Proses Pembelajaran di Era Pandemi
Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) pada tahun 2020 yang tersebar luas ke banyak negara
termasuk Indonesia telah ditetapkan sebagai sebuah pandemi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Penyebaran covid-19 yang
menyebar ke berbagai negara di dunia diiringi dengan meningkatnya jumlah
penderita, bahkan jumlah angka kematian. Tentu saja, kejadian ini sangat
meresahkan semua umat manusia. Situasi yang mencekam dan menakutkan warga
masyarakat sangat berdampak pada berbagai aspek seperti ekonomi, sosial,
budaya, keamanan, kesejahteraan, dan juga pendidikan.
Penyebaran covid-19 di Indonesia yang sangat memprihatinkan, Pemerintah
melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 menetapkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang wajib
dilakukan upaya penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, Presiden juga menetapkan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID 2019) sebagai
bencana nasional, sehingga diperlukan strategi dan upaya yang komprehensif
dalam penanganan COVID 2019 dari pusat sampai ke daerah.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk
memutus rantai penyebaran COVID 2019 dengan Phisycal Distancing atau
pembatasan jarak manusia secara fisik untuk menghindari sebuah kerumunan. Semua
warga masyarakat tidak diperkenankan untuk keluar rumah, tetapi harus tetap
berada di rumah selama masa pandemi virus corona. Keputusan pemerintah ini,
tentu saja berdampak pada dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang dilakukan secara
tatap muka di sekolah, dialihkan menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan)
yang harus dilaksanakan dari rumah.
Kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan secara
konvensional, kini semuanya dialihkan menjadi model pembelajaran berbasis
daring. Pembelajaran daring pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan jaringan (internet) jarak jauh, dengan bantuan
alat perantara seperti gadget, laptop, smartphone dengan aplikasi seperti
google classroom, zoom, skype, whatsapp, hangout, web conference.
Proses
pembelajaran di sekolah-sekolah baik PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan SMK
dilaksanakan secara daring atau online. Banyak istilah yang digunakan untuk
proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik, seperti sekolah online,
belajar dari rumah (BDR), E learning, dan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Proses
pembelajaran yang mendadak dilakukan secara daring dan berbasis internet menyebabkan
ketidaksiapan semua warga sekolah, baik guru, peserta didik, dan juga orang tua
dalam pembelajaran daring.
Belajar dari
rumah melalui pembelajaran jarak jauh menurut Surat Edaran Mendikbud Nomor 4
Tahun 2020 di antaranya adalah :
1. Memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
2. Memfokuskan
pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic covid-19
3. Memberikan
variasi aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antarpeserta didik,
sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan
akses/fasilitas belajar dari rumah.
4. Memberikan
umpan balik atau produk aktivitas belajar dari rumah yang bersifat kualitatif
dan berguna bagi guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kualitatif.
Pembelajaran
yang dikenal secara online ini juga ternyata menyulitkan warga sekolah, seperti
peserta didik yang tidak memiliki handphone android dan laptop, orang tua yang
tidak bisa memahami keadaan dari anak (peserta didik) dan guru yang memberikan
tugas berlebihan kepada peserta didik. Hal ini menjadi sebuah kewajaran karena
keadaan tersebut baru pertama kalinya dirasakan oleh warga sekolah, sehingga
banyak warga sekolah terutama guru merasakan kebingungan untuk mengambil sikap
atau langkah yang harus diterapkan dalam pembelajaran.
Pembelajaran
secara sederhana bisa diartikan sebagai proses belajar mengajar yang
dilaksanakan di kelas, dimana ada interaksi antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran
juga merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh guru yang dapat
menyebabkan peserta didik itu melakukan kegiatan belajar.
Kata
“Pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam
dunia Pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
psikologi kognitif-Wholistik yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari
kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu
lewat berbagai media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar,
audio, dan lain sebagainya, sehingga mendorong terjadi perubahan peranan guru
dalam mengolah proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar
menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.
Menurut
Gulo dalam R. Festiawan mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan
belajar. Biggs membagi konsep pembelajaran menjadi 3 pengertian, yaitu:
1. Pembelajaran dalam Pengertian Kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini
guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikan kepada
siswa dengan sebaik-baiknya.
2.
Pembelajaran dalam Pengertian Institusional
Secara institusional pembelajaran berarti
penataan segala kemampuan
mengajar sehingga dapat berjalan efisien.
Dalam pengertian ini guru dituntut
untuk selalu siap
mengadaptasi berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam peserta didik yang
memiliki berbagai perbedaan individual.
3.
Pembelajaran dalam Pengertian Kualitatif
Secara
kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Dalam pengertian
ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada peserta
didik, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
Dari berbagai
pengertian pembelajaran di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu upaya yang dilakukan
dengan sengaja oleh guru
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem
lingkungan dengan berbagai
metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif
dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
Dalam
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal
40 dijelaskan bahwa Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan pada Pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan
ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
Peraturan
tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya pembelajaran itu harus memberi
manfaat pada peserta didik yang dilakukan secara menarik. Pembelajaran berpusat
pada peserta didik dan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi supaya
terjadi situasi pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik merupakan
suatu proses yang memungkinkan terjalinnya suatu potensi peserta didik dengan
optimal. Komunikasi yang diharapkan bukan saja komunikasi logis, tetapi
komunikasi yang banyak arah (multi arah) yaitu terjadinya komunikasi antara
guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik atau kelompok dengan
peserta didik dan antara kelompok peserta didik dengan guru. Meskipun pada
kenyataannya pada proses pembelajaran masih banyak terjadi interaksi satu arah
dimana guru aktif mendominasi pelajaran.
Sebagai
guru yang baik, harus mampu mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran yang
tepat, efektif, dan efisien. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik adalah dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi di dalam pembelajaran. Metode pembelajaran
bisa diartikan sebagai cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan
demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses
pembelajaran yang diharapkan. Untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu
materi pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat.
Dalam
pembelajaran daring, guru dituntut supaya bisa menentukan metode yang tepat
untuk memberikan dan menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Hal
ini dilakukan supaya peserta didik tidak merasa bosan dan akan tetap
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Penentuan metode yang baik dan
tepat akan membuat pembelajaran berjalan dengan baik. Oleh karena itu, guru
perlu mempersiapkan untuk kegiatan belajar mengajar secara online. Tidak hanya
metode dalam pembelajaran, tetapi sarana tidak kalah penting dalam proses
pembelajaran. Selain itu juga diperlukan alat dan media pembelajaran demi
tercapainya pembelajaran yang lancar dan baik.
Metode
pembelajaran memiliki fungsi dan tujuannya ketika diterapkan dalam proses
belajar mengajar. Metode pembelajaran berfungsi sebagai langkah-langkah atau
cara bagi guru dalam penerapan proses pembelajaran, dapat sebagai alat untuk
memotivasi peserta didik dalam belajar supaya peserta didik memiliki kemauan
yang besar untuk belajar. Selain itu, metode pembelajaran juga berfungsi untuk
mencapai tujuan dari pembelajaran atau sebagai salah satu strategi supaya
peserta didik bisa belajar dengan baik.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ketepatan penggunaan metode pembelajaran antara lain :
1.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
materi pembelajaran.
3.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
kemampuan guru.
4.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
kondisi peserta didik.
5.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
sumber dan fasilitas yang tersedia.
6.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
situasi dan kondisi belajar mengajar
7.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
waktu yang tersedia
8.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan
tempat belajar
Sedangkan
untuk ciri-ciri metode pembelajaran yang baik untuk proses belajar mengajar
antara lain :
1.
Bersifat luwes, fleksibel, dan memilih
daya yang sesuai dengan watak peserta didik dan materi.
2.
Bersifat fungsional dalam menyatukan teori
dengan praktek dan mengantarkan peserta didik pada kemampuan praktis.
3.
Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya
mengembangkan materi
4.
Mengembangkan keleluasaan pada peserta
didik untuk menyatakan pendapat.
5.
Mampu menetapkan guru dalam posisi yang
tepat, terhormat, dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip
pemilihan metode pembelajaran antara lain :
1.
Tidak ada metode yang paling unggul,
karena semua metode mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan memiliki
keunggulan dan kelemahan.
2.
Setiap metode hanya sesuai dengan
pembelajaran sejumlah kompetensi lainnya.
3.
Setiap kompetensi memiliki yang umum
maupun yang spesifik sehingga pembelajaran suatu kompetensi membutuhkan metode
tertentu yang mungkin tidak sama dengan kompetensi yang lain.
Metode
yang digunakan pada pembelajaran daring, antara lain :
1.
Problem Based Learning (PBL)
Metode Problem Based Learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis masalah yang menantang peserta didik untuk belajar
bagaimana belajar dan bekerja sama secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan yang di dunia nyata. Model
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran pada masalah
autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri, serta
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi. Peserta didik memperoleh
pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman sendiri. Supaya
aktivitas belajar lebih meningkat, maka dilengkapi dengan penguatan tugas
terstruktur. Melalui tugas terstruktur maka siswa akan lebih banyak
memiliki kesempatan untuk berlatih mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah.
2. Project
Based Learning (PjBL)
Metode project based learning ini
diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud no.4 tahun
2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk
memberikan pelatihan kepada peserta didik untuk lebih bisa berkolaborasi,
gotong royong, dan empati dengan sesama. Metode project based learning ini
sangat efektif diterapkan untuk para peserta didik dengan membentuk kelompok
belajar kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Metode
pembelajaran ini sangat cocok bagi peserta didik yang berada pada zona kuning
atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran ini, tentunya juga harus
memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.
3. Daring
Method
Metode ini memanfaatkan jaringan online, dan bisa
membuat para peserta didik kreatif menggunakan fasilitas yang ada, seperti
membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah maupun
mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online. Metode ini sangat
cocok diterapkan bagi peserta didik yang berada pada kawasan zona merah. Dengan
menggunakan metode full daring seperti ini, sistem pembelajaran yang
disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh peserta didik tetap berada di
rumah masing-masing dalam keadaan aman.
4. Luring
Method
Luring methode adalah
model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam artian, pembelajaran
yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan
protokol kesehatan yang berlaku. Metode ini sangat pas buat peserta didik yang
ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama dengan protokol ketat new
normal. Dalam metode yang satu ini, peserta didik akan diajar secara
bergiliran (shift model) agar menghindari kerumunan. Model
pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan
kurikulum selama masa darurat pendemi ini. Metode ini dirancang untuk
menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak terlalu sulit saat disampaikan
kepada peserta didik. Selain itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup
baik bagi mereka yang kurang atau tidak memiliki sarana dan prasarana yang
mendukung untuk sistem daring.
5. Home
Visit Method
Home visit merupakan
salah satu opsi pada metode pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip
seperti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan saat home schooling.
Jadi, guru mengadakan home visit ke rumah peserta didik dalam
waktu tertentu. Dengan demikian, materi yang akan diberikan kepada peserta
didik bisa tersampaikan dengan baik, karena materi pelajaran dan tugas langsung
terlaksana dengan baik dibawah bimbingan guru.
6. Integrated
Curriculum
Metode ini akan lebih efektif bila merujuk
pada project base, yang mana setiap kelas akan diberikan
projek yang relevan dengan mata pelajaran terkait. Dalam metode ini tidak hanya
melibatkan satu mata pelajaran saja, namun juga mengaitkan materi pembelajaran
dari mata pelajaran lainnya. Dengan menerapkan metode ini, selain peserta didik
yang melakukan kerja sama dalam mengerjakan projek, guru lain juga diberi
kesempatan untuk mengadakan team teaching dengan guru pada
mata pelajaran lainnya. Integrated curriculum bisa diaplikasikan
untuk seluruh peserta didik yang berada di semua wilayah, karena metode ini
akan diterapkan dengan sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated
curriculum ini dinilai sangat aman bagi peserta didik.
7. Blended
Learning
Metode blended learning adalah
metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini
menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka melalui video converence.
Jadi, meskipun peserta didik dan guru melakukan pembelajaran dari jarak jauh,
keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain. Metode ini efektf untuk
meningkatkan kemampuan kognitif para pelajar.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, perlu juga untuk menentukan
strategi pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran daring. Apalagi selama
proses pembelajaran antara guru dan peserta didik hanya bertatap maya melalui
zoom, google meet, dan teams. Strategi yang digunakan di pembelajaran abad 21
bisa menggunakan strategi Problem Based Learning (PBL) dan Project
Based Learning (PjBL).
Tujuan
dari strategi pembelajaran dapat dikategorikan menjadi beberapa, di antaranya
sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan
pembelajaran pada aspek afektif
Afektif berhubungan dengan nilai
(value) yang dalam konteks ini adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran
manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak ada dalam dunia empiris. Pengoptimalan
aspek afektif akan membentuk peserta didik yang cerdas sekaligus memiliki sifat
positif dan secara motoric terampil.
2. Mengaktifkan
peserta didik dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, terkadang
ada beberapa siswa yang pasif. Hal ini yang menyebabkan peserta didik hanya
memperoleh kemampuan intelektual (kognitf) saja. Padahal dalam proses
pembelajaran, hasil belajar peserta didik itu harus seimbang antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Strategi
pembelajaran memberikan manfaat baik untuk guru maupun peserta didik. Manfaat dari
strategi pembelajaran bagi guru antara lain sebagai berikut :
1. Guru
dapat mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang efektif dan
efisien.
2. Guru
dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur
3. Guru
dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari pada saat proses belajar mengajar
dimulai.
4. Guru
dapat memberikan bimbingan kepada peserta didik Ketika mengalami kesulitan.
5. Guru
dapat membuat peta kemampuan peserta didik sehingga dapat digunakan sebagai
bahan analisis.
6. Guru
dapat melaksanakan program belajar akseleratif bagi peserta didik yang mampu.
Sedangkan
manfaat dari strategi pembelajaran bagi peserta didik antara lain sebagai
berikut :
1. Peserta
didik terbiasa belajar dengan perencanaan yang disesuaikan dengan kemampuan
diri sendiri.
2. Peserta
didik memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan temannya, meski ada juga
pengelaman yang sama.
3. Peserta
didik dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan belajarnya sendiri
secara optimal.
4. Terjadi
persaingan yang sehat dalam mencapai hasil belajar yang efektif dan efisien.
5. Peserta
didik dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
6. Peserta
didik dapat mengulang uji kompetensi (remidial) jika terjadi kegagalan dalam
uji kompetensi.
Pembelajaran secara daring tentunya berkaitan erat
dengan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan
beberapa media pembelajaran berbasis teknologi. Media pembelajaran merupakan
alat bantu mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien, sehingga guru harus memahami materi pembelajaran yang akan diajarkan
dan menentukan media pembelajaran yang tepat digunakan dalam penyampaian materi
tersebut.
Manfaat media dalam pembelajaran di antaranya
adalah :
1. Membantu proses
pembelajaran yang berlangsung antara guru dan peserta didik. Tidak semua materi
pembelajaran dapat disampaikan secara verbal saja, tetapi perlu alat bantu (tools)
lain yang dapat membanytu mengirimkan pesan atau konsep materi yang disampaikan
oleh guru, sedangkan peserta didik terbantu dan lebih mudah dalam memahami
konsep materi yang disampaikan oleh guru.
2. Meningkatkan minat dan
motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, rasa ingin tahu, dan
antusiasme peserta didik meningkat, serta interaksi antara peserta didik, guru,
dan sumber belajar dapat terjadi secara interaktif. Dapat membantu menyampaikan
materi yang bersifat abstrak, rumit, dan kompleks, melalui media seperti
simulasi, pemodelan, alat peraga, dan lain-lain.
3. Dapat mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra. Beberapa materi yang
kompleks membutuhkan ruang dan waktu yang panjang untuk penyampaiannya, dapat
disampaikan melalui media pembelajaran online, e learning, dan lain-lain yang
dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Begitu juga untuk materi
pembelajaran dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
Beberapa media pembelajaran yang dapat menunjang
kegiatan belajar dan pembelajaran diantaranya media whatsapp, handout, powerpoint
atau PPT, video pembelajaran, dan quizizz. Dengan menggunakan media
pembelajaran ini, diharapkan proses pembelajaran daring akan lebih menarik
perhatian peserta didik, sehingga peserta didik tidak mengalami kejenuhan
selama proses belajar secara daring. Selain itu, penggunaan
media pembelajaran juga diharapkan para peserta didik lebih cepat menerima
materi pembelajaran.
Inovasi media
pembelajaran saat ini berkembang sangat pesat, seperti penggunaan LMS,
pembelajaran elektronik (e learning), dan pembelajaran mobil (mobile learning).
Klasifikasi media pembelajaran terbagi menjadi Sembilan golongan, yaitu :
1. Media
audio, seperti siaran radio, podcast.
2. Media
cetak, seperti buku ajar, modul, majalah ilmiah.
3. Media
audio cetak, seperti buku Latihan yang dilengkapi dengan kaset atau CD, gambar
atau poster yang dilengkapi dengan audio.
4. Media
visual diam, seperti OHT
5. Media
visual gerak, seperti film bisu
6. Media
audio visual gerak, seperti siaran televisi, youtube, CD atau DVD pembelajaran.
7. Media
objek fisik atau visual diam dengan audia, seperti film bingkai atau slide,
film rangkai suara.
8. Media
benda, seperti benda nyata, model tiruan atau mock up.
9. Komputer,
seperti media berbasis computer dan teknologi.
Peran media dalam
kegiatan pembelajaran antara lain sebagai alat bantu belajar. Media pembelajaran
dapat memberikan pengalaman pendidikan yang bermakna bagi peserta didik, di
mana dapat memberikan pengalaman yang nyata dalam belajar karena
mengikutsertakan seluruh indra dan akal pikirannya.
Era pandemi seakan-akan
menjadi pembuka bagi guru abad 21 yang harus melek IT. Pembelajaran yang menuntut
guru mau tidak mau harus belajar IT. Banyak aplikasi-aplikasi yang disediakan
oleh berbagai platform seperti zoom meeting, google classroom, google meet,
skype, Webex, dan masih banyak lagi. Di awal pembelajaran daring, banyak guru
yang sementara hanya memanfaatkan aplikasi whatsapp di handphone android.
Untuk tingkat PAUD maupun
SD yang masih harus didampingi orang tua dalam belajar, dan orang tua hanya
bisa mengandalkan whatsapp group atau WAG. Tugas yang diberikan ke peserta
didik melalui aplikasi whatsapp ini, kemudian dikerjakan peserta didik di rumah
dengan bimbingan orang tua masing-masing. Mulai banyak
permasalahan-permasalahan yang muncul, orang tua merasa keberatan di saat harus
mendampingi sekaligus membantu mengerjakan tugas.
Tidak dapat dipungkiri,
pendidikan orang tua yang hanya tamatan SD tentunya mengalami kesulitan saat
harus mengerjakan materi-materi yang belum pernah dipelajari di masa sekolahnya.
Selain itu, orang tua juga merasakan ketidaksabaran saat harus membantu peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas dari guru.
Di tingkat SMP, untuk
proses pembelajaran agar dapat berlangsung beberapa guru ada yang memanfaatkan
aplikasi google classroom, zoom meeting, dan juga google form. Aktivitas
peserta didik lebih terarah, karena materi dan tugas peserta didik untuk
masing-masing mata pelajaran ada di google classroom. Untuk evaluasi
pembelajaran, guru memanfaatkan aplikasi google form. Dengan aplikasi ini, guru
lebih dimudahkan karena hasil evaluasi bisa segera diketahui tanpa harus
mengoreksi hasil penilaian harian. Soal-soal pilihan ganda untuk penilaian
harian disetting sekaligus dengan jawabannya. Sehingga, begitu peserta didik
selesai mengerjakan penilaian harian bisa langsung melihat hasilnya.
Pembelajaran daring di
tingkat SMA dan SMK, sudah menggunakan aplikasi yang tentunya sudah
dipersiapkan sekolah. Penggunaan aplikasi Mikrosoft 365 atau dikenal dengan
aplikasi teams menjadi pilihan untuk berlangsungnya proses pembelajaran.
Pelatihan-pelatihan diadakan oleh pemerintah yang diikuti oleh perwakilan
masing-masing sekolah, yang kemudian akan disalurkan kembali untuk guru-guru
yang ada di sekolah.
Pada awal penggunaan
aplikasi teams, banyak guru yang mengeluhkan penggunaan aplikasi teams. Tentu
saja, bagi guru-guru muda yang seharusnya mudah memahami aplikasi saja merasa
kesulitan apalagi guru-guru yang sudah mendekati masa purna atau pensiun. Aplikasi
teams menjadi pilihan untuk sekolah-sekolah tingkat SMA maupun SMK, semua
aktivitas baik guru maupun peserta didik ada di aplikasi ini. Dari materi
pembelajaran, tugas untuk peserta didik, evaluasi pembelajaran, pembelajaran
tatap maya atau meeting, dan nilai raport.
Banyak kendala yang
dihadapi pada pembelajaran daring ini, antara lain sebagai berikut :
1.
Kurangnya pengetahuan untuk mengakses aplikasi
pembelajaran
Meskipun guru, peserta
didik, maupun orang tua sudah mulai terbiasa dalam hal mengakses aplikasi
pembelajaran daring, tetapi masih saja ada guru, peserta didik, dan orang tua
yang kesulitan dalam mengakses aplikasi pembelajaran daring. Hal itu yang dapat
membuat guru, peserta didik, dan orang tua kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar selama proses pembelajaran.
2.
Gangguan signal
Dalam proses
pembelajaran daring yang tidak bisa terlepas dari internet, signal merupakan
salah satu hal yang penting. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung mendadak
saja terhenti karena signal yang tidak stabil. Hal itu dapat dialami guru
maupun peserta didik. Signal yang tidak mendukung, membuat guru yang sedang
menjelaskan materi harus terlempar dari meeting. Begitu juga yang dialami siswa
ketika memperhatikan apa yang disampaikan guru terdengar putus-putus suaranya.
Signal yang tidak stabil seperti itu pada akhirnya dapat membuat keterlambatan
dalam proses belajar mengajar itu sendiri.
3.
Perangkat elektronik yang tidak mendukung
Perangkat elektronik
seperti handphone, laptop, dan tablet menjadi sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Perangkat elektronik yang tidak mendukung juga bisa menyebabkan
pembelajaran daring menjadi terhambat dan tidak lancar. Perangkat elektronik
yang tidak mendukung disebabkan karena kondisi ekonomi orang tua dari peserta
didik yang tidak stabil. Apalagi di masa pandemi, banyak orang tua yang harus
berhenti bekerja mencari nafkah dan kesulitan mencari lapangan pekerjaan baru. Misalnya dalam satu keluarga hanya ada satu
handphone yang digunakan secara bergantian. Selain itu, keterbatasan memory
pada handphone juga menyebabkan tidak bisa mendownload aplikasi yang sudah
ditentukan sekolah.
4.
Ketersediaan kuota yang terbatas
Aplikasi yang digunakan
dalam pembelajaran daring tentu saja membutuhkan kuota yang cukup banyak. Dengan
harga kuota yang mahal, tidak semua orang tua dari peserta didik dapat
dijangkau, apalagi dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Jadi,
ketersedian kuota yang memadai sangat diperlukan dalam pembelajaran daring.
Sebagai guru abad 21
harus memahami karakter peserta didik abad 21 yang merupakan generasi Z yang
senantiasa berinteraksi dengan data dan informasi. Generasi Z merupakan
anak-anak yang lahir setelah tahun 1995. Adapun karakteristik dari generasi Z adalah
sebagai berikut :
1. Generasi Z menyukai kebebasan dalam belajar (self
directed learning) mulai dari mendiagnosa kebutuhan belajar, menentukan
tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih strategi belajar, dan
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
2. Generasi
Z suka mempelajari hal-hal yang praktis sehingga mudah beralih focus belajarnya
meskipun memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya.
3. Merasa
nyaman dengan lingkungan yang terhubung dengan jaringan internet, karena
memenuhi hasrat berselancar, berkreasi, berkolaborasi, dan membantu berbagi
informasi sebagai bentuk partisipasi.
4. Generasi
Z lebih suka berkomunikasi dengan gambar images, ikon, dan symbol-simbol
daripada teks. Generasi Z tidak betah berlama-lama untuk mendengarkan ceramah
guru, sehingga lebih tertarik bereksplorasi daripada mendengarkan penjelasan
guru.
5. Memiliki
rentang perhatian pendek (short attention span) atau dengan kata lain
sulit untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama. Generasi z terbiasa
bersentuhan dengan teknologi tinggidengan aksebilitas cepat misalnya smartphone.
6. Berinteraksi
secara kompleks dengan media seperti smartphone, televisi, laptop,
desktop, dan iPod.
7. Generasi
z lebih suka membangun eksistensi di media sosial daripada di lingkungan nyata
dan cenderung memilih menggunakan aplikasi seperti snapchat, secret, dan
Whisper daripada whatsapp.
Pada pembelajaran daring,
dimana baik guru maupun peserta didik di rumah hanya bisa bertatap maya melalui
aplikasi zoom maupun teams memunculkan permasalahan baru. Guru tidak bisa
mengenal lebih dekat dengan peserta didik, hal ini disebabkan guru tidak bisa
melihat secara langsung pada peserta didik, sehingga berusaha mengenal dengan
mengamati keaktifan siswa dalam meeting, ketepatan waktu mengunggah tugas, dan
mengikuti penilaian harian tepat waktu.
Hasil penelitian Juliya M dan
Herlambang Y.T (2021) menunjukkan bahwa problematika pembelajaran daring
dialami baik oleh guru maupun peserta didik dapat berpengaruh pada motivasi
belajar peserta didik. Beberapa problematika pembelajaran daring diantaranya
keterbatasan penguasaan teknologi, kesulitan mengakses jaringan internet,
ketiadaan fasilitas penunjang belajar, dan kondisi lingkungan belajar yang
kurang kondusif. Problematika pembelajaran daring tersebut dapat berpengaruh
pada motivasi belajar peserta didik, yaitu jika dilihat dari unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar. Solusi dalam mengatasi problematika yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar ini diantaranya peningkatan kompetensi guru,
penggunaan metode pembelajaran yang efektif, pemberian bantuan kuota internet
dari kemdikbud, dan kolaborasi antara guru dan orang tua peserta didik.
Hasil penelitian Nur Harizah Zain,
Ika Candra Sayekti, Rita Eryani menunjukkan bahwa adanya problematika dalam
proses pembelajaran daring atau jarak jauh selama pandemi yang muncul dari
guru, peserta didik, maupun orang tua. Problematika yang muncul dalam proses
pembelajaran daring atau jarak jauh selama pandemi diantaranya sarana pendukung
yang minim yaitu peserta didik tidak mempunyai gadget maupun sinyal yang tidak
stabil dari guru maupun peserta didik untuk melakukan pembelajaran daring,
pemahaman teknologi yang sangat kurang, semangat belajar yang rendah, dan pencapaian
tujuan belajar yang tidak dapat maksimal dan sesuai rencana.
Pembelajaran daring di era
pandemi ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan baik untuk guru dan peserta
didik. Kelebihan dengan adanya pembelajaran daring sudah pasti melatih
kemandirian peserta didik, karena peserta didik dituntut harus belajar sendiri
ketika mengerjakan tugas dari guru yang diunggah di aplikasi. Peserta didik
juga dituntut untuk lebih memahami penggunaan IT baik dalam mengunggah dan
mengirim tugas maupun mendownload materi dan tugas. Selain itu, pembelajaran
daring juga ternyata memiliki kelebihan dalam menambah wawasan peserta didik
yang harus mencari di internet.
Jika pada pembelajaran luring,
baik guru maupun peserta didik harus berangkat pagi dan pulang siang, dengan adanya
pembelajaran daring dapat ditentukan waktu dan tempatnya dengan lebih
fleksible. Guru dapat menentukan waktu kapan saja sesuai dengan kesepakatan dan
peserta didik dapat mengikuti pembelajaran di mana saja tanpa harus berangkat
ke sekolah.
Kekurangan dari pembelajaran
daring, di antaranya adalah guru dan peserta didik tidak pernah bertatap muka.
Hal ini yang menyebabkan guru tidak mengenal peserta didik satu per satu,
sehingga guru tidak bisa menilai secara langsung perilaku dan sikap peserta didik.
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran secara daring, tidak selalu lancar mengikuti
penjelasan guru. Hal ini disebabkan karena suasana rumah dan lingkungan yang
ramai, sehingga apabila peserta didik lupa mematikan speaker akan mengganggu
jalannya pembelajaran daring.
Kekurangan lainnya yang dialami
guru dan peserta didik adalah jaringan internet yang tidak stabil. Seringkali
guru yang sedang menjelaskan materi secara mendadak keluar, dan peserta didik
yang sedang berdiskusi atau menjawab pertanyaan terputus-putus penjelasannya.
Keberadaan peserta didik yang berada di daerah-daerah terpencil atau berada di
luar jangkauan internet seringkali harus mencari tempat yang signalnya bagus
dan lancar. Kejadian seperti ini yang akhirnya beberapa peserta didik kesulitan
memahami materi yang disampaikan guru.
Sudah dua tahun lamanya
ternyata peserta didik harus menjalankan pembelajaran daring akibat pandemi
covid-19. Dengan adanya pandemi ini membuat beberapa peserta didik mengeluh
karena merasakan pembelajaran daring kurang efektif. Banyak gangguan yang
membuat proses belajar peserta didik tidak maksimal. Ada beberapa cara yang
efektif dan tidak membosankan yang bisa dilakukan peserta didik selama
belajar di rumah, antara lain dapat mengatur waktu yang baik dengan cara
membuat jadwal dan menuliskan hal-hal yang harus dikerjakan, sehingga memiliki
target yang harus dicapai.
Suasana belajar yang
nyaman sangat mempengaruhi semangat belajar untuk selalu terjaga, sehingga
dapat memilih ruangan yang jauh dari keramaian atau aktivitas anggota keluarga
yang lain. Selain itu, sebisa mungkin peserta didik menghindari tidak memilih
kamar tidur di saat pembelajaran daring untuk mengurangi rasa malas karena
pembelajaran dilakukan sambal rebahan. Cara lain yang dapat dilakukan peserta
didik adalah tidak menunda-nunda tugas dari guru yang harus dikerjakan.
Masa pandemi yang belum
berakhir ini, sebagai warga negara yang baik tetap harus disiplin menerapkan
protokol kesehatan 5M sebagai salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan
virus corona atau covid-19. Yang harus dilakukan untuk menerapkan 5M ini adalah
mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi atau menghindari
kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Hal yang sangat penting yaitu menjaga
kesehatan di masa pandemi ini.
Menjaga kualitas tidur yang baik, hidup sehat berolaharga, dan makan makanan
yang bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Hamid, M., Ramadhani, R., Masrul, M., Juliana,
J., Safitri, M., Munsarif, M., ... & Simarmata, J. (2020). Media
pembelajaran. Yayasan Kita Menulis.
Aidah, S. N., & Indonesia, T. P. K.
(2021). Cara Efektif Penerapan Metode dan Model Pembelajaran (Vol.
54). Penerbit Kbm Indonesia.
Arifin, M. (2020). (buku) Manajemen Pembelajaran
Pendidikan Jarak Jauh untuk Millenial. Kumpulan Penelitian dan Pengabdian
Dosen.
Festiawan, R. (2020). Belajar Dan Pendekatan
Pembelajaran. Universitas Jenderal Soedirman.
Haryati, S., & Sukarno, S. (2021). Inovasi
pembelajaran daring di era pandemi COVID-19. Indonesian Journal of
Education and Learning, 4(2), 479-485.
https://diknas.okukab.go.id/berita/detail/pembelajaran-di-masa-pandemi-covid19 diakses pada Rabu,
30 Sep 2020, 10:23:32 WIB
Juliya, M., & Herlambang, Y. T. (2021).
Analisis problematika pembelajaran daring dan pengaruhnya terhadap motivasi
belajar siswa. Genta mulia: jurnal ilmiah pendidikan, 12(1).
Maemunawati, S., & Alif, M. (2020). Peran
guru, orang tua, metode dan media pembelajaran: strategi kbm di masa pandemi
COVID-19. 3M Media Karya.
Mislan, M. P., & Irwanto, E. (2022). BUKU
AJAR STRATEGI PEMBELAJARAN Komponen, Aspek, Klasifikasi dan Model-Model Dalam
Strategi Pembelajaran. Penerbit Lakeisha.
Nasution, E. L. (2020). Uraian Singkat
tentang E-learning. Deepublish.
Ngabidin, M. (2021). Pembelajaran Di Masa
Pandemi, Inovasi Tiada Henti (Kumpulan Best Practices Inovasi Pembelajaran).
Deepublish.
Nurfadhillah, S. (2021). MEDIA
PEMBELAJARAN Pengertian Media Pembelajaran, Landasan, Fungsi, Manfaat,
Jenis-Jenis Media Pembelajaran, dan Cara Penggunaan Kedudukan Media
Pembelajaran. CV Jejak (Jejak Publisher).
Pohan, A. E. (2020). Konsep pembelajaran
daring berbasis pendekatan ilmiah. Penerbit CV. Sarnu Untung.
Zain, N. H., Sayekti, I. C., & Eryani, R.
(2021). Problematika Pembelajaran Daring pada Peserta Didik di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1840-1846.
Komentar
Posting Komentar