Proses Pembelajaran di Era Pandemi

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pada tahun 2020 yang tersebar luas ke banyak negara termasuk Indonesia telah ditetapkan sebagai sebuah pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penyebaran covid-19 yang menyebar ke berbagai negara di dunia diiringi dengan meningkatnya jumlah penderita, bahkan jumlah angka kematian. Tentu saja, kejadian ini sangat meresahkan semua umat manusia. Situasi yang mencekam dan menakutkan warga masyarakat sangat berdampak pada berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, budaya, keamanan, kesejahteraan, dan juga pendidikan.

Penyebaran covid-19 di Indonesia yang sangat memprihatinkan, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, Presiden juga menetapkan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID 2019) sebagai bencana nasional, sehingga diperlukan strategi dan upaya yang komprehensif dalam penanganan COVID 2019 dari pusat sampai ke daerah.

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID 2019 dengan Phisycal Distancing atau pembatasan jarak manusia secara fisik untuk menghindari sebuah kerumunan. Semua warga masyarakat tidak diperkenankan untuk keluar rumah, tetapi harus tetap berada di rumah selama masa pandemi virus corona. Keputusan pemerintah ini, tentu saja berdampak pada dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka di sekolah, dialihkan menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan) yang harus dilaksanakan dari rumah.

Kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan secara konvensional, kini semuanya dialihkan menjadi model pembelajaran berbasis daring. Pembelajaran daring pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan jaringan (internet) jarak jauh, dengan bantuan alat perantara seperti gadget, laptop, smartphone dengan aplikasi seperti google classroom, zoom, skype, whatsapp, hangout, web conference. 

Proses pembelajaran di sekolah-sekolah baik PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan SMK dilaksanakan secara daring atau online. Banyak istilah yang digunakan untuk proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik, seperti sekolah online, belajar dari rumah (BDR), E learning, dan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Proses pembelajaran yang mendadak dilakukan secara daring dan berbasis internet menyebabkan ketidaksiapan semua warga sekolah, baik guru, peserta didik, dan juga orang tua dalam pembelajaran daring.

Belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh menurut Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 di antaranya adalah :

1.   Memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.

2.   Memfokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic covid-19

3.   Memberikan variasi aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antarpeserta didik, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dari rumah.

4.   Memberikan umpan balik atau produk aktivitas belajar dari rumah yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kualitatif.

Pembelajaran yang dikenal secara online ini juga ternyata menyulitkan warga sekolah, seperti peserta didik yang tidak memiliki handphone android dan laptop, orang tua yang tidak bisa memahami keadaan dari anak (peserta didik) dan guru yang memberikan tugas berlebihan kepada peserta didik. Hal ini menjadi sebuah kewajaran karena keadaan tersebut baru pertama kalinya dirasakan oleh warga sekolah, sehingga banyak warga sekolah terutama guru merasakan kebingungan untuk mengambil sikap atau langkah yang harus diterapkan dalam pembelajaran.

Pembelajaran secara sederhana bisa diartikan sebagai proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas, dimana ada interaksi antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran juga merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh guru yang dapat menyebabkan peserta didik itu melakukan kegiatan belajar.

Kata “Pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia Pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-Wholistik yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga mendorong terjadi perubahan peranan guru dalam mengolah proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.

Menurut Gulo dalam R. Festiawan mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Biggs membagi konsep pembelajaran menjadi 3 pengertian, yaitu:

1.   Pembelajaran dalam Pengertian Kuantitatif

Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada       murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya.

2.   Pembelajaran dalam Pengertian Institusional

Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Dalam pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasi berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam peserta didik   yang memiliki berbagai perbedaan individual.

3.   Pembelajaran dalam Pengertian Kualitatif

Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.

 

Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 40 dijelaskan bahwa Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pada Pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

Peraturan tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya pembelajaran itu harus memberi manfaat pada peserta didik yang dilakukan secara menarik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik dan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi supaya terjadi situasi pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik merupakan suatu proses yang memungkinkan terjalinnya suatu potensi peserta didik dengan optimal. Komunikasi yang diharapkan bukan saja komunikasi logis, tetapi komunikasi yang banyak arah (multi arah) yaitu terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik atau kelompok dengan peserta didik dan antara kelompok peserta didik dengan guru. Meskipun pada kenyataannya pada proses pembelajaran masih banyak terjadi interaksi satu arah dimana guru aktif mendominasi pelajaran.

Sebagai guru yang baik, harus mampu mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di dalam pembelajaran. Metode pembelajaran bisa diartikan sebagai cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran yang diharapkan. Untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat.

Dalam pembelajaran daring, guru dituntut supaya bisa menentukan metode yang tepat untuk memberikan dan menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Hal ini dilakukan supaya peserta didik tidak merasa bosan dan akan tetap memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Penentuan metode yang baik dan tepat akan membuat pembelajaran berjalan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan untuk kegiatan belajar mengajar secara online. Tidak hanya metode dalam pembelajaran, tetapi sarana tidak kalah penting dalam proses pembelajaran. Selain itu juga diperlukan alat dan media pembelajaran demi tercapainya pembelajaran yang lancar dan baik.

Metode pembelajaran memiliki fungsi dan tujuannya ketika diterapkan dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran berfungsi sebagai langkah-langkah atau cara bagi guru dalam penerapan proses pembelajaran, dapat sebagai alat untuk memotivasi peserta didik dalam belajar supaya peserta didik memiliki kemauan yang besar untuk belajar. Selain itu, metode pembelajaran juga berfungsi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran atau sebagai salah satu strategi supaya peserta didik bisa belajar dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan metode pembelajaran antara lain :

1.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.

2.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi pembelajaran.

3.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan kemampuan guru.

4.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan kondisi peserta didik.

5.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan sumber dan fasilitas yang tersedia.

6.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan situasi dan kondisi belajar mengajar

7.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan waktu yang tersedia

8.       Kesesuaian metode pembelajaran dengan tempat belajar

 

Sedangkan untuk ciri-ciri metode pembelajaran yang baik untuk proses belajar mengajar antara lain :

1.   Bersifat luwes, fleksibel, dan memilih daya yang sesuai dengan watak peserta didik dan materi.

2.   Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan peserta didik pada kemampuan praktis.

3.   Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan materi

4.   Mengembangkan keleluasaan pada peserta didik untuk menyatakan pendapat.

5.   Mampu menetapkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat, dalam keseluruhan proses pembelajaran.

 

Prinsip-prinsip pemilihan metode pembelajaran antara lain :

1.   Tidak ada metode yang paling unggul, karena semua metode mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan memiliki keunggulan dan kelemahan.

2.   Setiap metode hanya sesuai dengan pembelajaran sejumlah kompetensi lainnya.

3.   Setiap kompetensi memiliki yang umum maupun yang spesifik sehingga pembelajaran suatu kompetensi membutuhkan metode tertentu yang mungkin tidak sama dengan kompetensi yang lain.

 

 

 

 

Metode yang digunakan pada pembelajaran daring, antara lain :

1.    Problem Based Learning (PBL)

Metode Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar dan bekerja sama secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang di dunia nyata. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri, serta menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi. Peserta didik memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman sendiri. Supaya aktivitas belajar lebih meningkat, maka dilengkapi dengan penguatan tugas terstruktur.  Melalui tugas terstruktur maka siswa akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk berlatih mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

2.    Project Based Learning (PjBL)

Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk memberikan pelatihan kepada peserta didik untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan sesama. Metode project based learning ini sangat efektif diterapkan untuk para peserta didik dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Metode pembelajaran ini sangat cocok bagi peserta didik yang berada pada zona kuning atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran ini, tentunya juga harus memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.

3.    Daring Method

Metode ini memanfaatkan jaringan online, dan bisa membuat para peserta didik kreatif menggunakan fasilitas yang ada, seperti membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online. Metode ini sangat cocok diterapkan bagi peserta didik yang berada pada kawasan zona merah. Dengan menggunakan metode full daring seperti ini, sistem pembelajaran yang disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh peserta didik tetap berada di rumah masing-masing dalam keadaan aman.

4.    Luring Method

Luring methode adalah model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang berlaku. Metode ini sangat pas buat peserta didik yang ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama dengan protokol ketat new normal. Dalam metode yang satu ini, peserta didik akan diajar secara bergiliran (shift model) agar menghindari kerumunan. Model pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pendemi ini. Metode ini dirancang untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak terlalu sulit saat disampaikan kepada peserta didik. Selain itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi mereka yang kurang atau tidak memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk sistem daring.

5.    Home Visit Method

Home visit merupakan salah satu opsi pada metode pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan saat home schooling. Jadi, guru mengadakan home visit ke rumah peserta didik dalam waktu tertentu. Dengan demikian, materi yang akan diberikan kepada peserta didik bisa tersampaikan dengan baik, karena materi pelajaran dan tugas langsung terlaksana dengan baik dibawah bimbingan guru.

6.    Integrated Curriculum

Metode ini akan lebih efektif bila merujuk pada project base, yang mana setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata pelajaran terkait. Dalam metode ini tidak hanya melibatkan satu mata pelajaran saja, namun juga mengaitkan materi pembelajaran dari mata pelajaran lainnya. Dengan menerapkan metode ini, selain peserta didik yang melakukan kerja sama dalam mengerjakan projek, guru lain juga diberi kesempatan untuk mengadakan team teaching dengan guru pada mata pelajaran lainnya. Integrated curriculum bisa diaplikasikan untuk seluruh peserta didik yang berada di semua wilayah, karena metode ini akan diterapkan dengan sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated curriculum ini dinilai sangat aman bagi peserta didik.

7.    Blended Learning

Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka melalui video converence. Jadi, meskipun peserta didik dan guru melakukan pembelajaran dari jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain. Metode ini efektf untuk meningkatkan kemampuan kognitif para pelajar.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, perlu juga untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran daring. Apalagi selama proses pembelajaran antara guru dan peserta didik hanya bertatap maya melalui zoom, google meet, dan teams. Strategi yang digunakan di pembelajaran abad 21 bisa menggunakan strategi Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL).

Tujuan dari strategi pembelajaran dapat dikategorikan menjadi beberapa, di antaranya sebagai berikut :

1.   Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek afektif

          Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang dalam konteks ini adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak ada dalam dunia empiris. Pengoptimalan aspek afektif akan membentuk peserta didik yang cerdas sekaligus memiliki sifat positif dan secara motoric terampil.

2.   Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran

          Dalam proses pembelajaran, terkadang ada beberapa siswa yang pasif. Hal ini yang menyebabkan peserta didik hanya memperoleh kemampuan intelektual (kognitf) saja. Padahal dalam proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik itu harus seimbang antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Strategi pembelajaran memberikan manfaat baik untuk guru maupun peserta didik. Manfaat dari strategi pembelajaran bagi guru antara lain sebagai berikut :

1.   Guru dapat mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.

2.   Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur

3.   Guru dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari pada saat proses belajar mengajar dimulai.

4.   Guru dapat memberikan bimbingan kepada peserta didik Ketika mengalami kesulitan.

5.   Guru dapat membuat peta kemampuan peserta didik sehingga dapat digunakan sebagai bahan analisis.

6.   Guru dapat melaksanakan program belajar akseleratif bagi peserta didik yang mampu.

          Sedangkan manfaat dari strategi pembelajaran bagi peserta didik antara lain sebagai berikut :

1.   Peserta didik terbiasa belajar dengan perencanaan yang disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri.

2.   Peserta didik memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan temannya, meski ada juga pengelaman yang sama.

3.   Peserta didik dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan belajarnya sendiri secara optimal.

4.   Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil belajar yang efektif dan efisien.

5.   Peserta didik dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

6.   Peserta didik dapat mengulang uji kompetensi (remidial) jika terjadi kegagalan dalam uji kompetensi.

Pembelajaran secara daring tentunya berkaitan erat dengan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan beberapa media pembelajaran berbasis teknologi. Media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, sehingga guru harus memahami materi pembelajaran yang akan diajarkan dan menentukan media pembelajaran yang tepat digunakan dalam penyampaian materi tersebut.

Manfaat media dalam pembelajaran di antaranya adalah :

1.    Membantu proses pembelajaran yang berlangsung antara guru dan peserta didik. Tidak semua materi pembelajaran dapat disampaikan secara verbal saja, tetapi perlu alat bantu (tools) lain yang dapat membanytu mengirimkan pesan atau konsep materi yang disampaikan oleh guru, sedangkan peserta didik terbantu dan lebih mudah dalam memahami konsep materi yang disampaikan oleh guru.

2.    Meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, rasa ingin tahu, dan antusiasme peserta didik meningkat, serta interaksi antara peserta didik, guru, dan sumber belajar dapat terjadi secara interaktif. Dapat membantu menyampaikan materi yang bersifat abstrak, rumit, dan kompleks, melalui media seperti simulasi, pemodelan, alat peraga, dan lain-lain.

3.    Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra. Beberapa materi yang kompleks membutuhkan ruang dan waktu yang panjang untuk penyampaiannya, dapat disampaikan melalui media pembelajaran online, e learning, dan lain-lain yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Begitu juga untuk materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan di mana saja.

Beberapa media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar dan pembelajaran diantaranya media whatsapp, handout, powerpoint atau PPT, video pembelajaran, dan quizizz. Dengan menggunakan media pembelajaran ini, diharapkan proses pembelajaran daring akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga peserta didik tidak mengalami kejenuhan selama proses belajar secara daring. Selain itu, penggunaan media pembelajaran juga diharapkan para peserta didik lebih cepat menerima materi pembelajaran.

Inovasi media pembelajaran saat ini berkembang sangat pesat, seperti penggunaan LMS, pembelajaran elektronik (e learning), dan pembelajaran mobil (mobile learning). Klasifikasi media pembelajaran terbagi menjadi Sembilan golongan, yaitu :

1.   Media audio, seperti siaran radio, podcast.

2.   Media cetak, seperti buku ajar, modul, majalah ilmiah.

3.   Media audio cetak, seperti buku Latihan yang dilengkapi dengan kaset atau CD, gambar atau poster yang dilengkapi dengan audio.

4.   Media visual diam, seperti OHT

5.   Media visual gerak, seperti film bisu

6.   Media audio visual gerak, seperti siaran televisi, youtube, CD atau DVD pembelajaran.

7.   Media objek fisik atau visual diam dengan audia, seperti film bingkai atau slide, film rangkai suara.

8.   Media benda, seperti benda nyata, model tiruan atau mock up.

9.   Komputer, seperti media berbasis computer dan teknologi.

 

Peran media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai alat bantu belajar. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman pendidikan yang bermakna bagi peserta didik, di mana dapat memberikan pengalaman yang nyata dalam belajar karena mengikutsertakan seluruh indra dan akal pikirannya.

Era pandemi seakan-akan menjadi pembuka bagi guru abad 21 yang harus melek IT. Pembelajaran yang menuntut guru mau tidak mau harus belajar IT. Banyak aplikasi-aplikasi yang disediakan oleh berbagai platform seperti zoom meeting, google classroom, google meet, skype, Webex, dan masih banyak lagi. Di awal pembelajaran daring, banyak guru yang sementara hanya memanfaatkan aplikasi whatsapp di handphone android.

Untuk tingkat PAUD maupun SD yang masih harus didampingi orang tua dalam belajar, dan orang tua hanya bisa mengandalkan whatsapp group atau WAG. Tugas yang diberikan ke peserta didik melalui aplikasi whatsapp ini, kemudian dikerjakan peserta didik di rumah dengan bimbingan orang tua masing-masing. Mulai banyak permasalahan-permasalahan yang muncul, orang tua merasa keberatan di saat harus mendampingi sekaligus membantu mengerjakan tugas.

Tidak dapat dipungkiri, pendidikan orang tua yang hanya tamatan SD tentunya mengalami kesulitan saat harus mengerjakan materi-materi yang belum pernah dipelajari di masa sekolahnya. Selain itu, orang tua juga merasakan ketidaksabaran saat harus membantu peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas dari guru.

Di tingkat SMP, untuk proses pembelajaran agar dapat berlangsung beberapa guru ada yang memanfaatkan aplikasi google classroom, zoom meeting, dan juga google form. Aktivitas peserta didik lebih terarah, karena materi dan tugas peserta didik untuk masing-masing mata pelajaran ada di google classroom. Untuk evaluasi pembelajaran, guru memanfaatkan aplikasi google form. Dengan aplikasi ini, guru lebih dimudahkan karena hasil evaluasi bisa segera diketahui tanpa harus mengoreksi hasil penilaian harian. Soal-soal pilihan ganda untuk penilaian harian disetting sekaligus dengan jawabannya. Sehingga, begitu peserta didik selesai mengerjakan penilaian harian bisa langsung melihat hasilnya.

Pembelajaran daring di tingkat SMA dan SMK, sudah menggunakan aplikasi yang tentunya sudah dipersiapkan sekolah. Penggunaan aplikasi Mikrosoft 365 atau dikenal dengan aplikasi teams menjadi pilihan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Pelatihan-pelatihan diadakan oleh pemerintah yang diikuti oleh perwakilan masing-masing sekolah, yang kemudian akan disalurkan kembali untuk guru-guru yang ada di sekolah.

Pada awal penggunaan aplikasi teams, banyak guru yang mengeluhkan penggunaan aplikasi teams. Tentu saja, bagi guru-guru muda yang seharusnya mudah memahami aplikasi saja merasa kesulitan apalagi guru-guru yang sudah mendekati masa purna atau pensiun. Aplikasi teams menjadi pilihan untuk sekolah-sekolah tingkat SMA maupun SMK, semua aktivitas baik guru maupun peserta didik ada di aplikasi ini. Dari materi pembelajaran, tugas untuk peserta didik, evaluasi pembelajaran, pembelajaran tatap maya atau meeting, dan nilai raport.

Banyak kendala yang dihadapi pada pembelajaran daring ini, antara lain sebagai berikut :

1.   Kurangnya pengetahuan untuk mengakses aplikasi pembelajaran

Meskipun guru, peserta didik, maupun orang tua sudah mulai terbiasa dalam hal mengakses aplikasi pembelajaran daring, tetapi masih saja ada guru, peserta didik, dan orang tua yang kesulitan dalam mengakses aplikasi pembelajaran daring. Hal itu yang dapat membuat guru, peserta didik, dan orang tua kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar selama proses pembelajaran.

2.   Gangguan signal

Dalam proses pembelajaran daring yang tidak bisa terlepas dari internet, signal merupakan salah satu hal yang penting. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung mendadak saja terhenti karena signal yang tidak stabil. Hal itu dapat dialami guru maupun peserta didik. Signal yang tidak mendukung, membuat guru yang sedang menjelaskan materi harus terlempar dari meeting. Begitu juga yang dialami siswa ketika memperhatikan apa yang disampaikan guru terdengar putus-putus suaranya. Signal yang tidak stabil seperti itu pada akhirnya dapat membuat keterlambatan dalam proses belajar mengajar itu sendiri. 

3.   Perangkat elektronik yang tidak mendukung

Perangkat elektronik seperti handphone, laptop, dan tablet menjadi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Perangkat elektronik yang tidak mendukung juga bisa menyebabkan pembelajaran daring menjadi terhambat dan tidak lancar. Perangkat elektronik yang tidak mendukung disebabkan karena kondisi ekonomi orang tua dari peserta didik yang tidak stabil. Apalagi di masa pandemi, banyak orang tua yang harus berhenti bekerja mencari nafkah dan kesulitan mencari lapangan pekerjaan baru.  Misalnya dalam satu keluarga hanya ada satu handphone yang digunakan secara bergantian. Selain itu, keterbatasan memory pada handphone juga menyebabkan tidak bisa mendownload aplikasi yang sudah ditentukan sekolah.

4.   Ketersediaan kuota yang terbatas

Aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring tentu saja membutuhkan kuota yang cukup banyak. Dengan harga kuota yang mahal, tidak semua orang tua dari peserta didik dapat dijangkau, apalagi dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Jadi, ketersedian kuota yang memadai sangat diperlukan dalam pembelajaran daring.

 

Sebagai guru abad 21 harus memahami karakter peserta didik abad 21 yang merupakan generasi Z yang senantiasa berinteraksi dengan data dan informasi. Generasi Z merupakan anak-anak yang lahir setelah tahun 1995. Adapun karakteristik dari generasi Z adalah sebagai berikut :

1.    Generasi Z menyukai kebebasan dalam belajar (self directed learning) mulai dari mendiagnosa kebutuhan belajar, menentukan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih strategi belajar, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

2.   Generasi Z suka mempelajari hal-hal yang praktis sehingga mudah beralih focus belajarnya meskipun memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya.

3.   Merasa nyaman dengan lingkungan yang terhubung dengan jaringan internet, karena memenuhi hasrat berselancar, berkreasi, berkolaborasi, dan membantu berbagi informasi sebagai bentuk partisipasi.

4.   Generasi Z lebih suka berkomunikasi dengan gambar images, ikon, dan symbol-simbol daripada teks. Generasi Z tidak betah berlama-lama untuk mendengarkan ceramah guru, sehingga lebih tertarik bereksplorasi daripada mendengarkan penjelasan guru.

5.   Memiliki rentang perhatian pendek (short attention span) atau dengan kata lain sulit untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama. Generasi z terbiasa bersentuhan dengan teknologi tinggidengan aksebilitas cepat misalnya smartphone.

6.   Berinteraksi secara kompleks dengan media seperti smartphone, televisi, laptop, desktop, dan iPod.

7.   Generasi z lebih suka membangun eksistensi di media sosial daripada di lingkungan nyata dan cenderung memilih menggunakan aplikasi seperti snapchat, secret, dan Whisper daripada whatsapp.

Pada pembelajaran daring, dimana baik guru maupun peserta didik di rumah hanya bisa bertatap maya melalui aplikasi zoom maupun teams memunculkan permasalahan baru. Guru tidak bisa mengenal lebih dekat dengan peserta didik, hal ini disebabkan guru tidak bisa melihat secara langsung pada peserta didik, sehingga berusaha mengenal dengan mengamati keaktifan siswa dalam meeting, ketepatan waktu mengunggah tugas, dan mengikuti penilaian harian tepat waktu.

Hasil penelitian Juliya M dan Herlambang Y.T (2021) menunjukkan bahwa problematika pembelajaran daring dialami baik oleh guru maupun peserta didik dapat berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik. Beberapa problematika pembelajaran daring diantaranya keterbatasan penguasaan teknologi, kesulitan mengakses jaringan internet, ketiadaan fasilitas penunjang belajar, dan kondisi lingkungan belajar yang kurang kondusif. Problematika pembelajaran daring tersebut dapat berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik, yaitu jika dilihat dari unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Solusi dalam mengatasi problematika yang dapat mempengaruhi motivasi belajar ini diantaranya peningkatan kompetensi guru, penggunaan metode pembelajaran yang efektif, pemberian bantuan kuota internet dari kemdikbud, dan kolaborasi antara guru dan orang tua peserta didik.

Hasil penelitian Nur Harizah Zain, Ika Candra Sayekti, Rita Eryani menunjukkan bahwa adanya problematika dalam proses pembelajaran daring atau jarak jauh selama pandemi yang muncul dari guru, peserta didik, maupun orang tua. Problematika yang muncul dalam proses pembelajaran daring atau jarak jauh selama pandemi diantaranya sarana pendukung yang minim yaitu peserta didik tidak mempunyai gadget maupun sinyal yang tidak stabil dari guru maupun peserta didik untuk melakukan pembelajaran daring, pemahaman teknologi yang sangat kurang, semangat belajar yang rendah, dan pencapaian tujuan belajar yang tidak dapat maksimal dan sesuai rencana.

Pembelajaran daring di era pandemi ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan baik untuk guru dan peserta didik. Kelebihan dengan adanya pembelajaran daring sudah pasti melatih kemandirian peserta didik, karena peserta didik dituntut harus belajar sendiri ketika mengerjakan tugas dari guru yang diunggah di aplikasi. Peserta didik juga dituntut untuk lebih memahami penggunaan IT baik dalam mengunggah dan mengirim tugas maupun mendownload materi dan tugas. Selain itu, pembelajaran daring juga ternyata memiliki kelebihan dalam menambah wawasan peserta didik yang harus mencari di internet.

Jika pada pembelajaran luring, baik guru maupun peserta didik harus berangkat pagi dan pulang siang, dengan adanya pembelajaran daring dapat ditentukan waktu dan tempatnya dengan lebih fleksible. Guru dapat menentukan waktu kapan saja sesuai dengan kesepakatan dan peserta didik dapat mengikuti pembelajaran di mana saja tanpa harus berangkat ke sekolah.

Kekurangan dari pembelajaran daring, di antaranya adalah guru dan peserta didik tidak pernah bertatap muka. Hal ini yang menyebabkan guru tidak mengenal peserta didik satu per satu, sehingga guru tidak bisa menilai secara langsung perilaku dan sikap peserta didik. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran secara daring, tidak selalu lancar mengikuti penjelasan guru. Hal ini disebabkan karena suasana rumah dan lingkungan yang ramai, sehingga apabila peserta didik lupa mematikan speaker akan mengganggu jalannya pembelajaran daring.

Kekurangan lainnya yang dialami guru dan peserta didik adalah jaringan internet yang tidak stabil. Seringkali guru yang sedang menjelaskan materi secara mendadak keluar, dan peserta didik yang sedang berdiskusi atau menjawab pertanyaan terputus-putus penjelasannya. Keberadaan peserta didik yang berada di daerah-daerah terpencil atau berada di luar jangkauan internet seringkali harus mencari tempat yang signalnya bagus dan lancar. Kejadian seperti ini yang akhirnya beberapa peserta didik kesulitan memahami materi yang disampaikan guru.

Sudah dua tahun lamanya ternyata peserta didik harus menjalankan pembelajaran daring akibat pandemi covid-19. Dengan adanya pandemi ini membuat beberapa peserta didik mengeluh karena merasakan pembelajaran daring kurang efektif. Banyak gangguan yang membuat proses belajar peserta didik tidak maksimal. Ada beberapa cara yang efektif dan tidak membosankan yang bisa dilakukan peserta didik selama belajar di rumah, antara lain dapat mengatur waktu yang baik dengan cara membuat jadwal dan menuliskan hal-hal yang harus dikerjakan, sehingga memiliki target yang harus dicapai.

Suasana belajar yang nyaman sangat mempengaruhi semangat belajar untuk selalu terjaga, sehingga dapat memilih ruangan yang jauh dari keramaian atau aktivitas anggota keluarga yang lain. Selain itu, sebisa mungkin peserta didik menghindari tidak memilih kamar tidur di saat pembelajaran daring untuk mengurangi rasa malas karena pembelajaran dilakukan sambal rebahan. Cara lain yang dapat dilakukan peserta didik adalah tidak menunda-nunda tugas dari guru yang harus dikerjakan.

Masa pandemi yang belum berakhir ini, sebagai warga negara yang baik tetap harus disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M sebagai salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan virus corona atau covid-19. Yang harus dilakukan untuk menerapkan 5M ini adalah mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi atau menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Hal yang sangat penting yaitu menjaga kesehatan di masa pandemi ini. Menjaga kualitas tidur yang baik, hidup sehat berolaharga, dan makan makanan yang bergizi.

  

 

DAFTAR PUSTAKA

Abi Hamid, M., Ramadhani, R., Masrul, M., Juliana, J., Safitri, M., Munsarif, M., ... & Simarmata, J. (2020). Media pembelajaran. Yayasan Kita Menulis.

Aidah, S. N., & Indonesia, T. P. K. (2021). Cara Efektif Penerapan Metode dan Model Pembelajaran (Vol. 54). Penerbit Kbm Indonesia.

Arifin, M. (2020). (buku) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh untuk Millenial. Kumpulan Penelitian dan Pengabdian Dosen.

Festiawan, R. (2020). Belajar Dan Pendekatan Pembelajaran. Universitas Jenderal Soedirman.

Haryati, S., & Sukarno, S. (2021). Inovasi pembelajaran daring di era pandemi COVID-19. Indonesian Journal of Education and Learning4(2), 479-485.

https://diknas.okukab.go.id/berita/detail/pembelajaran-di-masa-pandemi-covid19 diakses pada Rabu, 30 Sep 2020, 10:23:32 WIB

Juliya, M., & Herlambang, Y. T. (2021). Analisis problematika pembelajaran daring dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Genta mulia: jurnal ilmiah pendidikan12(1).

Maemunawati, S., & Alif, M. (2020). Peran guru, orang tua, metode dan media pembelajaran: strategi kbm di masa pandemi COVID-19. 3M Media Karya.

Mislan, M. P., & Irwanto, E. (2022). BUKU AJAR STRATEGI PEMBELAJARAN Komponen, Aspek, Klasifikasi dan Model-Model Dalam Strategi Pembelajaran. Penerbit Lakeisha.

Nasution, E. L. (2020). Uraian Singkat tentang E-learning. Deepublish.

Ngabidin, M. (2021). Pembelajaran Di Masa Pandemi, Inovasi Tiada Henti (Kumpulan Best Practices Inovasi Pembelajaran). Deepublish.

Nurfadhillah, S. (2021). MEDIA PEMBELAJARAN Pengertian Media Pembelajaran, Landasan, Fungsi, Manfaat, Jenis-Jenis Media Pembelajaran, dan Cara Penggunaan Kedudukan Media Pembelajaran. CV Jejak (Jejak Publisher).

Pohan, A. E. (2020). Konsep pembelajaran daring berbasis pendekatan ilmiah. Penerbit CV. Sarnu Untung.

Zain, N. H., Sayekti, I. C., & Eryani, R. (2021). Problematika Pembelajaran Daring pada Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu5(4), 1840-1846.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1