Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Dibalik Kisah Jadi Admin WAG RVL

Oleh : Milati Masruroh Tergabung dalam WAG Rumah Virus Literasi (RVL) yang digawangi leh Mr. Emcho sejak bulan april 2020 banyak sekali ilmu yang didapatkan dalam dunia literasi. Meskipun belajarnya pelan-pelan tapi selalu berusaha untuk mencoba membuat sebuah tulisan setiap hari. Tulisan apa saja baik tentang curahan hati, kegiatan sehari-hari, makanan khas daerah, dan masih banyak lagi. Tulisan yang diungkapkan dengan bahasa santai dan tidak formal. WAG RVL yang beranggotakan penulis-penulis andal ternyata tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya bagi penulis pemula yang masih buta dengan dunia penulis. Sama saja dengan gelas kosong. Ibarat seorang siswa yang berhadapan dengan guru yang kesannya menakutkan.   Ada kesan tersendiri saat dipercaya Mr. Emcho untuk membantu ceklist tulisan yang sudah dishare para penulis dengan menjadikan admin di WAG RVL. Mau menolak tidak berani, tapi mau menerima rasanya malu. Rasa tidak percaya diri dan minder lebih kuat menguasai hati dan piki

Bubur Ayam

Gambar
Oleh : Milla Efendy Makanan khas satu ini, biasa dikenal dengan sebutan buryam. Bubur ayam seringkali dimakan pagi hari untuk sarapan. Meskipun orang Jawa bilang kalau belum makan nasi berarti belum sarapan, tapi cukup mengganjal perut saat keroncongan menahan lapar.  Minggu yang cerah di tempat keramaian seperti alun-alun dan GOR, banyak terlihat orang-orang berjalan santai menikmati pagi. Ada yang bergowes ria menggunakan sepeda. Ada juga yang hanya duduk-duduk santai menikmati keramaian orang yang saling berlalu lalang. Dari anak-anak sampai dewasa. Keramaian alun-alun maupun GOR, serasa tambah semarak dengan banyaknya pedagang dadakan dengan aneka menu makanan ringan yang lezat untuk dimakan pagi hari. Salah satunya adalah bubur ayam atau buryam. Entah darimana asal makanan ini, yang jelas buryam ini begitu lezat. Bubur yang masih panas ditambah dengan ayam yang sudah disuir-suir. Tentu saja masih ada tambahan lain yang menambah buryam ini semakin menggugah selera. Ada daun bawang

Konversi Nilai

Oleh : Milati Masruroh Membaca sebuah tulisan di salah satu media sosial yang membahas tentang manipulasi nilai rapot. Sangat menarik untuk dibahas jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai seorang guru, mempunyai kewajiban melakukan evaluasi atau dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, dan penilaian akhir semester atau penilaian akhir tahun. Penilaian ini sebagai dasar untuk membuat nilai akhir di raport sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang guru dalam membimbing   dan mengajar siswa. Siswa jaman now jelas beda dengan siswa jaman dulu. Siswa jaman dulu, setiap kali sekolah terlihat membawa setumpuk buku pelajaran. Buku tulis untuk mencatat materi yang disampaikan oleh guru juga terlihat penuh. Setiap ada tugas dari guru, siswa selalu berusaha mengerjakan.   Di luar jam sekolah, siswa juga mengikuti tambahan pelajaran atau bimbingan belajar karena merasa membutuhkan materi dan tidak mau tertinggal dengan teman lainnya. Dengan kemajuan teknologi,

Malu Saat Merasa Sok Sibuk

Oleh : Milati Masruroh Dua hari ini, serasa waktu sangat cepat dan dikejar-kejar oleh waktu. Kewajiban seorang guru di akhir semester yang membuat nilai raport cukup memakan waktu. Mengajar sejumlah 8 kelas yang masing-masing ada 6 kompetensi dasar. Memang mudah untuk pengisian nilai raport, tinggal memasukkan di aplikasi raport yang sudah dibuat oleh tim kurikulum. Tapi permasalahan muncul saat siswa tidak kunjung mengerjakan tugas dan mengirimkannya ke link yang sudah dishare di masing-masing WAG Kelas. Nilai yang harus segera disetorkan ke tim kurikulum, terpaksa harus dibuat sesegera mungkin. Karena rapat pleno kenaikan kelas akan segera diadakan. Deadline pengumpulan nilai tepat jam 12 akhirnya terkirim semua. Tepat pukul 13.00 harus segera mempersiapkan mengikuti pelatihan PTK yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah sampai pukul 15.00. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan lagi. Semua seperti kejar tayang. Tidak terbiasa mengerjakan beberapa pekerj

Kesibukan Guru Tiap Akhir Semester

Oleh : Milati Masruroh Menjadi guru itu mudah, tinggal masuk kelas, siswa disuruh mencatat terus latihan dan dikumpulkan. Itu merupakan salah satu tipe dari seorang guru. Guru yang disukai siswa-siswa yang tidak mikir karena cenderung santai. Tidak banyak tuntutan, tidak perlu penilaian atau ulangan, yang penting masuk dan kelihatan mukanya. Menjadi guru yang dirindukan tentunya keinginan setiap guru. Di kelas, siswa merasa   nyaman dan tidak diam dalam tekanan. Istilahnya mengajar dengan hati. Digugu lan ditiru, itu singkatan dari guru. Apa yang dikerjakan atau diperbuat oleh guru pasti akan ditiru sama siswanya. Segala gerak-geriknya di kelas pasti akan diperhatikan oleh siswa. Sampai terkadang kebiasaan guru akan siswa ingat meskipun sudah jadi alumni puluhan tahun lamanya. Kebiasaan mengucapkan kata-kata yang sama sampai ratusan kali. Sampai ada siswa yang tidak fokus dengan materinya, tetapi fokus menghitung kata-kata yang diucapkan sang guru. Belum gerak-gerik anggota tubuh y

Lika Liku Naik Kendaraan Umum

Oleh : Milati Masruroh Suara adzan awal di masjid besar membangunkan lelapnya tidur setelah seharian dari pagi sampai sore beraktivitas. Sudah terbiasa bangun pagi, tidur jam satu malam pun jam tiga juga pasti terbangun. Jarak sekolah yang cukup jauh, mengharuskan jam enam pagi sudah harus berangkat dari rumah. Apalagi kalau naik kendaraan umum yang tidak pasti jadwal keberangkatannya. Sebelum jam enam sudah harus menunggu di pinggir jalan raya. Setelah adanya aturan finger print, sekarang tidak berani kalau harus naik kendaraan umum.  Lamanya naik kendaraan tidak dapat diprediksi, karena penumpang semakin sedikit. Saat naik kendaraan umum,  rasa khawatir dan trauma selalu menghinggapi hati dan pikiran. Bukan tanpa alasan. Dua tahun naik kendaraan umum setelah melahirkan anak kedua menyisakan trauma yang begitu membekas. Waktu itu, belum begitu banyak orang yang memiliki kendaraan pribadi. Pastinya akan memanfaatkan kendaraan umum saat bepergian jauh ke luar kota. Begitu juga saa

Saksi Bisu Sebuah Blog

Gambar
Oleh : Milla Efendy  Membuat tulisan itu bisa dibilang mudah bisa juga sulit. Tergantung dari niat, motivasi, dan komitmen. Saat seseorang sudah punya niat tapi tidak ada motivasi hanya akan diam. Maksudnya menulis hanya sebatas angan. Tetapi, saat ada niat yang didukung dengan motivasi, menulis terasa lebih mudah. Pikiran akan nyambung dengan hati. Hati senang pikiran jadi terang. Melakukan atau mengerjakan apapun jadi gampang.  Menuliskan sesuatu apa yang dirasakan bukan semata-mata untuk menyindir orang lain. Apalagi menyakiti orang lain. Menulis hanya sebagai sesuatu yang harus diasah setiap hari. Semakin banyak tulisan, maka akan semakin terampil. Itu harapannya dan entahlah, apa yang ditulis terkadang tergantung dari ide yang muncul di pikiran. Beberapa hari bahkan bulan ini, lebih sering menulis di HP daripada di laptop. Bukannya malas buka laptop, tapi saat ide itu muncul laptop sudah terlanjur off setelah dipakai seharian. Keburu idenya menghilang, menulislah di HP. Untuk men

Teledor

Oleh : Milati Masruroh Pagi-pagi sekitar pukul lima pagi, bersama jagoan-jagoan berangkat menuju ke kota pelajar yogyakarta dengan menggunakan kendaraan pribadi. Jam delapan sampailah di kulon progo dan mampir ke soto kadipiro 3 untuk sarapan pagi sambil istirahat. Sampai di kota yogyakarta segera mencari tempat yang yang akan dituju. Lumayan muter-muter karena suami belum begitu paham kota yogyakarta.  Setelah urusan selesai sekitar jam satu siang, jagoan-jagoan tidak mau pulang. Katanya pengin ke taman pintar di malioboro yang sudah dijanjikan sebulan yang lalu tapi tidak sempat ke sana. Dengan sabar, suami pun menuruti apa keinginan jagoan-jagoan. Tidak sabar menuju ke taman pintar, yang seharusnya mencari rumah makan untuk makan siang pun tertunda. Mencari tempat parkir biar tidak terlalu jauh jalan kaki akhirnya didapatkan tepat di depan gedung SMP N 1 yogyakarta.  Dengan ceria, jagoan-jagoan pun langsung menuju ke taman pintar. Menuju ke loket untuk membeli tiket masuk dahulu ke

Kerasnya Hati Yang Meleleh

Oleh : Milati Masruroh Waktu terasa begitu sangat cepat. Baru tahun baru kemarin, sekarang udah awal bulan juni. Seharian beraktivitas di rumah jadi mbok inem. Entah dari mana asal usulnya kalau menyelesaikan pekerjaan di rumah namanya nginem. Dari memasak, mencuci, menyetrika, beres-beres rumah, dan selalu menyempatkan waktu untuk merawat bunga-bunga kesayangan. Rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Seakan tidak pernah berhenti kaki ini bergerak. Kaya setrika bolak balik ke depan terus ke belakang terus-terusan. Kalau diukur mungkin sudah menempuh lebih dari 5 km. Masa kecil lebih banyak digunakan untuk bermain ketimbang membantu pekerjaan ibu di rumah. Apalagi punya adik dan ibu seorang guru, jadi punya rewang yang membantu pekerjaan di rumah selain mengasuh adik saat ibu ke sekolah. Tidak dibiasakan membantu ibu saat kecil memang pengaruh besar saat remaja. Kesadaran belajar yang muncul saat itu membuat tiap hari hanya digunakan untuk belajar dan belajar. Dan ibu pun tidak per

Menulis Apa Yang Ingin Ditulis

Oleh : Milati Masruroh Tidak semua orang mampu menuliskan apa kata hati. Apalagi orang eksak yang tidak menyukai basa basi. Menulis itu membutuhkan ketekunan dan juga komitmen. Terkadang menulis juga tergantung suasana hati. Suasana yang bahagia atau malah sebaliknya. Suasana yang sedih dan galau. Menulis itu berat, apalagi kalau cuma dipikir. Beda lagi kalau langsung ditulis. Seringkali ingin menuliskan sesuatu yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan dirasakan oleh hati. Untuk memulainya berasa sangat sulit menemukan kalimat yang tepat untuk mengawali sebuah tulisan. Dengan membaca tulisan orang lain pasti sangat membantu dalam memancing ide di pikiran. Membaca tulisan-tulisan ringan tentang aktivitas keseharian, pekerjaan, hoby, tempat-tempat wisata, makanan khas daerah yang pasti berbeda, dan juga tentang lika liku kehidupan yang penuh dengan cerita. Tipe tulisan masing-masing penulis pasti beda. Ada yang mengungkapkannya dengan bahasa santai seperti sedang ngobrol

Copas Ucapan Hari Raya

 Oleh : Milati Masruroh Tanggal 27 Mei ternyata sudah diharuskan untuk bekerja lagi. Beberapa orang tampak berangkat menuju tempat kerja dengan menggunakan masker. Hampir lupa dengan jadwal piket di sekolah, beruntung ada salah teman yang ngeshare jadwal piket untuk mengingatkan. Terlalu asyik menikmati liburan di rumah bersama jagoan-jagoan. Dengan semangat, jam delapan pagi berangkat menuju ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sekitar 30 menit untuk menempuh jarak 21 km. Jalan tampak lengang tidak seramai hari biasanya. Jadi bisa agak cepat menuju ke sekolah. Sampai di sekolah, tampak beberapa guru sedang asyik ngobrol ngalor ngidul di lobi, ada juga yang sibuk mainan HP. Ada yang hilang saat lebaran ini, biasanya suasana lebaran sampai dua minggu lebih masih terasa. Suasana saling bermaaf-maafan tanpa salaman dan saling peluk berasa hanya berbasa-basi. Tidak keluar dari hati. Hanya untuk menggugurkan karena saling bertemu dan berhadapan. Tidak lebih seperti hari biasany

Kurang Piknik

Oleh : Milati Masruroh Lebaran telah berlalu. Dua bulan lebih di rumah bersama keluarga. Berusaha mengikuti himbauan pemerintah untuk tidak banyak keluar rumah. Kalau toh keluar   juga harus pakai masker dan bawa hand sanitizer. Dua bulan lebih berativitas dalam rumah kerap melanda kejenuhan terutama jagoan-jagoan. Meskipun tetap rutin mengaji di mushola, kegiatan lainnya hanya bermain sepeda, berolah raga, dan main di dalam rumah. Jagoan-jagoan yang terbiasa ditinggal dari jam enam pagi sampai jam lima sudah memahami betul resikonya memiliki ibu yang bekerja. Begitu ibu pamit berangkat ke sekolah, jagoan pun akan tersenyum mengijinkan. Meskipun kadang ada syaratnya pulang mesti bawa ice cream sama makanan kesukaannya. Jagoan-jagoan sudah terbiasa mandiri karena di rumah tidak punya rewang. Dari memasak mie instan, menggoreng telur dadar, dan bikin nasi goreng sudah terbiasa dilakukan sendiri. Bisa karena terpaksa tidak ada yang bisa diminta bantuannya. Tapi itu kalau tidak ada

Jagoanku Tersengat Tawon

Oleh : Milati Masruroh Lebaran di rumah saja, sampai lupa hari dan tanggalnya. Hikmahnya setiap hari selama 24 jam bersama jagoan-jagoan. Kedua jagoan yang selisih umurnya lima tahun ibarat tumbu nemu tutup. Tidak bisa diam dan selalu banyak ulah. Sudah terbiasa menghadapi, tapi tetap saja kesabaran hampir habis. Beruntung memiliki rumah di pinggir desa bukan di tengah desa. Jadi para tetangga tidak terganggu dengan teriakan-teriakan sang empunya rumah. Pagi-pagi, kedua jagoan tampak sibuk mempersiapkan diri untuk olah raga. Memakai sepatu dan juga kaos kaki. Voly menjadi pilihannya. Kedua bola voly yang tersimpan di gudang segera diambil untuk passing di lapangan ricemill depan rumah. Tampak rukun, kedua jagoan mulai pemanasan olah raga. Sang adik dengan gaya yang santai tampak melompat-lompat dengan alat skiping. Dan sang kakak dengan gaya bak atlit mengambil dua barbel hijau untuk menguatkan otot tangan. Mengangkat dan menurunkan barbel dengan kedua tangannya. Setengah jam kem

Reuni Teman Sekolah

Oleh : Milati Masruroh Lebaran selalu punya cerita dan meninggalkan kenangan indah bagi setiap orang. Lebaran ini dijadikan ajang silaturahmi keluarga besar untuk saling bermaaf-maafan dan yang paling utama untuk saling melepas rindu antaranggota keluarga. Bagi yang tinggal jauh di luar kota bahkan di luar propinsi, akan menyiapkan waktu cuti jauh-jauh hari demi hari raya idul fitri. Tidak peduli macet, berdesak-desakan, dan tiket mahal, yang penting bisa berkumpul bersama orang-orang tercinta di waktu lebaran tiba. Liburan lebaran yang cukup lama, ternyata tidak cuma untuk melepas rindu antaranggota keluarga. Tapi juga melepas rindu antarteman saat sekolah di SD, SMP, dan juga SMA. Temu kangen alumni atau reunian. Semua ingin kembali mengenang masa-masa sekolah setelah puluhan tahun tidak bersua. Dengan beragam pekerjaan yang dilupakan sejenak untuk menghilangkan kesenjangan ekonomi antarteman. Saling tertawa, saling mengejek, saling becanda. Dan yang paling heboh lagi, saat ada y

Seragam Sarimbit

 Oleh : Milati Masruroh Lebaran hari kedua masih di rumah saja, tidak ada rencana kemana-mana. Meskipun terasa hambar tetap saja harus bersyukur masih bisa merayakannya bersama keluarga tercinta. Kebiasaan keliling ke rumah-rumah saudara juga terpaksa ditiadakan. Alhasil yang biasanya jam empat sore baru di rumah lagi, lebaran kali ini jam sembilan pagi sudah di rumah lagi. Di tengah suasana yang dihimbau pemerintah untuk tetap di rumah tak mengubah banyak tradisi lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti tradisi pakai baju baru. Memakai baju baru itu bukan keharusan, cuma berasa kurang saat lebaran harus pakai baju lama yang baru dipakai satu kali. Apalagi sekarang sedang trending juga ucapan selamat hari raya dengan background foto keluarga. Copas tak masalah, yang penting bisa mengucapkan ke orang lain dengan berbagai model tulisan ucapan dan juga gambar. Kalau diperhatikan seneng rasanya melihat satu keluarga dengan anak yang sudah besar bahkan ada juga yang masih kecil

Lebaran Yang Hambar

Oleh : Milati Masruroh Hari raya idul fitri telah tiba. Hari raya kemenangan umat muslim setelah 30 hari menjalankan ibadah puasa. Takbir berkumandang di mana-mana. Dari anak-anak sampai orang dewasa semua menyambutnya dengan suka cita. Lebaran yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 1441 Hijriyah, angka yang cantik. Adanya pandemi covid 19 merubah tradisi yang turun temurun. Sholat ied yang biasanya dilaksanakan dengan persiapan yang maksimal, kali ini hanya seadanya meskipun termasuk di zona hijau. Lebaran yang berbeda tidak membuat kesibukan seorang ibu menyambut lebaran juga berbeda. Seorang ibu yang merindukan semua anak, menantu bersama cucu-cucunya tetap menyiapkan makanan istimewa untuk semua anggota keluarga. Seolah-olah melupakan himbauan pemerintah agar tidak saling bertamu demi menjaga jarak dan memutus rantai penyebaran covid 19. Berharap dalam hati, semua anak dan cucu bisa berkumpul bersama untuk merayakan lebaran. Begitu menyedihkan tahun ini, harapan

Takbir Keliling di Masa Remaja

Oleh : Milla Efendy Tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir menjalankan ibadah puasa di tahun ini. Berakhirnya bulan ramadhan tinggal menghitung jam. Meskipun ada covid 19, suasana lebaran tampak terasa suasananya. Semua orang sibuk menyambut kedatangan hari raya idul fitri. Bagi ibu-ibunya tetap membuat kue-kue lebaran tanpa khawatir tidak ada tamu atau pun saudara yang bertandang ke rumah untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Bagi bapak-bapaknya pun sibuk mempercantik rumah dengan mengecat kembali dinding rumah yang catnya telah pudar terkena sinar matahari dan hujan. Kenangan masa remaja saat masih sekolah di SMP, lebaran selalu punya cerita. Sebagai bagian dari remaja masjid waktu itu,   ikut sibuk mengikuti rapat kecil untuk mempersiapkan tradisi takbir keliling yang diadakan saat malam lebaran. Berbagi tugas untuk kelancaran tradisi takbir keliling yang dikenal juga dengan istilah mider. Takbir keliling yang sebagian pesertanya para remaja dan anak-anak berbaur

Meriam Bambu Itu Namanya Bledugan

Oleh : Milati Masruroh Selalu ada saja cerita di bulan ramadhan. Apalagi di daerah pedesaan. Bagi yang tinggal di kota pastinya jarang yang tahu kecuali mudik ke kampung pas bulan ramadhannya. Di daerah perkotaan, selama bulan ramadhan dihimbau untuk fokus di ibadah. Dari tadarus, sholat tarawih, dan kuliah subuh. Habis itu ya lebih banyak di rumah ketimbang berbaur dengan warga masyarakat lainnya. Suasananya hampir tidak ada bedanya antara bulan ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya. Bukan berarti di desa juga tidak fokus ibadah, tapi ada ciri tersendiri yang membedakan dengan bulan-bulan lainnya.   Suasana ramadhan di pedesaan serasa lebih bermakna. Apalagi saat sore dan malam hari. Di bulan ramadhan ini sebagian orang ada yang mengubah kebiasaan malam jadi siang dan siang pun jadi malam. Kecuali untuk ibu-ibu yang sibuk mengurus urusan dapur untuk berbuka puasa dan saur. Aktivitas warga dari anak-anak sampai dewasa memiliki kebiasaan sendiri-sendiri di luar menjalankan ibad

Mudik Yang Tertunda

Oleh : Milati Masruroh Mudik ke jogja itu tradisi sejak kecil. Meskipun mbah kakung sama mbah putri sudah tidak ada, tapi tradisi mudik itu masih saja dijalani setiap kali lebaran tiba. Mudik selalu banyak cerita. Terjebak dalam kemacetan pun selalu jadi cerita yang panjang dan menarik saat harus mudik dan balik kembali. Meskipun tidak berada di kota besar, tapi rasanya senang saat berkumpul dengan keluarga. Apalagi sekarang sudah punya kesibukan sendiri-sendiri. Gak mungkin bisa berkumpul semua kalau gak pas lebaran. Libur panjang pun bukan jaminan bisa berkumpul semua. Apalagi mulai tahun ini, liburan masuk cuti tahunan yang hanya diberi waktu tiga hari. Kandas sudah untuk bisa bersilaturrahmi dengan semua keluarga di jogja. Rumah simbah yang letaknya bersebelahan dengan sungai yang cukup lebar membuat para cucu-cucunya semakin betah tak mau pulang. Mandi bersama di sungai yang masih tampak jernih sambil mencari ikan di sela-sela bebatuan. Panas bukan halangan untuk mandi sambi

Menulis Dalam Kepasrahan Pikiran Yang Buntu

Oleh : Milati Masruroh Jadikan menulis itu suatu kebutuhan. Menulis, menulis, dan menulis. Tulislah yang tidak penting menjadi penting. Tulislah apa yang ada di pikiran. Kalau tulisannya jelek masih bisa diperbaiki. Daripada tidak menulis sama sekali. Itulah kalimat-kalimat motivasi untuk para penulis pemula. Berusaha istiqomah untuk menulis setiap hari sudah menjadi janji hati. Apapun tulisannya yang penting enak untuk dibaca. Apapun kalimatnya yang penting nyambung dan bisa menjadi satu paragraf. Nanti juga akan mengalir seperti air menjadi beberapa paragraf. Satu bulan pertama merasa senang, tanpa kendala karena ide tiap hari muncul dan menghasilkan sebuah tulisan. Tapi permasalahan muncul setelah menghasilkan lebih dari 40 tulisan. Ide tiba-tiba hilang entah kemana. Semua yang terjadi sudah tertuang dalam bentuk tulisan. Dari masa kecil, masa sekolah, masa berkeluarga, sampai kisah teman sendiri juga sudah. Menghela nafas panjang,   haruskah janji hati ini teringkari? Berar

Mudik Via Kota Bumiayu

Oleh : Milati Masruroh Ada yang berbeda lebaran tahun ini. Karena adanya si covid 19 itu yang membuat suasana lebaran tahun ini terasa memprihatinkan dan menyedihkan. Meskipun hikmah adanya covid 19 juga ada, tapi tetap menyisakan kepedihan. Lebaran yang hanya satu hari, persiapannya bisa berhari-hari. Apalagi yang berada di daerah perantauan. Para perantau ada yang dua bulan sebelumnya sudah pesan tiket kereta api maupun pesawat untuk bisa mudik ke kampung halaman. Takut kehabisan tiket, jadwal cuti pun dipersiapkan demi bisa menikmati lebaran di kampung bersama orang tua dan sanak saudara yang lain. Tidak semua pemudik memanfaatkan jasa kereta api atau pesawat. Ada yang lebih suka menggunakan kendaraan sendiri. Bahkan menggunakan sepeda motor dengan barang bawaan yang banyak bukan hal yang aneh, tapi hal yang biasa. Justru itu yang menjadi ciri khas para pemudik. Cukup mengkhawatirkan, saat H-7 masih harus berangkat ke sekolah yang jaraknya 21 km. Berada di barisan para pemud

Usaha Yang Tak Pernah Sia-sia

 Oleh : Milati Masruroh Merasa menjadi orang yang tidak pandai itu lebih banyak minder ketimbang percaya dirinya. Menjadi PNS itu impian sebagian orang. Sepuluh tahun mengabdi sebagai guru honorer telah banyak suka duka yang dialami. Berusaha ikhlas untuk menjalankannya dan bersyukur bisa mengabdi di instansi pemerintah.   Harapan yang selalu terucap dalam doa akhirnya terkabul menjadi seorang ASN. Meskipun melalui proses yang panjang dan cukup melelahkan. Tidak begitu memahami apa itu Penilaian Angka Kredit (PAK). Apalagi saat masih menjadi honorer, teman-teman PNS yang mengajukan PAK serasa dibuat stres. Bolak balik melengkapi persyaratan yang diinginkan tim penilai. Membuat yang melihat pun terheran-heran dan penuh pertanyaan. Program Induksi Guru Pemula (PIGP) yang dilaksanakan sekitar satu tahun telah terlewati dengan mendapatkan sertifikat PIGP. Katanya sih itu program baru dari pemerintah yang harus dilaksanakan oleh para CPNS di semua tingkatan baik SD, SMP, SMA/SMK. Dari

Kenangan Di Kereta Api Purbaya

Oleh : Milati Masruroh Hari raya idul fitri atau lebaran adalah hari kemenangan setelah satu bulan lamanya menjalankan ibadah puasa. Tidak terkecuali anak-anak yang sumringah menyambut lebaran. Malam menjelang lebaran, suara petasan terdengar dimana-mana untuk merayakan hari kemenangan itu. Bahagia dan sangat bahagia. Semua anggota keluarga berkumpul. Yang berada di perantauan semua kembali ke rumah untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar yang sangat dicintainya. Tradisi mudik ke kota kelahiran ibu di kota yogyakarta untuk mengunjungi sanak saudara tidak pernah terlewatkan.   Meskipun berangkatnya setelah lebaran hari kedua dengan menggunakan kereta api purbaya. Purbaya itu singkatan dari Purwokerto Surabaya. Maklum lah, jaman dulu orang tua tidak memiliki kendaraan pribadi. jadi harus sewa mikro meskipun hanya sampai stasiun. Dan kebetulan kalau naik bus, ibu mabuk perjalanan. Jadi belum naik bus aja, ibu sudah kelihatan tidak bersemangat karena harus menahan mual-mual dan

Etika Siswa Terhadap Guru

Oleh : Milati Masruroh Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebagai orang tua pasti akan mendidik putra putrinya semaksimal mungkin. Terutama tentang etika dan sopan santun. Siswa jaman dulu dengan siswa jaman now. Boleh dibedakan untuk masalah teknologi atau IT, dan metode pembelajarannya. Tapi untuk masalah etika dan sopan santun tidak seharusnya berbeda. Sebelum tahun 90an begitu takutnya seorang siswa terhadap guru. Tidak ada yang berani membangkang dengan sang guru. Kenakalan yang dilakukan sudah pasti akan langsung ditangani. Guru begitu mulia di hadapan siswa. Tidak ada yang berani melanggar aturan sekolah. Sangat disayangkan dengan kondisi siswa yang sekarang. Hanya bisa nggrentes. Kesan liar begitu melekat. Dan tanpa rasa malu dan canggung para siswa mengabadikan dalam video-video yang kemudian dishare di media massa tanpa memikirkan efeknya. Salah pergaulan? Bisa ya bisa juga tidak. Te

Antara Mencuci dan Menyetrika

Oleh : Milati Masruroh Dari masjid yang berada di desa sebelah, terdengar jelas suara seorang perempuan sedang tadarus melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Pelan dan berhati-hati dalam membacanya. Di rumah terasa sepi karena sendirian, dua jagoan seperti biasanya sudah asyik bermain bersama teman-teman sebayanya. Dan sang suami harus menghadiri rapat untuk pembagian zakat fitrah. Lelah begitu terasa, seharian menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak ada hentinya. Sudah dua tahun ini memang tidak memiliki rewang. Waktu itu mbak rewang pamitan mau ke jakarta ikut anak semata wayangnya. Terpaksa jagoan kecil langsung didaftarkan sekolah di TK sehari menjelang masuk. Repot pasti, jam enam harus sudah berangkat menuju ke sekolah yang berjarak 21 km dari rumah. Setengah empat sudah terbiasa terbangun untuk memasak. Menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan juga anak-anak. Beruntung memiliki jagoan-jagoan yang mandiri. Memahami pekerjaan sang ibu yang harus berangkat pagi dan pulang so

Penulis Pemula yang Mencari Ide

Oleh : Milati Masruroh Pandangan matanya kosong, padahal di depan terlihat pemandangan alam yang indah dan sangat menakjubkan. Bukit-bukit pun sebagian masih tertutup kabut tipis. Mentari masih malu-malu untuk menampakkan diri dan hanya mengintip lewat celah-celah pohon yang rimbun. Dari kejauhan lalu lalang kendaraan terlihat seperti semut yang berjalan. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sesekali terlihat mengernyitkan dahi dengan kedipan mata yang perlahan dan juga gerak bibir yang tidak beraturan. Ditarik, digigit, dan dijulurkan seperti menahan sesuatu yang menyesakkan dada. Sesekali tarikan nafasnya juga begitu panjang. Entah apa yang yang terjadi?entah apa yang dipikirkannya. Hmmm.... itulah yang dirasakan penulis pemula saat mencari ide. Membayangkan kembali untuk mengenang masa kecil, masa remaja, masa sekolah, masa jatuh cinta, masa kuliah, masa mencari pekerjaan, masa praktek mengajar untuk pertama kalinya, masa setelah mengajar. Berharap ada ide yang bagus dan me