Seragam Sarimbit

 Oleh : Milati Masruroh

Lebaran hari kedua masih di rumah saja, tidak ada rencana kemana-mana. Meskipun terasa hambar tetap saja harus bersyukur masih bisa merayakannya bersama keluarga tercinta. Kebiasaan keliling ke rumah-rumah saudara juga terpaksa ditiadakan. Alhasil yang biasanya jam empat sore baru di rumah lagi, lebaran kali ini jam sembilan pagi sudah di rumah lagi.

Di tengah suasana yang dihimbau pemerintah untuk tetap di rumah tak mengubah banyak tradisi lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti tradisi pakai baju baru. Memakai baju baru itu bukan keharusan, cuma berasa kurang saat lebaran harus pakai baju lama yang baru dipakai satu kali. Apalagi sekarang sedang trending juga ucapan selamat hari raya dengan background foto keluarga. Copas tak masalah, yang penting bisa mengucapkan ke orang lain dengan berbagai model tulisan ucapan dan juga gambar.

Kalau diperhatikan seneng rasanya melihat satu keluarga dengan anak yang sudah besar bahkan ada juga yang masih kecil-kecil kompak dalam hal berpakaian. Warna dan model baju yang sama. Sang ibu dengan anak perempuannya dan sang ayah dengan anak laki-lakinya. Lebih kerennya disebut sarimbitan. Jadi gak cuma batik yang bisa sarimbitan. Dengan berpakaian sarimbit, pastinya akan membutuhkan persiapan waktu yang lumayan lama sebelum lebaran tiba. Dari pilih model,  pilih bahan, pilih warna, dan juga pilih penjahit.

Sayangnya kebiasaan sarimbitan seperti itu tidak berlaku untuk jagoan-jagoan. Sejak dari kecil jagoan-jagoan tidak pernah merasa nyaman kalau disuruh menggunakan hem atau kemeja, apalagi batik. Pernah membeli kemeja pun cuma betah dipakai dua jam. Habis itu tersimpan rapi di lemari pakaian. Mungkin karena badannya gemuk jadi lebih suka baju-baju yang santai dari bahan kaos. Sungguh sangat disayangkan saat berharap bisa sarimbitan jagoan-jagoan langsung menolak mentah-mentah. Padahal melihat orang-orang yang bisa sarimbitan itu terpancar kebahagiaan menikmati kebersamaan saat lebaran. Menunjukkan kekompakan antaranggota keluarga.

Tidak bisa dipaksakan kebiasaan masing-masing keluarga apalagi dalam hal berpakaian. Ada yang mengutamakan model, ada juga yang mengutamakan kenyamanan, tapi ada yang dua-duanya. Biarpun baju-baju santai yang dikenakan saat lebaran, itu adalah pilihan jagoan-jagoan. Toh jagoan-jagoan bahagia dan menikmati lebaran dengan menggunakan baju baru yang simple.

Sebenarnya baju baru bukan keharusan saat lebaran,  tapi tradisi turun temurun yang akan selalu ada dan tidak akan pernah hilang. Yang paling penting lagi bukan masalah baju barunya, tapi jiwa yang kembali baru setelah saling memaafkan satu sama lain. Lebaran penuh cerita dan selalu punya cerita.

Bumiayu, 25 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1