Meriam Bambu Itu Namanya Bledugan

Oleh : Milati Masruroh

Selalu ada saja cerita di bulan ramadhan. Apalagi di daerah pedesaan. Bagi yang tinggal di kota pastinya jarang yang tahu kecuali mudik ke kampung pas bulan ramadhannya. Di daerah perkotaan, selama bulan ramadhan dihimbau untuk fokus di ibadah. Dari tadarus, sholat tarawih, dan kuliah subuh. Habis itu ya lebih banyak di rumah ketimbang berbaur dengan warga masyarakat lainnya. Suasananya hampir tidak ada bedanya antara bulan ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya. Bukan berarti di desa juga tidak fokus ibadah, tapi ada ciri tersendiri yang membedakan dengan bulan-bulan lainnya. 

Suasana ramadhan di pedesaan serasa lebih bermakna. Apalagi saat sore dan malam hari. Di bulan ramadhan ini sebagian orang ada yang mengubah kebiasaan malam jadi siang dan siang pun jadi malam. Kecuali untuk ibu-ibu yang sibuk mengurus urusan dapur untuk berbuka puasa dan saur.

Aktivitas warga dari anak-anak sampai dewasa memiliki kebiasaan sendiri-sendiri di luar menjalankan ibadah puasa. Artinya para warga tetap menjalankan ibadah selama bulan puasa dari sholat tarawih, tadarus, dan juga kuliah subuh. 

Bagi anak-anak tentunya lebih banyak mainnya setelah melaksanakan sholat tarawih berjamaah. Jam sepuluh itu tidak berlaku lagi untuk jam malam. Mereka tetap asyik bermain petak umpet, main sepeda, dan juga bermain petasan sama kembang api.

Beda lagi dengan kebiasaan para remaja. Setelah sholat tarawih yang dilanjut dengan tadarus Alquran, para pemuda-pemuda ini mengambil sebatang bambu petung berukuran satu meter yang sudah dilubangi untuk dibawa ke pinggir desa. Bambu yang mirip dengan meriam ini biasa disebut dengan bledugan. Bunyi yang cukup keras saat bambu itu dinyalakan dengan sebuah pemantik. Semakin keras bunyi dentumannya, maka semakin semangat untuk bermain bledugan. Tidak hanya malam hari, menjelang berbuka puasa para remaja ini juga asyik bermain bledugan sambil menunggu datangnya sore.

Bledugan di daerah pedesaan memang menjadi ciri khas bulan ramadhan. Tanpa adanya bledugan ini, bulan ramadhan pun terasa hambar. Karena bledugan ini memang hanya ada di bulan ramadhan. Tidak ada orang tua yang marah saat malam-malam merasa terganggu dengan dentuman-dentuman keras memekakkan telinga. Karena mereka pernah muda dan bermain bledugan juga. Tidak ada yang khawatir, karena bledugan ini lebih aman ketimbang petasan yang berukuran besar.

Bumiayu, 22 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1