelajaran di rumah diperpanjang lagi sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Menyelesaikan pekerjaan rumah setiap hari t

Menulis itu Menyenangkan

Oleh : Milati Masruroh Membaca tulisan para penulis-penulis hebat itu dapat menumbuhkan semangat yang mulai menurun. Mengajak pikiran berjalan-jalan meskipun cuma membayangkan. Paling tidak melupakan rutinitas sejenak.  Menulis itu ada yang menjadwalkan waktu khusus, seperti saat tengah malam. Katanya nunggu anak-anak tidur. Ada juga yang tidak memakai jadwal khusus.  Kapan pun dan dimanapun saat pengin menulis tidak terpancang pada waktu. Membagi waktu bagi seorang ibu bisa dibilang lumayan susah kalau dipikir. Tapi kalau dijalani nyatanya bisa dikerjakan semua. Meskipun tanpa bantuan rewang. 24 jam bekerja dengan mengandalkan dua tangan. Makanya seorang ibu yang bekerja sudah pasti akan membagi waktu dengan sendirinya. Termasuk menulis ini, saat mau buka laptop tapi badan penginnya leyeh-leyeh. Begitu pegang handphone, sudah diminta anak-anak buat nonton youtube. Dan yang terkadang tidak bisa berkutik, saat mulai menulis tiba-tiba ada tamu. Harus menemui paling tidak lima menit, sepu

Penjual siomay

Oleh : Milati Masruroh Kulitnya putih bersih, wajahnya ceria, sopan sama guru dan selalu peringkat satu di kelas. Sebelum ujian nasioal,  sudah diterima kerja di salah satu industri otomotif meskipun masih sebagai tenaga kontrak.  Saat bekerja sebagai karyawan, seringkali mengeluh sakit karena efek kerja lembur setiap hari. Dan kecerobohannya saat bekerja, tidak bisa membantu menjadi karyawan tetap. Kembali ke kampung halaman sementara waktu sambil mencari pekerjaan lagi dan menunggu panggilan industri. Rupanya nasib berkata lain, sejak tidak diperpanjang masa kontrak menjadikannya hanya kesana kemari tidak jelas pekerjaannya.  Karena kedekatannya dengan guru saat sekolah dan kebetulan guru tersebut memiliki usaha konveksi, menjadikannya karyawan. Mungkin karena terlalu lama menganggur, pekerjaan itu pun hanya ditekuni beberapa pekan. Tidak sampai dalam hitungan bulan apalagi tahun. Sampai suatu ketika, meskipun pekerjaan belum tetap, dia pun memberanikan diri untuk menikah. Dan satu l

Handphone Android Bapak Dan Ibu

Oleh : Milati Masruroh Menemukan ide untuk menulis itu kadang terasa sulit di saat perasaan sedang biasa-biasa saja. Beda saat suasana hati sedang galau atau bahagia. Mengungkapkan apa yang dirasakan malah bingung sendiri.  Jaman sekarang kalau tidak memiliki handphone android bisa dibilang ketinggalan jaman. Dari anak-anak sampai orang tua sudah pasti menggunakan handphone android. Sepertinya ini tidak berlaku buat bapak dan ibu yang bersikekeh dengan handphone Nokia jadulnya. Dengan alasan lebih mudah menggunakan.  Tak jarang bapak sama ibu uring-uringan saat sms tidak dibalas juga. Bagaimana mau membalas, yang ada kuota bukan pulsa sms atau telepon. Seringkali teman-temannya bapak dan ibu menanyakan no WhatsApp. Tapi bapak dan ibu cuma membalas dengan senyuman. Gak paham juga apa itu WhatsApp. Dimaklumi sudah sepuh jadi disarankan beli handphone android cuma bingung. Bingungnya pengin beli tapi tidak bisa menggunakan. Rupanya, diam-diam ibu sering meminjam handphone cucu-cucunya unt

Dodil Batuk

Oleh : Milati Masruroh  Angin berhembus sangat kencang dan panas yang sangat terik tidak menyurutkan nyali dodil untuk bermain layangan. Justru semakin penasaran. Setiap hari tidak lepas dari mainan satu ini. Kalau angin tidak mendukung, maka dodil akan sibuk membuat layangan. Hasil yang belum sempurna, tapi sudah bisa membuat tiga jenis layangan. Pagi ini, wajahnya tampak layu. Biasanya bangun tidur langsung mengambil layangan di kamar belakang, tampak langsung duduk kembali di kursi. Ada yang tidak beres rupanya.  Dodil kecapekan dan badannya pun terasa gak enak. Tidak ada senyum sedikit pun, tapi memasang muka cemberut. Segelas energen rasa coklat yang diminum tidak cukup untuk menyegarkan badan. Makan pun tak berselera.  Menjelang siang, dodil pun tertidur seperti tak biasanya. Teman-teman yang datang tak dihiraukannya. Batuk sekali-kali terdengar dan cukup menyiksanya. Tidur tak lelap, membuat dodil pun akhirnya menangis sedih.  Persediaan obat batuk segera diambil dan diminum. Bi

Makanan Khas Bumiayu

Oleh : Milati Masruroh Kuliner setiap daerah pasti memiliki ciri khas tersendiri. Dan biasanya makanan khas ini akan selalu menjadi menu andalan saat kembali ke kampung halaman. Di bumiayu ada salah satu makanan khas namanya sogol.  Di daerah lain, mungkin ada juga makanan yang namanya sogol tapi dari bahan yang berbeda. Sogol khas bumiayu ini berbahan dasar tauge atau kecambah yang direbus kemudian disiram dengan parutan kelapa muda yang telah dimasak dan dikasih bumbu. Seperti parutan kelapa pada urab, bedanya parutan kelapa ini dikasih sedikit air jadi seperti berkuah. Biasanya sogol ini menjadi temannya ketupat atau lontong. Di bumiayu sogol ini dijual pada saat pagi hari. Antrian yang panjang harus rela menunggu sambil menahan lapar karena tak sabar menikmati sogol ini.  Saat makan sogol, tak lengkap rasanya jika tidak makan gorengan. Kalau di daerah lain yang namanya gorengan pasti gorengan tahu sama tempe, di bumiayu ada lagi gorengan dage namanya. Katanya sih terbuat dari ampas

Merawat Bunga

Oleh : Milla Efendy Beraktivitas layaknya ibu rumah tangga dari memasak, menyetrika, dan beres-beres rumah. Lanjut merawat bunga di belakang rumah.  Berbagai jenis bunga yang ada, semuanya istimewa. Dari anggrek, aglonema, adenium, sikas, dan yang lainnya. Tidak banyak bunga yang beli, tapi hasil barter dengan teman-teman sesama penyuka bunga. Dari berbagai jenis bunga, sebenarnya yang paling disukai itu anggrek sama adenium. Tapi belum punya bekal cara merawat dua tanaman ini, jadi asal saja yang penting tumbuh subur. Cuma sekali-kali untuk adenium dikasih pupuk mutiara.  Bunga-bunga yang tertata rapi di rak kayu buatan suami menambah semangat lagi merawat bunga. Saat pagi hari membuka pintu belakang, bunga-bunga serasa menyapa semuanya. Kesukaan pada bunga ini tidak begitu berlebihan. Bunga dipelihara sewajarnya. Paling mengganti media tanah karena bunga sudah kelihatan tidak bagus lagi. Ada kepuasan tersendiri dan menjadikan sebuah hiburan saat nyawang-nyawang tanaman yang kini harg

Berubah 180 derajat

Oleh : Milati Masruroh Mencari pasangan hidup sudah pasti yang sesuai kriteria. Lebih mudahnya lagi kalau sudah jodoh ibarat tumbu nemu tutup. Saling melengkapi satu sama lain.  Kalau sudah jodoh biasanya wajah juga mirip satu sama, kalau gak mirip biasanya akan mirip ke saudara ipar baik adik maupun kakak. Beda lagi dengan watak, jika istri cerewet biasanya suami cenderung pendiam, atau sebaliknya. Meskipun katanya ada yang wataknya sama, sepertinya seribu satu.  Masih gak yakin? Silahkan direnungkan sendiri. Mirip gak ya? Hehe... wajahnya bukan wataknya. Ada istilah juga rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Itu diibaratkan kalau melihat orang lain lebih segalanya. Lebih cakep, ganteng, cantik, kaya, dan bahagia. Jadi ada beberapa orang yang terjebak dengan istilah itu. Memiliki pasangan hidup,  sudah digariskan sama Allah SWT. Jadi kondisi apapun harus menerima kekurangan dan mensyukuri kelebihan dari pasangan. Sampai ada meme di facebook yang menggambarkan seseorang meli

Nyaman Berteman dengan Laki-laki

Oleh : Milati Masruroh Selalu berada di lingkungan laki-laki, membuat kecenderungan kebiasaan pun seperti laki-laki. Feminim berkurang, dan juga lebih cuek menghadapi situasi. Di rumah menjadi perempuan tercantik karena anak-anak semuanya jagoan alias laki-laki. Di sekolah pun, setelah pindah dari kantor guru normatif adaptif ke kantor produktif TKRO ternyata juga perempuan sendiri.  Kalau kembali mengingat ke masa sekolah, memang ada kenyamanan sendiri saat berteman dengan laki-laki. Apalagi kalau orangnya lucu dan selalu bikin tertawa. Meskipun sifat tomboy tidak melekat dalam kehidupan sehari-hari, tetap saja dari penampilan lebih suka menggunakan celana ketimbang rok dengan atasan kaos oblong. Hanya ibu sering membelikannya rok ketimbang celana.  Waktu kelulusan SMA, teman-teman perempuan yang lain saling berhura-hura merayakan kelulusan dengan corat coret baju. Tapi ajakan teman laki-laki waktu SMA lebih menarik untuk bermain ke rumah salah satu teman. Jangan pernah berpikiran neg

Menulis Saat Terjaga dari Tidur

Oleh : Milati Masruroh Beberapa hari ini, jam 9 malam mata sudah tidak bisa diajak kompromi untuk bekerja. Padahal biasanya jam 11 malam masih bertahan di depan laptop atau menemani dodil bermain. Yang bikin resah lagi kalau belum membuat tulisan hanya untuk sekedar menjaga komitmen menulis setiap hari. Tentu ada tujuan lain lagi, biar semakin terampil dalam menulis.  Membuat tulisan dalam kondisi ngantuk berat ternyata ada seninya, baru mendapatkan satu paragraf tiba-tiba terlelap. 5 menit kemudian terjaga, dan begitu seterusnya. Sampai dodil ketawa melihat tingkah ibunya yang aneh. Sebentar pegang handphone, sebentar lagi udah terlelap. Berulang kali itu terjadi.  Mungkin dikiranya ngelindur, sampai-sampai dodil manggil berulang kali. Dan sempat dengar panggilannya. Tapi ya terlelap lagi. Entahlah, kenapa akhir-akhir ini cepat ngantuk. Saat merangkai kata menjadi kalimat belum terpikir ide menentukan judul tulisannya. Asal menulis saja, dan dibaca ulang baru menentukan judulnya. Pasr

Obrolan Santai

Oleh : Milati Masruroh Harus bersyukur saat memiliki aktivitas yang padat. Masih banyak orang yang mencari kesibukan kecuali yang malas. Seandainya setiap hari tidak ada aktivitas, dalam hal ini pekerjaan, maka besar kemungkinan otak pun tidak akan bekerja. Cuma tiduran, leyeh-leyeh, dan badan pun terasa tidak bertenaga. Seperti obrolan siang hari dengan guru yang pernah menjadi kepala sekolah. Banyak ilmu yang didapat. Apalagi beliau terkenal memiliki disiplin yang kaku, menurut yang tidak suka dengan aturan. Dari masalah PAK, pembelajaran, sampai tugas lain selain mengajar. Sekedar mendengarkan apa yang beliau sampaikan. Keinginan sebagai guru yang hanya mengajar ternyata kurang baik. Seandainya mendapat tugas tambahan sebaiknya diterima, jangan ditolak. Kalau menolak sama saja menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan juga ilmu. Jangan mengeluh, karena semua pekerjaan bisa diselesaikan. Menjadi guru yang tugasnya cuma mengajar memang kelihatannya lebih enak. Bisa ng

Sang Motivator itu Penulis Andal

Gambar
Oleh : Milati Masruroh  Mengikuti sebuah pelatihan yang bertemakan ingin menerbitkan sebuah buku sangat bermanfaat untuk penulis pemula. Ketidaktahuan tentang cara membuat buku sampai menerbitkannya perlahan-lahan mulai ada gambarannya.  Pelatihan yang diikuti seminggu tiga kali setiap pukul 7 sampai 9 malam harus menghasilkan resume dari materi setiap nara sumber yang kemudian diposting di blog yang menjadi salah satu syarat mengikuti pelatihan. Saling berkunjung dari sesama peserta dan saling meninggalkan jejak dengan berkomentar sangat membantu kepercayaan diri yang sering menghambat untuk menjaga semangat menulis para penulis pemula.  Dengan kumpulan resume pelatihan sebanyak 20 kali pertemuan, akhirnya sebagai penulis pemula memberanikan diri untuk mencoba menghasilkan karya. Karya sederhana tapi sangat luar biasa bagi penulis pemula.  Buku yang berjudul Berburu Ilmu Menjadi Penulis Handal adalah buku perdana. Meskipun hanya berisi kumpulan resume hasil pelatihan tapi bisa membuk