Ketakutan Menjadi Imam

Oleh : Milati Masruroh

Angin berhembus sangat kencang dan hujan begitu deras. Dinginnya serasa sampai menusuk tulang. Membaca tulisannya pak agung tentang jadwal muadzin jadi teringat cerita tentang seseorang yang kepepet jadi imam. 

Sudah beberapa bulan yang lalu, tepatnya setelah hari raya Idul Fitri. Hampir tiga minggu, suami yang kecethit pinggangnya tak kunjung sembuh. Padahal sudah tiga kali dipijit. Karena khawatir saja, setelah bakda magrib menemani suami ke tukang pijat atau urut. Kebetulan masih teman orang tua dan sudah mengenal baik. 

Singkat cerita begitu sampai rumahnya diajak ngobrol dahulu selama kurang lebih satu jam. Gak lumayan lama lagi tapi lama. Menjadi pendengar setia, karena beliau ini suka cerita. Penting gak penting yang penting cerita. Suami pun mendengarkan sambil sekali-kali memuji kehebatan beliau. Padahal cuma basa basi karena suami tipe orang yang suka membuat orang tambah membusungkan dadanya.

Menceritakan tentang pengalamannya begitu mendengar adzan isya. Dikiranya mau mengajak sholat, malah cerita kalau beliau sempat ribut sama temannya karena gak mau jadi imam. Dengan tanpa dosa, beliau cerita tentang masa lalunya yang jarang bahkan bisa dibilang tidak pernah sholat. Sampai istrinya mengajak umroh pun, beliau menolak karena takut terjadi apa-apa di tanah suci. 

Tapi pelan-pelan mulai mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Sholat berjamaah di mushola dekat rumah. Ada pengalaman beliau yang membuat si pendengar bingung. Harus tertawa atau diam. Beliau menceritakan saat sholat magrib, yang terbiasa menjadi imam tiba-tiba berhalangan hadir. Padahal hanya ada dua laki-laki, termasuk dirinya. Keduanya sama-sama tidak pernah menjadi imam. Dengan bisik-bisik keduanya pun berdiskusi siapa yang jadi imam. 

Bagaimanapun, beliau ini seorang guru juga. Orang tahunya beliau ini pintar. Padahal dalam hati, beliau ini merasa deg-degan kalau harus jadi imam. Bacaannya yang belepotan pasti akan ditertawakan para jamaah yang kebanyakan ibu-ibu. 

Dengan sedikit memaksa dan pura-pura merendah akhirnya temannya mau menjadi imam. Lega dan harus menahan tawa saat temannya menjadi imam. Dalam hatinya, yang penting beliau selamet menjadi imam. 

Begitu sholat usai, temannya pun langsung cerita kalau selama menjadi imam tidak bisa tenang. Yang penting sholat sudah selesai dan faktanya lancar. 

Begitulah cerita tidak penting buat si pendengar tapi berusaha menjadi pendengar yang baik. Makanya tanpa terasa satu jam pun asyik ngobrol dan suami pun baru dipijit di ruang kamar yang disediakan. Bukannya kapok menemani suami dipijit, mending di rumah menemani jagoan-jagoan.

Bumiayu, 25 September 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1