Lika Liku Naik Kendaraan Umum

Oleh : Milati Masruroh

Suara adzan awal di masjid besar membangunkan lelapnya tidur setelah seharian dari pagi sampai sore beraktivitas. Sudah terbiasa bangun pagi, tidur jam satu malam pun jam tiga juga pasti terbangun. Jarak sekolah yang cukup jauh, mengharuskan jam enam pagi sudah harus berangkat dari rumah. Apalagi kalau naik kendaraan umum yang tidak pasti jadwal keberangkatannya. Sebelum jam enam sudah harus menunggu di pinggir jalan raya.

Setelah adanya aturan finger print, sekarang tidak berani kalau harus naik kendaraan umum.  Lamanya naik kendaraan tidak dapat diprediksi, karena penumpang semakin sedikit. Saat naik kendaraan umum,  rasa khawatir dan trauma selalu menghinggapi hati dan pikiran. Bukan tanpa alasan. Dua tahun naik kendaraan umum setelah melahirkan anak kedua menyisakan trauma yang begitu membekas.

Waktu itu, belum begitu banyak orang yang memiliki kendaraan pribadi. Pastinya akan memanfaatkan kendaraan umum saat bepergian jauh ke luar kota. Begitu juga saat menuju ke sekolah. Saat badan kecapekan menggunakan sepeda motor, pasti akan diselingi naik kendaraan umum. Naik kendaraan umum setiap hari sampai dikenal sopir sama kondekturnya. Dibanding penumpang umum, bayarnya pun lebih murah. Karena hampir setiap hari naik kendaraan umum yang sama di jam yang sama pula. Kalau terlambat juga paling hanya lima menit dari waktu biasanya.

Jadi seorang ibu memang lebih banyak khawatirnya saat harus duduk di bagian depan, tengah, apalagi belakang. Saat duduk di depan  ibarat membawa mobil sendiri ikut mengamati suasana jalan selama perjalanan. Denyut jantung pun ikut kejar-kejaran saat sang sopir ugal-ugalan mengendarai kendaraan. Menyalip mobil di depannya meskipun di tikungan tajam. Mata ini pun terasa tak mau berkedip saat harus berpapasan dengan kendaraan lain yang tak mau mengalah. Pasrah dan hanya bisa berdoa agar selamat dan segera sampai tempat tujuan. Sang sopir mungkin lupa, ada beberapa orang yang akan menanggung ugal-ugalannya.

Saat duduk di tengah pun tetap rasa khawatir lebih menguasai pikiran dan hati. Berpikiran negatif dengan orang yang berpenampilan rapi, membawa tas ransel kosong, dan gerak-gerik yang mencurigakan dengan pandangan tajam ke segala penjuru kendaraan. Naik kendaraan setiap hari bisa dibilang istimewa. Selama perjalanan tidak hanya mengenal orang lain yang baik, yang ternyata masih saudara, yang ternyata temannya orang tua, yang ternyata temannya teman, tapi juga mengenal si tangan panjang alias copet.  Selama perjalanan mata ini tak mau terpejam, hanya pura-pura tidur ketimbang harus menyaksikan copet beraksi.

Copet memang memiliki keahlian khusus. Mengambil dompet orang tanpa disadari oleh sang pemilik. Gerakan secepat kilat untuk mengambil sesuatu yang sudah diincar sejak sang penumpang naik kendaraan. Ibu-ibu dengan tas cantiknya sudah dipastikan menjadi sasarannya. Dengan sopan,  mempersilahkan sang ibu untuk duduk di kursi kosong yang sebelahnya sudah ditempati teman sesama copet. Kasihan sang ibu yang menjadi mangsa para copet. Hanya ikut berdoa semoga sang ibu akan baik-baik saja dan selamat dari sang copet.

Penumpang yang banyak dan penuh sesak tidak semuanya egois. Ada yang dengan kesadaran sendiri merelakan kursinya untuk ditempati meskipun di bagian belakang. Serba salah saat berada di belakang. Posisi berdiri sidah dipastikan pegal-pegal pada sekujur badan. Posisi duduk pun, saat ada jalan yang berlubang dan sang sopir tidak bisa menghindarinya membuat perut ini pun serasa kocak. Duduk pun sampai lompat ke bagian depan yang penuh sesak penumpang lain. Tanpa dikomando, seluruh penumpang bagian belakang pun menjerit bersama.

Lika liku naik kendaraan umum yang penuh dengan cerita dan juga meninggalkan trauma. Trauma yang berefek negatif dengan sesama penumpang lain yang belum dikenal, tapi juga lebih berhati-hati dan tidak pernah bisa tertidur saat dalam perjalanan.

 

Bumiayu, 03 Juni 2020

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1