Pantangan Waktu Untuk Pernikahan

Oleh : Milla Efendy

Hajatan itu ternyata ada musimnya. Apalagi orang Jawa yang masih percaya dengan hitungan bulan. Kalau tidak sesuai dengan hitungan biasanya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti mau buat rumah dan mau menikah, harus mencari bulan yang baik.

Orang tua yang sudah sangat sepuh, lebih suka menggunakan hitungan Jawa. Dan anehnya bisa menentukan waktu yang tepat. Misalnya menentukan 40 hari atau 1000 hari orang yang sudah meninggal. Buat orang masa kini lebih suka menggunakan patokan tanggal di kalender. Padahal hari raya idul Fitri, setiap tahunnya maju 10 hari dari tahun sebelumnya.

Menentukan tanggal pernikahan, juga tidak sembarang. Harus melihat tanggal lahir kedua calon pengantin. Kesannya ribet, karena pada saat perkenalan awal tidak mungkin menanyakan tanggal lahirnya kapan. Boleh apa nggak, apalagi menanyakan weton calon pendamping. Witing tresno jalaran soko kulino. Dari seringnya bertemu, ada sesuatu yang terjadi di hati masing-masing .

Setelah memperkenalkan  calon pendamping hidup, biasanya menentukan tanggal pernikahan. Di Jawa, ada pantangan jangan menikah di bulan Syura atau muharram, karena bulan pergantian tahun. Jadi kurang baik. Dan saat ditanyakan ke orang tua juga tidak dijawab secara detail dan masuk akal. Pokoknya jangan menikah di bulan itu.

Manut sajalah sama orang tua, toh tujuannya juga baik. Bukannya menyangsikan keimanan orang tua, tapi kadang ada tradisi yang memang harus dipatuhi. Apapun alasannya, orang tua selalu mewanti-wanti yang akan terjadi jika melanggar apa yang disampaikan orang tua

Bumiayu, 25 Desember 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1