Pekerjaan Menjadi Wasit
Menulis itu sebuah keterampilan yang
harus diasah setiap hari. Menulis itu bukan bakat, tapi karena ketekunan dalam
belajar merangkai kalimat. Kalimat sederhana itu yang terkadang memotivasi diri
sendiri untuk selalu mencoba merangkai kata menjadi sebuah kalimat.
Menulis itu tidak mudah, harus tahu
apa yang mau ditulis. Harus tahu tema apa yang mau dituangkan. Seperti malam ini,
mau menulis tapi ide tidak muncul juga. Ada
beberapa pekerjaan yang seharian ini, satu per satu mulai tertangani dan
akhirnya selesai. Dan itu cukup melegakan. Paling tidak mengurangi beban
pikiran.
Sebagai seorang ibu di rumah, tidak mungkin
melupakan kewajibannya untuk menyelesaikan sederet pekerjaan mencuci, memasak,
dan menyetrika. Dikerjakan satu per satu, akhirnya selesai juga. Berlanjut ke
tugas berikutnya untuk menyelesaikan tugas sekolah dan juga pelatihan.
Menyelesaikan pekerjaan saat pikiran
kacau, ternyata hanya membuang-buang waktu. Memprioritaskan pekerjaan yang paling
penting, meskipun semua pekerjaan yang dikerjakan juga penting. Yang jadi
permasalahan lagi saat sedang semangat untuk mengerjakan, sang jagoan juga
tidak begitu saja mengikhlaskan sang ibu sibuk di depan laptop. Minta disuapin
makan, minta diambilkan minum, minta dibelikan jajan, minta dibuatin susu, dan
minta sesuatu yang sebenarnya bisa dikerjakan sendiri.
Jagoan yang aktif dan tidak mau diam
juga terkadang menguji kesabaran di saat sibuk menyelesaikan pekerjaan. Ada saja
yang menjadi sumber pertengkaran. Apalagi keduanya sama-sama tidak mau mengalah,
saat terinjak kakinya maka harus membalas dengan menginjak kaki juga. Belajar jadi wasit, yang harus adil untuk
keduanya. Kalau ditulis mungkin sudah menghasilkan 2 buah buku. Dari pintu
kamar mandi yang balik balik rusak, jam dinding yang tiga kali terjatuh, kaca
lemari yang pecah, tiga sprei yang sobek, dan kursi di meja makan yang
disambung lakban karena patah.
Pekerjaan yang tak ada habisnya,
pekerjaan yang selalu datang silih berganti. Disyukuri saja, masih bisa
dikerjakan di rumah sambil menemani anak-anak. Paling tidak bisa menjadi wasit
disaat keduanya harus beradu kekuatan. Hehe...
Bumiayu, 19 Juli 2020

Setiap anak berkembang sesuai masanya bun...nti besaran dikit mamanya ganti jadi alarm, jadibrapper...tapi dinikmati dan disyukuri...semua akan indah pada waktunya insyallah
BalasHapushehe... harus siaga setiap waktu
HapusSelalu enak dibaca tulisannya bu milla, jujur saya bilang mantap dan mengalir.
BalasHapusTerima kasih bun...
HapusMengasah keterampilan menulis