Mudik Via Kota Bumiayu

Oleh : Milati Masruroh

Ada yang berbeda lebaran tahun ini. Karena adanya si covid 19 itu yang membuat suasana lebaran tahun ini terasa memprihatinkan dan menyedihkan. Meskipun hikmah adanya covid 19 juga ada, tapi tetap menyisakan kepedihan.

Lebaran yang hanya satu hari, persiapannya bisa berhari-hari. Apalagi yang berada di daerah perantauan. Para perantau ada yang dua bulan sebelumnya sudah pesan tiket kereta api maupun pesawat untuk bisa mudik ke kampung halaman. Takut kehabisan tiket, jadwal cuti pun dipersiapkan demi bisa menikmati lebaran di kampung bersama orang tua dan sanak saudara yang lain.

Tidak semua pemudik memanfaatkan jasa kereta api atau pesawat. Ada yang lebih suka menggunakan kendaraan sendiri. Bahkan menggunakan sepeda motor dengan barang bawaan yang banyak bukan hal yang aneh, tapi hal yang biasa. Justru itu yang menjadi ciri khas para pemudik.

Cukup mengkhawatirkan, saat H-7 masih harus berangkat ke sekolah yang jaraknya 21 km. Berada di barisan para pemudik yang menggunakan sepeda motor seakan kewaspadaan harus maksimal. Rela mengalah demi sang pemudik menjadi pilihan untuk kenyamanan diri sendiri saat berada di perjalanan.

Begitu besar perjuangan para pemudik demi bisa merayakan lebaran bersama keluarga. Panas dan hujan tidak menjadi hambatan untuk perjalanan sehari semalam. Begitu juga yang menggunakan kendaraan pribadi. Harus benar-benar mempersiapkan bekal perjalanan. Karena menggunakan mobil tidak seperti menggunakan sepeda motor yang bisa mlipir-mlipir saat terjadi kemacetan.

H-7 tampak para polisi sudah mulai berjaga di pos-pos polisi untuk kelancaran arus mudik dan juga arus balik. Karena terlalu besar jumlah pemudik sudah dipastikan kemacetan terjadi dimana-mana termasuk bumiayu.

Bumiayu merupakan kota kecil yang berada di antara kota purwokerto dan kota tegal. Siapapun yang pernah ke kota tegal dari purwokerto atau sebaliknya pasti akan menyimpan kenangan kota bumiayu. Setiap kali lebaran tiba, saat arus balik maupun arus mudik bumiayu ini menjadi titik pusat kemacetan. Bisa tiga sampai empat jam, kendaraan tetap di tempat.

Banyak para pemudik yang belum tahu jalur alternatif bumiayu saat terjadi kemacetan parah. Rela merayap mengikuti arus. Rela berjam-jam untuk berada di jalan karena sudah siap mental menghadapi kemacetan.

Jalur alternatif ini memang jalan kampung, meskipun jalan sempit tapi cukup membantu menghindari kemacetan di jalur utama. Ada jalur negara daha sampai paguyangan. Dari terminal baru bumiayu sekitar 500 m belok kiri menuju karang jati. Lanjut ke negara daha sampai ke paguyangan. Biasanya di pertigaan jalan kampung banyak sukarelawan warga juga yang membantu sebagai penunjuk arah. Jadi tidak perlu khawatir akan nyasar.

Bagaimanapun berada di tengah-tengah kemacetan itu gak enak. Beda dengan orang  jakarta yang biasa menghadapi kemacetan. Bagi orang bumiayu sendiri, saat terjadi kemacetan mending diam di rumah. Mengamati mobil-mobil yang melintas menuju ke kota tujuan masing-masing.

Jalan utama bumiayu tahun ini tampak lengang seperti hari-hari biasa. Tidak ada peningkatan jumlah kendaraan. Lebaran jadi tidak ada cerita bagi para pemudik.   Semoga covid 19 segera berlalu. Agar kesedihan para perantau terobati untuk bisa berkumpul bersama keluarga besar dan juga sanak saudara di hari lebaran. Bisa menikmati opor ayam bersama meski hanya setahun sekali di tengah padatnya pekerjaan.

 

Bumiayu, 19 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1