Kerasnya Hati Yang Meleleh

Oleh : Milati Masruroh

Waktu terasa begitu sangat cepat. Baru tahun baru kemarin, sekarang udah awal bulan juni. Seharian beraktivitas di rumah jadi mbok inem. Entah dari mana asal usulnya kalau menyelesaikan pekerjaan di rumah namanya nginem.

Dari memasak, mencuci, menyetrika, beres-beres rumah, dan selalu menyempatkan waktu untuk merawat bunga-bunga kesayangan. Rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Seakan tidak pernah berhenti kaki ini bergerak. Kaya setrika bolak balik ke depan terus ke belakang terus-terusan. Kalau diukur mungkin sudah menempuh lebih dari 5 km.

Masa kecil lebih banyak digunakan untuk bermain ketimbang membantu pekerjaan ibu di rumah. Apalagi punya adik dan ibu seorang guru, jadi punya rewang yang membantu pekerjaan di rumah selain mengasuh adik saat ibu ke sekolah.

Tidak dibiasakan membantu ibu saat kecil memang pengaruh besar saat remaja. Kesadaran belajar yang muncul saat itu membuat tiap hari hanya digunakan untuk belajar dan belajar. Dan ibu pun tidak pernah mempermasalahkan saat harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Hanya menyapu, membersihkan dan merapikan tempat tidur yang setiap hari dilakukan. Tidak pernah mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak yang tidak pernah disukai apalagi dikerjakan.

Saat membina rumah tangga dan masih tinggal bersama orang tua  belum juga mengubah kebiasaan saat masih sendiri. Beruntung sang suami begitu memahami. Tidak banyak menuntut dan menerima sambil menasehati pelan-pelan. Menjadi anak manja yang tidak tahu pekerjaan rumah ternyata cukup merepotkan saat harus membina rumah tangga.

Setiap orang yang sudah berumah tangga pasti memiliki keinginan untuk memiliki rumah sendiri agar lebih mandiri.  Alhamdulillah beberapa tahun kemudian bisa membuat rumah meskipun sederhana. Kekhawatiran ibu yang begitu besar membuat setiap pagi selalu ke rumah. Hanya untuk melihat makanan yang tersaji di meja makan. Setelah itu, ibu pun kembali ke rumah dengan wajah yang sumringah. Tidak menyangka kalau anak manjanya telah bisa memasak.

Naluri seorang ibu akan keluar sendiri saat mulai hidup mandiri dan terpisah. Apalagi setelah hadir jagoan hebat yang membuat kehidupan lebih berwarna. Penginnya masakan ibu bukan masakan yang beli di warung makan. Serasa jadi koki profesional yang harus bisa masak menu apa saja.

Membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warokhmah menjadi doa setiap orang yang telah berkeluarga. Meskipun terkadang ada ribut-ribut kecil sebagai bumbunya berumah tangga. Kekuatan cinta sang suami memang telah meluluhkan kerasnya hati seorang istri. Dengan memahami dan menerima kekurangan sang istri yang selalu membutuhkan bimbingan dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan. Menyadari kewajiban bukan karena paksaan. Kewajiban sebagai seorang istri dan ibu untuk jagoan-jagoan.

Bumiayu, 01 Juni 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1