Freewriting
Oleh : Milati Masruroh
Bosan menulis ini merupakan salah satu penyakit bagi
para penulis. Biasanya diawali dengan menyerang pikiran, sedang asyik menulis
tiba-tiba ide yang ada itu hilang entah kemana. Sudah pasti, kebingungan akan
melanda. Ide yang tiba-tiba hilang membuat badan ini terasa lelah, capek, dan
malas untuk melanjutkan apalagi menyelesaikan tulisan.
Ide baru juga tak jarang mendadak muncul saat
bermalas-malasan ria. Duduk santai sambil termenung, membiarkan pikiran
melanglang buana menjelajahi alam semesta. Seperti terbangun dari tidur, ide
pun menyapa alam pikiran manusia. Semangat untuk menulis lagi, sampai belum
selesai menulis ide lain pun juga tiba-tiba muncul. Karena lebih menarik,
tulisan dengan ide baru pun segera ditulis lagi, tulisan lama ditinggalkan. Baru
menulis satu paragraf, ide lain kok
muncul lagi. Seperti lingkaran setan kebuntuan, tulisan pun tidak kelar-kelar
dan tidak selesai juga. Hanya membuat pikiran stres dan beranggapan tidak
memiliki bakat untuk menjadi penulis.
Freewriting merupakan teknik menulis cepat tanpa
hambatan seperti jalan tol. Dengan syarat harus konsisten setiap harinya untuk menulis meskipun hanya
lima lembar. Bagi penulis pemula, menulis lima lembar sehari itu bukan hal yang
mudah, bisa membutuhkan waktu berjam-jam. Sehingga efeknya penulis pemula ini
cenderung bosan untuk menulis.
Untuk memahami dan menerapkan freewriting, ada contoh
ilustrasi sederhana seperti saat mengikuti ujian yang dimulai dari pukul 07.00
sampai dengan 09.00 atau selama 120 menit atau dua jam, tiba-tiba jalanan
macet. Padahal harus menyelesaikan 50 soal yang harus dikerjakan dengan baik, benar,
dan yakin. Macet sekitar satu jam ini jelas akan mengurangi waktu ujian. Padahal
soal-soal masih banyak, ada beberapa yang susah dan masih kosong. Waktu terus
berjalan, semua soal harus diisi dan dikerjakan untuk mendapatkan nilai yang
bagus pula. Dengan waktu satu jam yang masih tersedia, terpaksa harus ngebut
untuk menyelesaikan 50 soal. Seperti berlomba dengan waktu yang saling berkejar-kejaran.
Itulah gambaran yang namanya freewriting. Jadi freewriting itu bisa digambarkan
menulis secepat-cepatnya terhadap ide yang muncul.
Untuk dapat menerapkan freewriting, langkah pertama
yang harus dilakukan oleh seorang penulis adalah segera menulis ide yang
muncul, sebelum ide itu hilang. Kapan dan dimanapun berada, begitu ide muncul
langsung ditulis sampai ending ide tulisan itu dimana pokoknya ditulis. jika
situasi tidak memungkinkan, maka dilupakan atau dilewati saja. Saat bisa
meluangkan waktu, barulah cek dan ricek tulisan yang sudah dibuat. Alangkah baiknya
jangan memanfaatkan waktu luang, tapi harus meluangkan waktu sekitar 30 sampai
60 menit tiap harinya secara kontinu atau terus menerus.
Saat mencoba menerapkan freewriting ini, menulis terus
meskipun kalimat-kalimatnya tidak nyambung, salah ketik, dan lainnya. Baru nanti
ada cek dan ricek, yang dilanjut dengan proses editing. Yang harus dipahami
antara menulis dan editing itu merupakan dua ilmu yang berbeda.
Cara menentukan ide yang harus dieksekusi dalam sebuah
tulisan adalah ide yang dikenal dan dikuasai, sehingga akan ditulis dengan hati.
Terkadang tulisan yang sederhana justru terlahir dari hati, tidak neko-neko,
dan biasanya mampu menyentuh hati dan membawa para pembaca ke dalam tulisan
itu. Tulisan yang berkualitas atau pun tidak berkualitas, bisa ditentukan dari
faktor ide yang muncul. Jika ide yang muncul bagus dan berkualitas, maka hasil
tulisan juga tidak akan jauh dari tulisan yang bagus dan berkualitas. Dalam prakteknya,
menulis berkualitas menuntut sang penulis untuk mengikuti, mematuhi, dan
lain-lain sebelum tulisan itu selesai ditulis, sehingga tulisan itu akhirnya
tidak bisa kelar atau selesai.
Suka duka dalam menulis biasanya berawal dari sulitnya
menemukan ide yang pas dan bagus untuk dibaca. Kepikiran tulisan itu benar apa
gak? Nanti kalau jelek gimana? Pokoknya komplit yang dirasakan pada awal
mencari ide sampai harus tanya-tanya ke teman. Sehingga, saat mau membuat
tulisan harus punya komitmen jelek, kurang bagus, bagus, atau sejenisnya
pokoknya ditulis. Setelah terampil dalam menulis, langkah berikutnya adalah belajar
membuat outline. Dimana garis besar pokoknya saja harus selesai. Seiring berjalannya
waktu akan mengalami perkembangan dalam menulis dan sejenisnya. Selanjutnya satu
per satu tulisan akan selesai. Tulisan yang dibuat secara kontinu akan
dijadikan satu dalam sebuah karya berupa buku, yang bisa diterbitkan di
penerbit indie dan major. Yang tentunya penerbit indie lebih mudah dan lebih
cepat selesai.
Pada akhir pertemuan kuliah online, beliau menyimpulkan bahwa rasa bosan itu penyakit yang sangat berbahaya melebihi covid 19. Harus berhati-hati dan waspada, karena akan menyerang dengan tiba-tiba. Sehingga untuk menangkis serangan itu harus mencoba dan mencoba lagi sampai penulis sukses menghasilkan karya. Harus percaya dan yakin, siapa pun bisa jadi asalkan ada usaha dan doa, yang kunci utamanya adalah percaya diri. Teruslah menulis dan menulis, jangan pernah berhenti untuk terwujudnya cita-cita menerbitkan buku.

Mantab bu...semangat menulis
BalasHapusterima kasih bun...
HapusSelalu suka membaca tulisan yang bahasanya rapi
BalasHapusKeren bu...👍👍🙏🙏🙏
terima kasih bun...
HapusKeren eooii...mantabz dah
BalasHapusTerima kasih bun
HapusMasya Allah luarbiasa bu resumenya.🥰
BalasHapusMasih belajar...
HapusTerima kasih bun
selalu keren BuMila resumenya
BalasHapusUntuk mengasah keterampilan bun..
HapusSemoga nanti kwalitas tulisan kita akan baik juga.. Semangat
BalasHapusAamiin...
HapusSama2 belajar bun...
Sip bgt bu
BalasHapusMasih belajar menulis
HapusTerima kasih bun...
Wah keren resume nya
BalasHapushttps://suryanmasrin86.blogspot.com/2020/07/free-writing-kamu-gak-bakalan-kuat.html
Terima kasih pak...
HapusBu milaaaa tulisannya dah rapi yuuuuk kt buat buku, sy tunggu hehehheh
BalasHapusBelum PD bun...
HapusBelajar dulu lah