Kebahagiaan yang Datang di Saat Terpuruk

 Oleh : Milla Efendy

Teringat saat awal-awal ingin menjadi penulis mengirim sebuah tulisan yang dibuat dengan perjuangan dan semangat untuk menulis ke Pak Emcho (panggilan bapak Much. Choiri, dosen Unesa yang juga sebagai penulis).  Berharap sedikit mendapat pujian dari beliau tentang tulisan yang dibuat sepenuh hati dan berjudul Para Inspirator Penulis Pemula.

Deg-degan pasti saat mengirim tulisan dengan rasa takut dan tidak percaya diri. Bukanlah sebuah pujian yang didapat, tapi ajakan beliau untuk mengikutkan tulisan ke dalam buku karya beliau yang berjudul Virus Emcho Melintas Ruang-Waktu pada bulan Maret 2020. Sampai sekarang chat beliau pada tanggal 14 Februari 2020 masih tersimpan.

Memang ada kebahagiaan tersendiri di saat masa-masa terpuruk berada di titik nol. Sebagai obat paling mujarab kalau keterpurukan hanya membuat jiwa ini lemah. Tidak bisa berpikir jernih dan hanya menyalahkan diri sendiri. Di saat menganggap semua orang sama, sama dalam hal suka menjatuhkan orang lain, suka menghakimi orang lain, dan satu-satunya jalan menjauhkan diri dari orang lain.

Kebahagiaan kembali terasa saat beliau memasukkan no WA untuk bergabung di grup penulis-penulis hebat. Luar biasa rasanya bisa mengenal langsung dengan para penulis andal meskipun hanya lewat dunia maya. Seperti prinsip beliau yang ditulis dalam chat, jika ingin bahagia, ajak orang lain ke pintu bahagia atau bahagiakanlah mereka. Jika ingin sukses dalam dunia perbukuan, ajak teman-teman pemula untuk masuk ke dunia itu. Mudah-mudahan barakah.

Darimana beliau tahu kalau waktu itu penulis pemula ini sedang haus dan lapar dengan yang namanya bahagia. Tidak ada bahagia sedikit pun, yang ada hanya kesedihan. Kebahagiaan yang hilang bak ditelan bumi. Tiba-tiba kebahagian itu datang secepat kilat menghilangkan kesedihan.

Semua tidak lepas dari Allah SWT, di setiap malam selalu memanjatkan doa menuntut kebahagiaan itu kenapa hilang, kebahagiaan itu kenapa menjauh, kebahagiaan itu kenapa tidak ada sedikitpun di raga ini. Pikiran kacau, jiwa pun marah. Itu yang setiap detik dirasakan dan tidak tahu lagi yang namanya bahagia.

Berserah diri dan pasrah, itulah yang dilakukan setiap malam. Mengharap ketenangan dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Satu juz, dua juz, bahkan sampai lima juz sampai hati ini merasakan tidak ada kemarahan dan juga kesedihan. Sebanyak itukah? Ya...

Kebahagiaan itu pun akhirnya datang juga. Kebahagiaan yang tidak terduga, yang tidak dapat dinilai dengan rupiah. Allah SWT maha besar, apa pun yang diharapkan hambanya pasti akan Allah SWT kabulkan.

Terima kasih ya Allah yang selalu memudahkan segala urusan. Selalu mendekatkan dengan orang-orang baik, berilmu, dan juga bertakwa. Tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah sudah berkehendak.

Bumiayu, 14 Desember 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1