Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Khayalan Penulis Pemula

Gambar
Oleh : Milla Efendy Seringkali kesulitan mencari ide menulis itu pasti dirasakan setiap penulis, apalagi penulis pemula. Moodnya sangat mempengaruhi hasil tulisan. Maksudnya kalau sedang bad mood, baru satu paragraf sudah buntu. Menulis itu mudah, kalau hanya menulis satu kalimat. Tantangannya justru kalau bisa menghasilkan sebuah tulisan minimal tiga paragraf. Bagi penulis pemula, yang masih menyadari kurangnya membaca buku menjadi satu tantangan tersendiri. Menulis dengan ide yang belum jelas dan asal menulis saja. Sebenarnya tidak hanya karena kurang membaca penyebab pengetahuan terbatas, tapi bisa jadi karena belum bisa mengatur waktu antara menyelesaikan pekerjaan dengan hobi baru menulis. Masih merasa sok sibuk dengan pekerjaan, padahal menulis bisa disempatkan 15 menit dengan catatan kalau sudah ada ide untuk menulis.  Banyak hal yang bisa dijadikan ide dalam menulis, apalagi untuk seorang pendidik. Seperti pembelajaran di kelas, kedisiplinan guru dan siswa, prestasi siswa, dan

Sepenggal Cerita di SMK

Gambar
Oleh : Milla Efendy Waktu bergulir begitu cepat, apalagi saat aktifitas padat dari pagi sampai sore. Perasaan baru tidur, sudah pagi lagi dan harus bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Begitu yang dirasakan setiap hari. Saat hari Jumat terasa senang, karena bisa istirahat dua hari di rumah. Saat ahad sore, terasa badan masih lelah karena keesokan harinya harus berangkat lagi. Tidak ada syukurnya? Gak juga, cuma sedikit curhat saja. Semua orang merasakan. Aktifitas seharian pasti capek, tapi kalau dijalani dan dinikmati bukan sesuatu yang baru juga. Setiap hari ketemu pekerjaan yang sama. Menjadi pengajar di tingkat lanjutan, setiap hari bertemu dengan siswa di kelas yang berbeda. Seperti mempermainkan perasaan. Mengajar di kelas A dengan karakter siswa yang cenderung menyebalkan akan segera terobati saat mengajar kelas yang siswanya menyenangkan. Guru SMK itu ibaratnya tidak boleh kalah dengan siswa. Jika di awal pembelajaran, siswa sudah meremehkan seorang guru, maka siswa lain ak

Sensasi Segelas Kopi

Oleh : Milla Efendy Hari ini untuk kedua kalinya mengajar Spooring balancing secara tatap muka sekaligus praktik di bengkel produktif TKRO. Jadwal daring dengan meeting akhirnya diundur keesokan harinya. Mengajar materi yang baru bukan sesuatu yang mudah. Apalagi dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Di tengah padatnya menyelesaikan tugas tambahan, harus menyempatkan diri untuk belajar dan praktik di bengkel. Dengan bantuan teman-teman senior TKRO semuanya bisa diatasi. Hampir 3 tahun menjadi guru produktif TKRO. Banyak pengalaman baru yang didapat. Mengajar menggunakan wearpack, dan harus rela tangan selalu kotor karena memegang alat-alat praktik dan juga mesin. Mengajar di bengkel tidak seperti mengajar di ruang kelas yang ada meja dan kursi untuk siswa maupun guru. Siswa harus duduk lesehan saat memperhatikan guru mendemonstrasikan cara menggunakan alat-alat yang digunakan untuk praktik. Tangan yang kotor bukan sesuatu yang memalukan. Begitu juga celana maupun baju, sudah

Lena

Oleh : Milla Efendy Sebenarnya merinding saat menulis tentang hewan yang sejenis cacing ini. Bedanya dengan cacing, lena ini memiliki banyak kaki seperti lipan. Biasanya lena banyak terlihat di dinding rumah.  Bukan takut, hanya gak suka saja lihat hewan yang satu ini. Mungkin karena khawatir yang berlebihan, dimana pun pasti akan ketemu dengan hewan satu ini. Ibaratnya kalau lena ini mengintip, sudah pasti ketahuan. Pernah saat sedang sholat dan baru satu rokaat, mata ini langsung tertuju dengan lena yang menuju sajadah. Sholat pun buyar karena reflek teriak sambil menarik sajadah. Aneh dan kesannya mengada-ada tapi fakta. Dimana pun ada lena, pasti mata ini melihat. Lena di bawah meja, di antara tumpukan barang, di dinding mana pun. Mata ini seolah-olah ditarik dan ada gaya magnetnya. Menjengkelkan saat anak-anak ngeledek membawa cacing ke dalam rumah, katanya untuk mancing ikan. Tentu saja senang saat melihat ibunya yang tidak suka dengan yang namanya cacing berteriak sekuat-kuatny

Semut Rangrang

Gambar
Oleh : Milla Efendy Beberapa pohon mangga yang berderet dalam jarak 2 meter terlihat berdiri kokoh di depan bengkel TKRO. Salah satu pohon mangga yang buahnya menjadi incaran para siswa ini juga berdiri kokoh di depan ruang guru TKRO. Pohon mangga yang ditanam sekitar 12 tahun yang lalu terpaksa harus ditebang karena lumayan mengkhawatirkan. Letak pohon ini di atas benteng  yang tingginya hampir 5 meter. Saat angin bertiup kencang, pohon mangga juga rawan untuk roboh. Dua pekerja tampak menebangi pohon mangga yang tepat berada di depan ruang guru TKRO. Keduanya bolak balik menjauhi pohon mangga yang sudah ditebang sambil menginjak keras-keras dan kedua tangan sibuk menyingkirkan sesuatu dari badan kedua pekerja. Guru yang baru datang dibuat penasaran dengan ulah kedua pekerja yang tidak berhenti untuk ngomel-ngomel. Rupanya, kedua pekerja berusaha menghindar dari semut rangrang. Semut merah berukuran besar, yang akan menggigit siapa saja yang berada di dekatnya. Semut rangrang yang jum

Beratnya Melawan Rasa Malas untuk Menulis

Gambar
Oleh : Milla Efendy Rasanya semakin berat saja melawan rasa malas untuk menulis. Beberapa hari sudah menulis tentang pembelajaran daring. Dari keluh kesah orang tua, siswa, dan juga guru. Dari meeting dan evaluasi pembelajarannya.  Rasanya malu saat kesibukan menjadi sebuah alasan. Tidak ada orang yang tidak sibuk, hanya kesibukannya yang berbeda-beda. Begitu pun kalau alasan lain seperti banyak pikiran. Setiap orang juga mikir, justru dari banyaknya pemikiran bisa dijadikan ide menulis. Mencoba untuk menuangkan ide dalam sebuah tulisan dengan asal menulis saja. Karena memang tidak punya ide apa-apa. Pikiran buntu, pikiran kalut, dan pikiran juga bingung. Pokoknya campur aduk rasanya.  Bisa jadi karena faktor kejenuhan dalam pembelajaran daring. Setiap minggu harus menyiapkan materi dalam bentuk power point atau ppt. Setelah materi tersampaikan harus membuat tugas dan mengoreksi satu per satu. Dan yang harus disiapkan lagi, menyiapkan soal penilaian harian dalam bentuk pilihan ganda di

Di Ujung Batas Kesabaran

Gambar
Oleh : Milla Efendy Pembelajaran daring yang tidak tahu sampai kapan akan berakhir, tidak hanya menyulut emosi orang tua yang harus mendampingi anak-anak menyelesaikan tugas dari guru. Orang tua merasa sudah tidak tahan harus menyaksikan anak-anaknya tidur larut malam dan bangunnya pun kesiangan. Apalagi tidak ada jeda waktu untuk lepas dari HP. Dengan alasan mengerjakan tugas daring, faktanya anak-anak justru asyik main game.  Sebagai guru di tingkat SMK, menghadapi puluhan siswa bukan hal yang mudah dalam pembelajaran daring. Apalagi mengajar kelas sepuluh sebanyak 8 kelas yang hanya bertemu sekali di semester ganjil dalam waktu hanya 30 menit. Bagaimana mungkin bisa mengetahui karakter masing-masing siswa. Pembelajaran daring melalui aplikasi teams, faktanya paling banyak sekitar 50% sampai 60% siswa yang aktif mengikuti, bahkan terkadang hanya 25% siswa yang bergabung dalam meeting. Padahal guru sudah mempersiapkan diri untuk menyampaikan materi.  Siswa yang sudah merasa di zona n

Memindah Tulisan di Blog

Oleh : Milla Efendy Sejak bergabung di WAG Rumah Virus Literasi atau RVL yang digawangi oleh Mr. Emcho ( Panggilan Much. Khoiri, dosen sekaligus pegiat literasi di UNESA) pada bulan Maret 2020, semakin semangat untuk belajar menulis. Apalagi di WAG RVL ini banyak penulis-penulis andal yang selalu berbagi ilmu dengan memotivasi untuk selalu menulis. Menulis apa saja yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkan. Mencoba istiqomah dalam menulis sejak bulan April 2020 ternyata telah menghasilkan lebih dari 300 tulisan. Tulisan yang masih sederhana dan belum sebagus tulisan penulis-penulis andal. Namanya juga masih belajar dan menikmati prosesnya untuk mengasah keterampilan merangkai kata menjadi kalimat. Dalam menulis, tentu saja banyak tantangan yang harus dihadapi. Kesibukan dalam menyelesaikan pekerjaan, badan yang kelelahan setelah beraktifitas seharian, dan yang paling menantang itu melawan rasa malas untuk menghasilkan sebuah tulisan yang menjadi penyebab buntunya menemukan ide untuk

Sup Balungan

Oleh : Milati Masruroh Memasak itu sebenarnya pekerjaan yang paling tidak disukai. Sejak kecil, ibu tidak pernah menyuruh pekerjaan yang satu ini. Paling menyapu lantai saja, itu juga kalau gak malas. Mungkin ibu juga paham betul sama anak perempuan yang satu ini. Mending gak makan kalau tidak ada makanan di rumah. Meskipun di kulkas banyak aneka sayuran juga tetap saja kalau ibu pulang masih utuh. Kebiasaan itu masih saja berlangsung sampai menikah. Untung suami mencoba memahami kalau sang istri tidak pintar memasak. Pikiran ini kok ya tidak sadar juga kalau sudah ada suami. Apa yang dimasak ibu ya itu yang dimakan suami. Sadar dosa sama suami, tapi memang gak bisa dipaksakan juga. Begitu memiliki rumah sendiri, baru merasakan kalau tanggung jawab ibu di rumah itu salah satunya memasak. Jam 2 pagi, sudah terbangun. Takut waktunya gak cukup untuk memasak. Jadi setengah empat masakan pun sudah siap. Setengah empat pagi, kalau sekarang ya baru mulai memasak. Tuntutan anak-anak

Kuliner

Oleh : Milla Efendy Merangkai kalimat menjadi sebuahpararaf di tengah kebuntuan mencari ide rupanya sangat membingungkan. Seperti pagi hari sebelum berangkat ke SMK sempat membuka grup RVL dan membaca tulisan pak Agung. Tulisan yang menarik, yang membahas kuliner aneka masakan bebek. Hoby kuliner memang sangat menyenangkan. Mencoba masakan-masakan yang cukup membuat ketagihan, dan ingin kembali menyantapnya. Kalau ayam goreng sepertinya sudah tidak begitu menarik. Karena di rumah sering memasak ayam goreng. Setiap kali ke jogja, berangkat dari rumah jam 5 pagi, jam 8 sudah nyampai kulon progo. Lumayan lapar dan penginnya yang seger-seger, jadi mampir dulu ke soto kadipiro, ada tambahan tahu bacem, telur puyuh, berkedel, cukup membuat perut ini kenyang.   Rasanya aneh, kalau ke jogja tidak makan soto jogja. Saat hamil kedua jagoan juga selalu nyidam soto jogja. Saat sore hari menjelang maghrib, suami paling suka makan sate ayam di malioboro. Menghabiskan dua porsi dan segelas ko

Saling Mengerti

Oleh : Milla Efendy Malam ini malam terakhir di tahun 2020, tidak seperti biasanya malam ini merencanakan bakaran ayam. Bukan untuk merayakan, tapi hanya untuk seru-seruan saja. Keponakan pengin mengadakan acara makan bersama. Tinggal beberapa jam lagi akan menuju ke tahun baru 2021. Rasanya baru kemarin tahun barunya, sudah tahun baru lagi. Waktu berjalan terasa sangat cepat. Kalau direnungkan, ternyata masih banyak waktu yang sia-sia untuk melakukan sesuatu yang tidak penting. Di tengah kesibukan sebagai guru SMK yang harus berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 5 sore, masih harus memegang peran penting sebagai ibu rumah tangga. Apalagi tidak ada rewang yang membantu pekerjaan sehari-hari di rumah.   Dari menyiapkan sarapan, mencuci baju, menyetrika baju, dan membereskan mainan anak-anak. Sangat mustahil semua pekerjaan diselesaikan sendiri tanpa bantuan suami. Dengan keterbatasan sisa-sisa tenaga yang terkadang tak mampu untuk diucapkan kalau badan ini lelah. Begitu beratkah m

Sepenggal Cerita menjadi Admin WAG RVL

Oleh : Milla Efendy Tergabung dalam WAG Rumah Virus Literasi (RVL) yang digawangi leh Mr. Emcho sejak bulan april 2020 banyak sekali ilmu yang didapatkan dalam dunia literasi. Meskipun belajarnya pelan-pelan tapi selalu berusaha untuk mencoba membuat sebuah tulisan setiap hari. Tulisan apa saja baik tentang curahan hati, kegiatan sehari-hari, makanan khas daerah, dan masih banyak lagi. Tulisan yang diungkapkan dengan bahasa santai dan tidak formal. WAG RVL yang beranggotakan penulis-penulis andal ternyata tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya bagi penulis pemula yang masih buta dengan dunia penulis. Sama saja dengan gelas kosong. Ibarat seorang siswa yang berhadapan dengan guru yang kesannya menakutkan.   Ada kesan tersendiri saat dipercaya Mr. Emcho untuk membantu ceklist tulisan yang sudah dishare para penulis dengan menjadikan admin di WAG RVL. Mau menolak tidak berani, tapi mau menerima rasanya malu. Rasa tidak percaya diri dan minder lebih kuat menguasai hati dan pikiran

Energi Positif WAG RVL

Oleh : Milla Efendy WAG Rumah Virus Literasi atau RVL merupakan WAG menulis yang digawangi oleh Mr. Emcho. Grup ini dibentuk pada awal tahun 2020, dan beranggotakan 30 penulis yang artikelnya masuk ke buku karya Mr. Emcho yang berjudul Virus Emcho Melintas Batas Ruang Waktu . Sebagai penulis pemula tentu saja ada rasa senang tapi juga bingung. Bagaimana tidak bingung, membaca profil penulis-penulisnya saja sudah bikin dahi berkerut. Penulis-penulis yang sudah banyak menghasilkan karya baik buku antologi maupun buku solo. Prestasi yang diraih juga membuat nyali ini tambah menciut. Setelah saling mengenal di WAG, Mr. Emcho menawarkan ke para penulis untuk berbagi tulisan dengan menentukan hari yang dipilih. Waktu itu mana berani penulis pemula ini menentukan hari. Mengikuti saja apa yang ada di WAG RVL. Membaca tulisan para penulis sambil belajar dan memperhatikan cara-cara menulis. Setelah beberapa hari, mencoba memberanikan diri untuk ikut menulis. Dengan bimbingan Mr. Emcho, t

SKS

Oleh : Milla Efendy Kesibukan seseorang sudah pasti berbeda-beda. Ada yang menyikapinya dengan santai, ada juga yang menyikapinya dengan serius. Serius ini maksudnya segera mengerjakan apa yang harus segera diselesaikan. Mungkin bisa dibilang sebuah tradisi. Tradisi itu bisa diartikan sesuatu yang dilakukan secara turun temurun. Mengerjakan dengan sistem kebut semalam atau SKS.   Memang aneh, pikiran juga terasa mau bekerja di saat deadline-nya. Menyelesaikan pekerjaan   dalam waktu semalam, sebenarnya melelahkan. Tapi semangat menyelesaikan pekerjaan begitu membara. Sampai lupa kalau sudah berganti hari. Dopping segelas kopi juga membuat mata mampu bekerja tanpa kenal waktu. Kebiasaan yang sudah mengakar sepertinya. Sudah tahu kebiasaan yang kurang baik tapi banyak yang melakukannya. Kata orang yang melakukannya yang penting pekerjaannya selesai. Tidak penting memikirkan mau kebut semalam atau kebut seminggu. Yang penting dikumpulkan. Kalau benar syukur, kalau salah ya diperbaik

Kedatangan Tamu Tak Diundang

Oleh : Milla Efendy Kejadiannya sudah beberapa tahun yang silam. Sejak pindah ke rumah sendiri yang belum ada tetangga kanan kiri, sering merasa ketakutan pada malam hari saat sendiri. Kalau suami ada acara dan sampai menginap, sudah pasti ditemani adik laki-laki. Tidur jadi terasa lebih nyenyak. Setiap kali kecapekan, biasanya langsung batuk   dan tidak merasakan flu terlebih dahulu. Batuk yang tidak pernah diobati, karena sudah pasti seminggu baru sembuh. Dan hanya menggunakan kencur yang diparut, kemudian dikasih sedikit garam dan juga air hangat. Lumayan melegakan tenggorokan. Setiap kali batuk, tidur tidak pernah nyenyak. Saat mau berbaring, tenggorokan terasa langsung gatal. Dan batuk pun serasa berebutan. Minum air panas tidak cukup mengurangi rasa gatal. Untuk mengurangi batuk yang tidak juga berhenti, biasanya akan tidur dengan posisi duduk. Lumayan setengah jam bisa tertidur dengan pulas. Serasa menghitung waktu, setiap kali melihat jam dinding hanya bergerak ke satu an

Pantangan Waktu Untuk Pernikahan

Oleh : Milla Efendy Hajatan itu ternyata ada musimnya. Apalagi orang Jawa yang masih percaya dengan hitungan bulan. Kalau tidak sesuai dengan hitungan biasanya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti mau buat rumah dan mau menikah, harus mencari bulan yang baik. Orang tua yang sudah sangat sepuh, lebih suka menggunakan hitungan Jawa. Dan anehnya bisa menentukan waktu yang tepat. Misalnya menentukan 40 hari atau 1000 hari orang yang sudah meninggal. Buat orang masa kini lebih suka menggunakan patokan tanggal di kalender. Padahal hari raya idul Fitri, setiap tahunnya maju 10 hari dari tahun sebelumnya. Menentukan tanggal pernikahan, juga tidak sembarang. Harus melihat tanggal lahir kedua calon pengantin. Kesannya ribet, karena pada saat perkenalan awal tidak mungkin menanyakan tanggal lahirnya kapan. Boleh apa nggak, apalagi menanyakan weton calon pendamping. Witing tresno jalaran soko kulino. Dari seringnya bertemu, ada sesuatu yang terjadi di hati masing-masing . Setelah

Pertemuan Rutin Malam Jumat

Oleh : Milla Efendy Hidup di desa masih banyak tradisi yang harus dipertahankan. Termasuk pertemuan rutin bapak-bapak sepekan sekali secara bergilir. Tujuannya sebenarnya sederhana, biar bisa bersilaturahim dan mudah berdiskusi di saat ada kegiatan. Di samping itu juga sekalian kirim doa untuk keluarga yang telah meninggal. Pertemuan rutin satu RT diikuti hanya sekitar dua puluh kepala keluarga. Ya memang jumlahnya cuma segitu, semua ikut berpartisipasi. Dengan arisan yang hanya formalitas, semua dengan senang hati mengikutinya. Tidak melihat yang mampu dan   kurang mampu, semua guyub dan berkenan hadir di pertemuan tersebut. Dengan bergilir, semua warga mendapat jatah ditempati. Kebanyakan dengan senang hati menyediakan makan sebagai suguhan setelah tahlil. Arisan yang tidak ada model kocok, tapi menawarkan ke setiap warga yang siap ditempati untuk malam   Jumat depan. Tidak ada yang dipaksakan, tapi menyesuaikan kesiapan tuan rumah.   Bagi yang bekerja di luar kota, maka akan

Cuti Bersama

Oleh : Milla Efendy Libur akhir tahun ini acaranya gagal. Mendengar dimana-mana zonanya merah. Keluar kota harus rapid terlebih dulu. Infonya penderita covid 19 meningkat drastis. Cuti atau libur hari raya yang infonya akan dijadikan satu dengan libur akhir tahun, nyatanya hanya wacana saja. Yang lain sudah menikmati libur, masih harus berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 4 sore. Masih harus disyukuri ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan di sekolah. Jadi ada kesibukan selama berada di sekolah. Libur dua pekan buat siswa tidak berlaku untuk para guru di jenjang SMK. Berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Propinsi jelas aturannya berbeda dengan di tingkat kabupaten. Sudah terbiasa juga sebenarnya saat tanggal merah atau Sabtu ada upacara kebesaran tetap berangkat. Libur akhir tahun hanya ada cuti sehari pada tanggal 24 Desember yang bertepatan hari Kamis, tanggal 25 hari Jum'at dan lanjut dua hari lagi yang memang hari libur. Tanggal 28 masih harus berangkat sampai tangg

Ibu Tersayang dan Tercinta

Oleh   : Milla Efendy Memperingati hari ibu di setiap tanggal 22 Desember. Bagi seorang anak, setiap detik itu pasti akan teringat dengan ibu. Ibu yang telah melahirkan dan juga membesarkan dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas. Tidak ada ibu yang dendam dengan sang buah hati saat marah. Sekarang telah merasakan menjadi ibu dari anak-anak. Lelah tak dirasa, sakit juga tak dihiraukan saat harus mengurus sang buah hati. Memasak masakan kesukaannya, menyiapkan baju-bajunya, dan menuruti apa keinginannya. Memang ada kebahagiaan tersendiri, saat anak mau membantu tanpa harus disuruh. Saat anak menanyakan keadaan dan juga mendoakan dengan sepenuh hati. Menjaga ibu adalah kewajiban setiap anak. Ibu yang sudah kelihatan kerutan di wajahnya. Ibu yang merindukan kebersamaan dengan anak-anaknya. Seringkali anak tidak menyadari, setua apapun usianya, sang ibu tetap menganggap anak-anaknya yang selalu dijaganya. Ibu yang selalu menjaga cucu-cucunya melebihi anak-anaknya. Cucu adalah s

Resiko Besar Seorang Bendahara

 Oleh : Milla Efendy Musim libur telah tiba. Tapi, tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Libur tahun ini hanya berlaku untuk siswa. Meskipun sudah satu semester pembelajarannya daring atau online, siswa belajar dari rumah juga. Liburan semester selama dua minggu bagi siswa termasuk istimewa. Liburan itu berarti siswa bebas tugas dari guru. Perasaannya tentu bebas  tugas dan lepas. Di hari pertama libur buat siswa, para guru masih harus berangkat ke sekolah. Mau apa di sekolah? Tentu saja ada beberapa pekerjaan yang menanti. Mendapat tugas tambahan selain mengajar, tentu saja menambah kesibukan. Menjadi bendahara LSP P1 yang kegiatannya tidak pernah berhenti, menuntut otak ini untuk terus bekerja. Bekerja mengatur keuangan LSP yang bukan uang sendiri. Dari menyiapkan RAB, honor asesor, dan laporan keuangan di setiap akhir kegiatan. Sebagian orang melihat, menjadi bendahara itu menyenangkan. Bisa pegang uang banyak. Mungkin sebagian orang atau guru tidak menyadari, resik

Merawat Bunga dengan Cinta

Oleh : Milla Efendy Hari ini tidak ada pekerjaan sekolah yang dikerjakan di rumah. Lelah dan lelah rasanya. Hari ini fokus mengurus bunga dan menyetrika pakaian yang sudah lama di keranjang. Pekerjaan sekolah tidak ada habisnya. Ada saja yang harus diselesaikan. Beda cerita kalau di sekolah cuma mengajar dan tidak ada tambahan tugas lainnya. Mungkin pekerjaan rumah juga tidak akan terbengkalai. Disyukuri dan dinikmati dapat pengalaman lain selain mengajar. Hampir satu bulan bunga tidak terurus cuma dilirik aja setiap kali berangkat dan pulang. Bunga-bunga sudah bersaing dengan rumput-rumput nakal yang tumbuh liar di sekelilingnya. Bunga kesayangan bunga yang malang. Beruntung musim hujan jadi masih tumbuh subur dan segar. Bunga yang menggambarkan keindahan, kecantikan, dan juga pesona tersendiri. Sungguh lelah ini hilang saat nyawang bunga yang seolah-olah menyapa dengan hati yang gembira, menyambut tuan rumah yang tampak lelah beraktivitas seharian. Kesukaan merawat bunga se

Dilema Nilai rapot

Oleh : Milla Efendy Hari ini, baik SD maupun SMP membagikan hasil belajar berupa rapot. Ada yang online dikirim dalam bentuk pdf ada juga yang sudah bentuk rapot diambil di sekolah. Yang jadi permasalahan bukan rapotnya dibagi online atau langsung. Tapi hasil nilai selama satu semester yang ramai diperbincangkan orang tua maupun wali murid. Sebagian masih bertanya-tanya peringkat anak di kelas. Padahal untuk kurikulum yang sekarang sudah tidak berlaku lagi yang namanya peringkat. Orang tua masih menganggap kepandaian anak-anak dilihat dari peringkat. Memang diakui, anak yang pandai pasti nilainya akan lebih bagus dibanding dengan yang lain. Dengan mendapatkan peringkat pertama, menunjukkan anak paling pandai di kelasnya. Dengan pembelajaran daring, sebenarnya ada beberapa permasalahan yang dihadapi para guru. Saat pembelajaran dengan tatap muka, guru pasti akan mengetahui tingkat kepandaian siswa. Antara siswa yang disiplin dan malas pun akan langsung bisa diamati. Keaktifan sisw

Menggapai Impian

  Oleh : Milla Efendy Menggapai impian itu tak mudah. Impian itu sebenarnya sama nggak sih dengan cita-cita?. Setiap orang berhak memiliki yang namanya impian. Impian yang sama dengan orang lain tidak jadi masalah. Karena untuk menggapai impian itu melewati jalan yang berbeda. Ada yang lancar, tapi ada juga yang penuh rintangan dan tantangan. Memiliki sebuah impian bagi setiap orang sudah pasti akan meninggalkan banyak cerita. Dan cerita itulah yang nantinya akan diceritakan ke orang lain sebagai pengalaman yang sangat berharga. Orang lain tahunya, kesuksesan meraih mimpi itu mudah. Tidak ada pengorbanan dan tidak ada rintangan. Menjadi sukses itu relatif, tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Bagi yang hanya menempuh pendidikan tingkat SMA, pasti memandang lulusan sarjana lebih sukses. Begitu juga yang lulusan sarjana melihat lulusan magister. Dalam hati bergumam, kehidupannya pasti lebih baik. Tapi, apakah faktanya seperti itu? Sukses menurut orang lain belum ten

ATM Disable

Oleh : Milla Efendy Jaman sekarang dengan kemajuan IPTEK serba dimudahkan dan juga dimanjakan. Apalagi beragam aplikasi yang ada di HP Android tambah mempermudah segala urusan. Belanja baju, aksesoris, dan barang kebutuhan rumah tangga tinggal duduk manis. Dua sampai tiga hari, sudah sampai di rumah. Tapi, tidak semua orang bisa menikmati kemudahan lewat aplikasi. Masih khawatir dan takut kalau terjadi sesuatu. Apalagi kalau sampai HP hilang. Dan untuk urusan membayar juga tidak perlu mengantri lagi di bank. Karena selain ada aplikasi juga ada ATM yang tidak terbatas oleh waktu. Seperti biasanya, jam 6 berangkat ke sekolah. Jam 9 ke bank karena ATM keblokir. Padahal saat mencet PIN ATM cuma salah sekali. Di layar tertera keterangan transaksi gagal karena kartu disable. Entah apa artinya, segera buka google. Maksudnya apa kartu disable. Ternyata, ada indikasi disalahgunakan. ATM saja selalu di dompet, tidak pernah dibawa orang lain. Karena bingung, segera pindah ke ATM sebelahny

Musim Hajatan

  Oleh : Milla Efendy Musim pandemi belum juga berakhir. Penderita covid 19 semakin meningkat dimana-mana. Hampir semua daerah termasuk zona merah. Kepercayaan masyarakat terhadap covid 19 ini semakin menurun. Penggunaan masker juga semakin diabaikan. Dengan seribu alasan, semakin banyak yang tidak mempedulikannya. Rumah sakit umum daerah maupun swasta semakin penuh dengan pasien covid 19. Entah benar atau tidak, kepercayaan masyarakat sepertinya sudah berkurang. Ketakutan ke rumah sakit semakin kuat setiap kali diopname harus rapid terlebih dahulu. Kemudian diisolasi di sebuah ruangan yang tentunya menambah stres para pasien. Meningkatnya jumlah penderita covid 19, harusnya membuat masyarakat semakin sadar untuk menjaga diri dengan menggunakan masker, cuci tangan, dan juga jaga jarak. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Meskipun sudah diantisipasi pihak kepolisian untuk tidak mengadakan acara, nyatanya tidak menyurutkan untuk mengadakan acara seperti hajatan. Undangan khitana

Kebahagiaan yang Datang di Saat Terpuruk

  Oleh : Milla Efendy Teringat saat awal-awal ingin menjadi penulis mengirim sebuah tulisan yang dibuat dengan perjuangan dan semangat untuk menulis ke Pak Emcho (panggilan bapak Much. Choiri, dosen Unesa yang juga sebagai penulis).  Berharap sedikit mendapat pujian dari beliau tentang tulisan yang dibuat sepenuh hati dan berjudul Para Inspirator Penulis Pemula. Deg-degan pasti saat mengirim tulisan dengan rasa takut dan tidak percaya diri. Bukanlah sebuah pujian yang didapat, tapi ajakan beliau untuk mengikutkan tulisan ke dalam buku karya beliau yang berjudul Virus Emcho Melintas Ruang-Waktu pada bulan Maret 2020. Sampai sekarang chat beliau pada tanggal 14 Februari 2020 masih tersimpan. Memang ada kebahagiaan tersendiri di saat masa-masa terpuruk berada di titik nol. Sebagai obat paling mujarab kalau keterpurukan hanya membuat jiwa ini lemah. Tidak bisa berpikir jernih dan hanya menyalahkan diri sendiri. Di saat menganggap semua orang sama, sama dalam hal suka menjatuhkan oran

Bunga yang Terlupakan

Oleh : Milla Efendy Hampir tiga minggu aktivitas di luar rumah. Selain ke sekolah, ada acara keluarga yang waktunya di dua hari yang biasanya untuk libur. Libur dua hari yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Dari mencuci, menyetrika, beres-beres rumah, dan juga merawat bunga. Bunga terpaksa terbengkalai tidak pernah terurus. Beruntung setiap pagi dan sore selalu hujan, jadi bunga tumbuh subur bersamaan dengan rumput-rumput yang tumbuh di sekelilingnya. Setiap hari cuma dilirik dan tidak pernah disentuh. Hujan yang turun deras dari waktu subuh sampai  jam delapan pagi tentu saja membuat malas penghuni bumi. Nyaman dibalik selimut tebal dan membuat malas untuk beraktivitas. Kalau dituruti pasti inginnya tidur terus. Untuk melawan hawa dingin, segera menuju ke meja setrika. Baju-baju sudah menumpuk di keranjang yang membuat kamar penuh dengan baju. Jam 10 pun kelar menyetrika. Dilanjut ke belakang rumah untuk melihat kabarnya bunga. Bunga tumbuh subur tapi tidak c

Mengenang Masa Kecil

Oleh : Milla Efendy Waktu terus berjalan, jarum jam terus berputar ke kanan. Yang akan membawa waktu untuk segera berganti hari, tanggal, bulan, dan juga tahun. Tidak mungkin jarum jam akan berputar ke kiri mengembalikan waktu. Kejadian saat ini akan menjadi kenangan di tahun yang akan datang. Kejadian yang membahagiakan atau menyedihkan akan menjadi cerita hidup yang terlalu indah untuk dilupakan. tapi bisa juga terlalu sakit untuk diingat atau dikenang. Masa bermain di saat anak-anak masih teringat jelas di pikiran. Beragam jenis permainan semuanya menyenangkan. Tinggal menggali kreativitas masing-masing anak. Dari petak umpet, bermain kasti, naik egrang, berenang di sungai, dan masak-masakan yang harus bawa beras dari rumah tanpa sepengetahuan ibu. Semuanya menyenangkan dan saling berbaur. Sembunyi dalam sarung saat  bermain petak umpet tidak pernah jadi masalah meskipun sama lawan jenis. Begitu juga saat berenang bersama di sungai, tidak canggung saat harus bertelanjang dad

Saat Jadi Mahasiswa

Oleh : Milati Masruroh Menulis setiap hari itu tidak mudah. Harus kuat melawan rasa malas, apalagi tidak tahu apa yang harus ditulis. menulis sesuatu yang ada dalam ingatan 18 tahun yang lalu saat masih menempuh kuliah di salah satu PTN yogyakarta. Usaha yang ditempuh untuk menggapai cita-cita, rela ikut tambahan pelajaran atau bimbingan belajar setiap hari minggu selama hampir lima bulan. Bukan target nilai UN yang tinggi, tapi target bisa masuk atau lolos ke perguruan tinggi negeri. Menurut tentor salah satu bimbel menyarankan, belajarlah soal-soal umptn. Kenapa? Kalau sudah memahami soal-soal UMPTN otomatis akan belajar juga soal-soal ujian nasional, yang saat itu bernama EBTANAS. Banyak yang mengikuti UMPTN ini hanya untuk iseng, sekedar mencoba dan mengadu nasib. Diterima syukur, gak diterima juga tidak masalah. Seandainya waktu itu terbawa pemikiran teman-teman, mungkin saat ini tidak akan pernah merasakan kuliah di PTN. Kuliah di kampus negeri yang tidak semua orang bisa

Kesibukan yang Tak Beralasan

Oleh : Milati Masruroh Menulis setiap hari, itu komitmen seorang penulis pemula yang ingin menjadi penulis handal dan memiliki banyak karya. Berusaha istiqomah saja dalam menulis. Meskipun kadang bahkan sering, ide menulis tiba-tiba lenyap. Beberapa   pekan ini, penulis dibuat keteteran dengan mengikuti dua pelatihan online.   Empat hari setiap minggunya berusaha untuk mengikuti sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen. Pelatihan online bersama Om Jay yang dilaksanakan setiap hari senin, rabu, dan jumat dari pukul 19.00 sampai 21.00 WIB terkadang mulur sampai pukul 22.00 WIB.   Tugas resume yang harus dikirim ke email Om Jay dan juga resume yang ada di blog harus dishare ke WAG Belajar menulis. Resume kuliah online sangat membantu untuk memahami materi yang disampaikan oleh nara sumber. Dengan menulis kembali atau mengetik di laptop sama saja sedang belajar kembali. Tidak cuma sekali dua kali membaca materi saat membuat resume.   Berusaha tepat waktu untuk mengumpulkan tugas

Sakit Bergilir

Oleh : Milati Masruroh Hari ini tidak mendapat jatah piket di sekolah alias WFH. Lumayan melegakan, tidak terburu-buru memasak untuk menyiapkan sarapan. Bisa santai setelah sholat subuh. Dua hari jagoan-jagoan mengalami flu dan batuk yang cukup membuat kekhawatiran berlebihan. Mau ke dokter takut, gak ke dokter gak tega lihat wajah jagoan-jagoan yang pucak dan sesak nafas karena batuk. Jagoan-jagoan yang aktif seminggu ini rajin sekali berolah raga. Dari pagi sampai sore tidak berhenti seperti atlit yang mau lomba. Di satu sisi senang, karena jagoan-jagoan ini tidak sibuk main handphone.   Tapi di sisi lain, kedua jagoan kelelahan. Teriknya panas matahari setelah bakda dhuhur tidak membuat jagoan untuk diam di rumah dan tidur siang. Tapi malah tertantang untuk fisik bersama tiga temannya. Berlari-lari kecil menuju ke desa tetangga sekitar 2 km. Rupanya aliran sungai yang deras di antara bebatuan besar cukup menarik perhatian jagoan dan temannya untuk bermain air yang kemudian ber

Takut ke Dokter

  Oleh : Milla Efendy Musim penghujan biasanya membuat orang yang kecapekan mudah sekali terkena flu dan batuk. Apalgi kalau tiap pulang kerja selalu hujan-hujanan. Membuat badan tambah tidak fit. Tentunya buat yang naik motor bukan mobil. Kalau naik mobil sih mau hujan mau panas gak pengaruh. Ada yang unik dengan adanya wabah covid 19. Sebagian masyarakat ternyata ketakutan saat harus berobat ke puskesmas atau dokter. Kala flu menyerang, lebih memilih obat warung ketimbang obat dokter. Tentunya sangat beralasan. Karantina 14 hari sudah ada di bayangan kala harus berobat dan divonis terkena virus covid 19. Padahal hanya flu biasa yang kerap melanda. Salah satu tetangga yang terkena flu dan merasa pusing mendatangi puskesmas untuk berobat. Sambutan pegawai puskesmas yang tidak bersahabat sudah pasti membuat jengkel. Menuduh tanpa alasan dan terkesan tidak menghargai para pasien yang menggunakan bpjs. Wajar juga saat pegawai puskesmas harus waspada dengan setiap pasien yang berob

Catatan kecil seorang Ibu

Oleh : Milati Masruroh Meskipun WFH, tapi kesibukan hari ini tetap tak berkurang. Aktifitas yang cukup menguras pikiran. Berawal dari bangun tidur, seperti biasanya harus menyiapkan sarapan untuk anak-anak dan suami.   Memasak makanan yang berbeda karena selera antara anak-anak dan suami berbeda. Suami suka pedas, anak-anak tidak suka pedas. Memasak selesai, dilanjut menjemur pakaian dan menyetrika meskipun cuma satu keranjang bambu. Pekerjaan seorang ibu yang hanya dikerjakan dengan dua tangan. Persiapan mengikuti webinar pelatihan PTK yang dimulai dari pukul 13.00 sampai 15.00 WIB perlu didoping segelas kopi good day moccacino untuk menghilangkan rasa kantuk selama pelatihan. Mengikuti webinar tidak terasa sudah 2 jam penuh. Dengan pemateri dan moderator yang sangat menarik dan bisa dipahami materi yang telah disampaikan. Setelah mengikuti webinar pelatihan PTK, dilanjut mengisi blog dengan tulisan lama yang direvisi dan ditambah beberapa kalimat. Tulisan yang berjudul “Tulisan S

Dodil Jagoan Kecilku

Oleh : Millati Masruroh Umurnya baru enam tahun, sekolah pun masih di TK. Karena badannya yang bongsor banyak yang mengira sudah SD. Apalagi teman-teman bermainnya kelas dua SD semua. Sebenarnya bukan dodil namanya. Itu hanya panggilan sayang saat dipanggil gak dengar-dengar karena asyik bermain. Dodil yang merupakan anak kedua biasa dipanggil dede, untuk membiasakan kakaknya biar memanggil dengan sebutan de di depan namanya. Namanya orang jawa, biar kelihatan lebih dekat. Mamas dan dede, itulah panggilan kesayangan kedua jagoan. Dodil memang jagoan pemberani yang mandiri. Kebiasaan ditinggal pagi pulang sore harus memaksanya lebih mandiri. Meskipun ada mbah putri yang mengawasi. Tapi karena beda rumah, kadang terpaksa harus dilakukan sendiri. Tidak seperti mamasnya yang cenderung manja dan   tidak mandiri. Dodil itu panggilan khusus sang ibu. Kalau dipanggil namanya, maka dodil ini pun akan memanggil ibunya dengan namanya juga. Karena tahunya dede itu seperti sebutan ayah da

Kendala Pembelajaran Daring

  Oleh : Milla Efendy   Pembelajaran jarak jauh dengan daring, baik yang menggunakan aplikasi teams atau google meet atau WAG ada kesan tersendiri untuk para siswa. Ada yang ikut karena memang ada niat untuk belajar, ada yang ikut hanya karena absensi, dan ada yang ikut juga karena merasa terpaksa. Siswa dengan karakter yang berbeda, pasti akan terlihat saat pembelajarannya dengan tatap muka langsung. Pembelajaran dengan daring tentu saja menjadi sesuatu yang cukup sulit mengenal kepribadian atau karakter masing-masing siswa. Guru berusaha berpikiran positif terhadap siswa. Pembelajaran dengan virtual ada kesan tersendiri saat bisa berkomunikasi langsung dengan siswa. Untuk sementara mengesampingkan dulu siswa yang tidak ikut. Apa yang disampaikan ke siswa lebih mengena daripada hanya sekedar chat atau pesan singkat lewat tulisan. Penjelasan materi yang hanya 30 menit lumayan efektif, sebagai guru merasa lega sudah menyampaikan materi meskipun hanya intinya. Tidak mungkin sedet