Kurang Piknik

Oleh : Milati Masruroh

Lebaran telah berlalu. Dua bulan lebih di rumah bersama keluarga. Berusaha mengikuti himbauan pemerintah untuk tidak banyak keluar rumah. Kalau toh keluar  juga harus pakai masker dan bawa hand sanitizer.

Dua bulan lebih berativitas dalam rumah kerap melanda kejenuhan terutama jagoan-jagoan. Meskipun tetap rutin mengaji di mushola, kegiatan lainnya hanya bermain sepeda, berolah raga, dan main di dalam rumah.

Jagoan-jagoan yang terbiasa ditinggal dari jam enam pagi sampai jam lima sudah memahami betul resikonya memiliki ibu yang bekerja. Begitu ibu pamit berangkat ke sekolah, jagoan pun akan tersenyum mengijinkan. Meskipun kadang ada syaratnya pulang mesti bawa ice cream sama makanan kesukaannya.

Jagoan-jagoan sudah terbiasa mandiri karena di rumah tidak punya rewang. Dari memasak mie instan, menggoreng telur dadar, dan bikin nasi goreng sudah terbiasa dilakukan sendiri. Bisa karena terpaksa tidak ada yang bisa diminta bantuannya. Tapi itu kalau tidak ada ibu di rumah. Begitu ibu pulang, seabreg keinginannya pengin dibuatkan ibu. Pelampiasan kangennya seharian ditinggal.

Memiliki libur yang tidak sama kadang membuat iri jagoan-jagoan. Setiap hari sabtu tiba, keduanya sering kali punya alasan untuk tidak masuk sekolah. Dari kepala pusing, sakit perut, badan kegel-pegel yang hanya sampai jam delapan. Lebih dari jam delapan katanya sudah sembuh. Pandai beralasan hanya karena pengin dekat dengan sang ibu.

Menyadari tempat bekerja lumayan jauh, setiap hari harus bangun pagi sekitar setengah empat. Memasak yang ringan-ringan untuk sekedar menyiapkan  sarapan pagi buat jagoan-jagoan sama suami. Begitu berangkat, makanan sudah siap di meja makan.

Kejenuhan yang melanda jagoan-jagoan memang sangat beralasan. Biasanya jagoan-jagoan banyak aktivitas di luar seperti renang. Selain itu juga sering jalan-jalan ke tempat wisata atau mall sambil wisata kuliner. Mencoba menu masakan yang tidak pernah dibuatkan ibunya. Jagoan-jagoan memahami kalau sang ibu tidak begitu jago memasak. Kalau toh mau memasak rasanya tidak karuan, jadi tidak bisa dipaksakan.

Biasanya saat jadwalnya menjemput ibu ke sekolah, pulangnya akan mampir ke rumah makan pilihan jagoan-jagoan. Warung lesehan dengan berbagai menu menjadi pilihannya. Ada ayam bakar, ayam goreng, puyuh bakar,  bebek goreng, dan menu lainnya. Begitu lahapnya jagoan-jagoan makan sesuai pilihannya, apalagi jagoan kecil yang masih minta disuapi. Jagoan-jagoan terlihat begitu senang bisa makan bersama dengan bapak dan ibunya dalam satu waktu dan satu meja makan.

Memiliki hoby yang sama dalam satu keluarga itu sebuah kebahagiaan tersendiri. Bisa menikmatinya dengan kebersamaan. Beruntung sang suami juga memiliki hoby yang sama. Tidak seperti orang lain yang memiliki hoby memancing dan memelihara burung yang harganya jutaan rupiah. Tapi ya itu pilihan masing-masing orang. Sang suami pun selalu meluangkan waktu saat tanggal merah dengan tidak menerima pekerjaan jadi wasit di turnamen bola voly. Karena jagoan-jagoan pasti akan kompak merencanakan sesuatu begitu semua libur bersama.

Semoga covid 19 ini segera berlalu. Kasihan jagoan-jagoan yang sudah terlihat pucat karena kurang piknik. Tak terkecuali ibu juga yang jenuh dengan pekerjaan sekolah dan beraktivitas sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaan yang tidak ada selesainya. Butuh refreshing untuk sekedar menyegarkan kembali pikiran yang sudah penuh.

Bumiayu, 28 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1