KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21

 

 

Model Pembelajaran Abad 21

TPACK sebagai Kerangka Integrasi Teknologi 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Abad 21 dikenal sebagai era globalisasi dan teknologi informasi komunikasi (information and communication technology). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, menawarkan berbagai kemudahan baru dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru.

Perubahan yang sangat cepat ini menyangkut di segala lini kehidupan. Perubahan ini perlu diantisipasi dengan menguasai keterampilan abad 21 yang meliputi berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Pengembangan keterampilan abad 21 dapat dilakukan pada semua disiplin ilmu, yang harus dilakukan oleh semua pendidik (guru) agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam pembelajaran, guru yang baik harus dapat menentukan strategi, pendekatan, metode, dan model yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus dapat berinovasi dengan strategi, metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang akan digunakan. Penerapan model-model pembelajaran ini harus dilakukan secara optimal sesuai dengan hakikat dari pendekatan scientific agar dapat mengembangkan keterampilan abad 21 pada peserta didik.

 

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1.     Bagaimana model-model pembelajaran abad 21?

2.     Bagaimana penerapan TPACK kerangka integrasi teknologi dalam pembelajaran abad 21?

C.    Tujuan

1.     Untuk mengetahui model-model pembelajaran abad 21.

2.     Untuk mengetahui penerapan TPACK kerangka integrasi teknologi dalam pembelajaran abad 21.

  

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Model Pembelajaran Abad 21

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin pesat, peran pendidikan menjadi sangat penting dalam mempersiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan abad 21. Salah satu upaya untuk menjawab tantangan ini dengan merubah peran guru dari dari penyedia dan penyampai informasi menjadi fasilitator untuk berbagi informasi dan pengetahuan serta melatihkan kemampuan memecahkan masalah kepada peserta didik.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disjaikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Unsur-unsur pembelajaran menurut Joyce dan Well (1992) mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran harus memiliki lima prinsip, yaitu :

1.      Sintak (syntax)

Sintak adalah langkah-langkah pembelajaran yang hendaknya dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang berupa aktivitas guru dan peserta didik.

2.      System Sosial (the social system)

Sistem sosial adalah system yang menunjukkan peranan peserta didik dan guru serta peraturan yang diperlukan.

3.      Prinsip Reaksi (principles of reaction)

Prinsip Reaksi adalah reaksi yang memberi masukan apa yang dilakukan peserta didik.

4.      Sistem Pendukung (Support System)

Sistem Pendukung adalah syarat yang diperlukan agar model dapat dilaksanakan.

5.      Dampak Instruksional dan penyerta

Salah satu keberhasilan proses pembelajaran adalah peserta didik merasa senang dimana guru memampukan diri untuk memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

 

Ada empat ciri khusus yang dimiliki model pembelajaran, yaitu :

1.   Rasional, teoritical, dan logic yang dirancang oleh pengembang model

2.   Asa pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik belajar

3.   Perilaku mengajar yang diperlukan agar model dapat diimplementasikan dengan baik

4.   Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat berhasil.

Model pembelajaran abad 21 meliputi:

1.   Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberitahu.  

2.   Pembelajaran diarahkan agar mampu merumuskan masalah atau menanya, bukan hanya menyelesaikan masalah atau menjawab.

3.   Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis, seperti dalam kasus proses pengambilan keputusan, bukan berfikir mekanistis dan rutin.

4.   Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

 

Model pembelajaran di dalamnya memuat pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Secara umum, model pembelajaran berperan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Peran atau fungsi model pembelajaran adalah sebagai berikut :

1.   Membantu guru menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang diinginkan.

Perubahan tingkah laku meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Perubahan tingkah laku dalam ranah kognitif adalah adanya perubahan dalam proses berpikir peserta didik sehingga mampu memahami materi yang sedang dipelajari. Contohnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah pengukuran yang terdapat di kehidupan sehari-hari dengan tepat.

Perubahan tingkah laku dalam ranah psikomotorik adalah melatih keterampilan peserta didik yang terwujud dalam Tindakan melakukan sesuatu. Perubahan tingkah laku dalam ranah afektif yakni meliputi perubahan sikap pada diri peserta didik. Contohnya, peserta didik lebih bertanggung jawab dan saling menghormati pendapat yang diperoleh dari pembiasaan kegiatan belajar di kelas.

2.   Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dalam melaksanakan pembelajaran.

Guru dapat menentukan cara dan sarana belajar yang digunakan sebagai penunjang kelancaran kegiatan belajar, sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Suatu cara yang digunakan guru sebagai aplikasi dalam melakukan setiap sintak model pembelajaran yakni dengan simulasi, demonstrasi, pengamatan, dan lain sebagainya. Sedangkan sarana adalah alat penunjang atau media dalam kegiatan pembelajaran. Alat atau media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran biasanya berupa alat peraga.

3.   Membantu menciptakan interaksi antara guru dan peserta didik yang diinginkan selama proses pembelajaran berlangsung.

Kegiatan pembelajaran di kelas akan terlihat hidup dan berjalan sesuai dengan sintak model pembelajaran dalam mencapai tujuan. Setiap sintak pembelajaran, menuntut guru untuk memberikan rangsangan terhadap peserta didik sehingga terjadi interaksi dua arah yang saling mempengaruhi kelancaran kegiatan pembelajaran.

4.   Membantu guru dalam mengonstruk (membangun) kurikulum, silabus, atau konten pelajaran.

Model pembelajaran memiliki sintak pembelajaran dari awal sampai evaluasi pembelajaran, yang dijadikan sebagai penentu langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

 

Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale, pengalaman langsung tetap merupakan pengalaman belajar yang paling tinggi, sehingga pemanfaatan sumber-sumber digital tetap perlu diikuti dengan pengalaman langsung dengan memanfaatkan sumber belajar fisik. Berkenaan dengan model-model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes ditetapkan pada berbagai tingkatan usia, jenjang Pendidikan, antara lain :

1.   Model Project Based Learning (PjBL)

Model Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Project merupakan suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dapat mengajarkan peserta didik untuk menguasai keterampilan proses dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi bermakna. Dalam pelaksanaannya, peserta didik dilibatkan dalam kegiatan untuk memecahkan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang kepada peserta didik untuk bekerja secara otonom, mengkonstruk belajar peserta didik sendiri, dan pada akhirnya menghasilkan suatu produk nyata yang bernilai dan realistik.

Model Project Based Learning (PjBL) lebih dari sekedar pencarian web atau tugas internet penelitian, tetapi peserta didik diharapkan untuk menggunakan teknologi dengan cara yang bermakna untuk membantu peserta didik menyelidiki, berkolaborasi, menganalisis, mensintesis, dan menyajikan pembelajarannya. Selama ini pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru yang cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru jarang memberikan masalah yang bersifat penyelesaian, peserta didik juga hanya menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru sehingga pembelajaran yang kurang aktif ini menyebabkan prestasi belajar peserta didik cenderung masih rendah.

Syarat-syarat utama dalam penggunaan model Project Based Learning (PjBL) untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas adalah penguasaan dan pendalaman materi, serta penguasaan keterampilan ilmiah. Untuk memenuhi kedua syarat tersebut, dengan mengintegrasikan pendekatan keterampilan proses dalam model Project based Learning untuk mengajarkan keterampilan ilmiah dan mengintegrasikan metode,  pendekatan, strategi, dan model dalam model Project based Learning yang dapat menghantarkan siswa pada penguasaan materi sebelum masuk pada proses penyelidikan ilmiah.

Di Indonesia, empat pendekatan Pendidikan yang mulai dicanangkan untuk mewujudkan model Project Based Learning (PjBL) adalah sebagai berikut :

a.   Pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill)

b.   Kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi

c.   Pembelajaran berbasis produksi

d.   Pendidikan berbasis luas (broad-based education)

Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model pengganti pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered, dimana peserta didik lebih pasif dibandingkan dengan guru.

Karakteristik model Project Based Learning (PjBL) adalah sebagai berikut :

a.     Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk.

b.     Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan.

c.     Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat.

d.     Melatih kemampuan berpikir kreatif.

e.     Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan.

Sintak model Project Based Learning (PjBL) dan penerapannya adalah sebagai berikut :

a.     Pertanyaan mendasar

Guru menyampaikan topik dan mengajukan pertanyaan bagaimana cara memecahkan masalah. Guru mengajukan pertanyaan mendasar tentang apa yang harus dilakukan peserta didik terhadap topik/ pemecahan masalah.

b.     Mendesain perencanaan produk

Guru memastikan setiap peserta didik dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur pembuatan proyek/produk yang akan dihasilkan.Peserta didik berdiskusi menyusun rencana pembuatan proyek pemecahan masalah meliputi pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media, sumber yang dibutuhkan.

c.     Menyusun jadwal pembuatan

Guru dan peserta didik membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan proyek (tahapan-tahapan dan pengumpulan). Peserta didik menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan memperhatikan batas waktu yang telah ditentukan bersama.

d.     Memonitor keaktifan dan perkembangan proyek

Guru memantau keaktifan peserta didik selama melaksanakan proyek, memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan. Peserta didik melakukan pembuatan proyek sesuai jadwal, mencatat setiap tahapan, mendiskusikan masalah yang muncul selama penyelesaian proyek dengan guru.

e.     Menguji hasil

Guru berdiskusi tentang prototipe proyek, memantau keterlibatan peserta didik, mengukur ketercapaian standar. Guru dan peserta didik membahas kelayakan proyek yang telah dibuat dan membuat laporan produk/karya untuk dipaparkan kepada orang lain.

f.      Evaluasi pengalaman belajar

Guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan peserta didik merefleksi/kesimpulan. Setiap peserta didik memaparkan laporan, peserta didik yang lain memberikan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan hasil proyek.

Penerapan model Project Based Learning (PjBL) adalah sebagai berikut :

a.     Topik/materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat kontekstual dan mudah didesain menjadi sebuah proyek/karya yang menarik.

b.    Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja (satu peserta didik menghasilkan satu proyek).

c.     Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan dalam 3-4 pertemuan).

d.    Proyek merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara pada peningkatan hasil belajar.

e.     Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia di lingkungan sekitar dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/sampah yang tidak terpakai agar menjadi bernilai guna.

f.       Penilaian autentik menekankan kemampuan merancang, menerapkan, menemukan, dan menyampaikan produknya kepada orang lain.

 

Contoh penerapan model Project Based Learning (PjBL) yang dapat dilakukan oleh guru terhadap peserta didik antara lain :

a.       SD, misalnya peserta didik membuat rangkaian listrik parallel

b.      SMP, misalnya peserta didik membuat alat uji hantar listrik, membuat pola bilangan

c.       SMA, misalnya membuat es putar atau membuat tape pada fermentasi.

 

2.   Model Problem Based Learning (PBL)

Dalam kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk mengembangkan keterampilan dalam pemecahan suatu masalah. Namun rendahnya keterampilan pemecahan masalah yang dialami peserta didik   menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas belajar menjadi rendah karena peserta didik cenderung meniru cara guru dalam menyelesaikan masalah dan kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan suatu model pembelajaran yaitu Model Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah menawarkan bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri, serta menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi. Peserta didik memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman sendiri. Supaya aktivitas belajar lebih meningkat, maka dilengkapi dengan penguatan tugas terstruktur.  Melalui tugas terstruktur maka siswa akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk berlatih mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

Karakteristik yang tercakup dalam model Problem Based Learning (PBL) antara lain:

a.       Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

b.      Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured);

c.       Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective)

d.      Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru

e.       Sangat mengutamakan belajar mandiri

f.       Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja

g.      Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

 

Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah.

Sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diantaranya adalah :

a.   Orientasi peserta didik kepada masalah

Pada proses pembelajaran, peserta didik diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari pengalaman peserta didik). Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.

 

b.   Mengorganisasikan peserta didik

Guru mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok dalam kelas. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Guru juga mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dari berbagai sumber agar mampu memecahkan permasalahan yang diberikan.

c.   Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Guru sebagai fasilitator yang mendorong tiap peserta didik menemukan solusi dari cara-cara yang teknologis, berpikir kritis, dan mendayagunakan kreativitas.

d.   Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu peserta didik dalam berbagi tugas. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya dan ditanggapi oleh peserta didik dari kelompok yang lain.

e.   Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi dari materi yang dipresentasikan, kemudian guru memberi penguatan kepada peserta didik dengan memberikan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang sudah dilakukan.

 

B.      TPACK sebagai Kerangka Integrasi Teknologi

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru dalam pembelajaran di abad 21 adalah kemampuan merancang pembelajaran dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan materi ajar, pedagogik, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau yang dikenal dengan TPACK. TPACK juga merupakan pendekatan pembelajaran yang sangat relevan di masa pembelajaran daring saat ini. Hal ini, karena pendekatan TPACK memadukan aspek pengetahuan (Knowledge/K), cara membelajarkan (Pedagogy/P), penguasaan materi pembelajaran sesuai bidang (Content/C) dengan TIK (Technology/T)

Sebagai guru, tentunya sudah memiliki pengetahuan (knowledge/K) cara membelajarkan (Pedagogy/P) dan menguasai materi pembelajaran sesuai bidang (content/C) dan dikenal dengan istilah Pedagogy Content Knowledge (PCK). Pertama kali istilah PCK dikenalkan oleh Shulman pada tahun 1986. Istilah PCK kemudian berkembang menjadi TPCK, dimana T adalah teknologi. Guna memudahkan penyebutannya TPCK diubah menjadi TPACK.

Guru abad 21 harus memiliki pengetahuan sekaligus keterampilan dalam menggunakan berbagai perangkat teknologi baik yang tradisional maupun modern untuk memfasilitasi belajar dan meningkatkan hasil pembelajaran. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan salah satu jenis pengetahuan baru yang harus dikuasai guru untuk dapat mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam pembelajaran. pengukuran TPACK merupakan aktivitas penilaian tingkat penguasaan TPACK yang dilakukan menggunakan TPACK framework dan pengembangan TPACK merupakan kelanjutan dari proses pengukuruan yang dilakukan untuk meningkatkan penguasaan TPACK. TPACK dapat dijadikan sebagai kerangka kerja untuk mendesain kurikulum Pendidikan guru yang lebih sesuai dengan era dan tuntutan pembelajaran abad 21.

Di era pandemi, proses pembelajaran dilakukan secara daring (online). Dimana peran teknologi sangat penting. Baik guru maupun peserta didik harus bisa menyesuaikan diri dan mau belajar menggunakan teknologi. Bagi guru, harus mampu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, yang kemudian dikenal dengan TPACK.

TPACK (Technological Pedagogic Content Knowledge) merupakan pembelajaran yang menggunakan penerapan gabungan sistem pendidikan yang mengedepankan teknologi dan aplikasi (konten) tertentu dalam Pembelajaran. Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, yaitu  :

1.     Pengetahuan materi (content knowledge/CK) yaitu penguasaan bidang studi atau materi pembelajaran.

2.     Pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK) yaitu pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran

3.     Pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK) yaitu pengetahuan bagaiamana menggunakan teknologi digital.

4.     Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content knowledge/PCK) yaitu gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan proses dan strategi pembelajaran.

5.     Pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau materi pembelajaran.

6.     Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological paedagogical knowledge/TPK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran.

7.     Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological,
pedagogical, content knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran.

 

TPACK merupakan pengintegrasian teknologi ke dalam proses pembelajaran yang melibatkan paket-paket pengetahuan tentang teknologi, materi, dan proses atau strategi pembelajaran. TPACK melibatkan 8 domain pengetahuan untuk penerapannya secara praktis, antara lain :

1.   Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik.

Contohnya menggunakan MS excel untuk mengolah nilai, menggunakan kuis online untuk menilai partisipasi peserta didik, menggunakan grup chatting untuk memahami cara berkomunikasi melalui medsos dan sebagainya.

2.   Menggunakan TIK untuk memahami materi pembelajaran.

Contohnya mengemas materi abstrak ke dalam animasi video, mensimulasikan prinsip kerja mesin menggunakan animasi, memberikan rujukan tautan untuk belajar lebih lanjut dan sebagainya.

3.   Mengintegrasikan TIK untuk memahami peserta didik.

Contohnya meminta peserta didik memvisualisasikan idenya menggunakan corel draw, menggunakan whatsapp atau email untuk menampung keluhan peserta didik, menyediakan forum konsultasi secara online dan sebagainya.

4.   Mengintegrasikan TIK dalam rancangan kurikulum termasuk kebijakan.

Contohnya melibatkan guru dalam pengembangan sumber belajar digital, diskusi rutin pengembangan konten digital, memasukkan program peningkatan melek TIK bagi guru dan sebagainya

5.   Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data.

Contohnya menggunakan TIK untuk menyajikan data akademik, data induk peserta didik, data mutasi peserta didik, membuat grafik dan sebagainya

6.   Mengintegrasikan TIK dalam strategi pembelajaran.

Contohnya mengembangkan pembelajaran berbasis web, mengelola forum diskusi online, melaksanakan teleconference, menggunakan video pembelajaran untuk memotivasi peserta didik dan sebagainya.

7.   Menerapkan TIK untuk pengelolaan pembelajaran.

Contohnya menggunakan TIk untuk presensi online, memasukkan dan mengolah nilai peserta didik, menggunakan sistem informasi akademik dan sebagainya.

8.   Mengintegrasikan TIK dalam konteks mengajar.

Contohnya menyediakan pilihan pembelajaran berbasis online, menciptakan lingkungan pembelajaran

 

Pengintegrasian TIK dengan kerangka TPACK sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan sekolah. Sebagai seorang guru harus tetap memperhatikan karakteristik peserta didik dalam menentukan strategi pembelajaran.

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disjaikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Berkenaan dengan model-model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes ditetapkan pada berbagai tingkatan usia, jenjang Pendidikan, antara lain model Project Based Learning (PjBL) dan model Problem Based Learning (PBL).

Model Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Project merupakan suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dapat mengajarkan peserta didik untuk menguasai keterampilan proses dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi bermakna. Sedangkan model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri, serta menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru dalam pembelajaran di abad 21 adalah kemampuan merancang pembelajaran dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan materi ajar, pedagogik, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau yang dikenal dengan TPACK.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ariandi, Y. (2017, February). Analisis kemampuan pemecahan masalah berdasarkan aktivitas belajar pada model pembelajaran PBL. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (pp. 579-585).

Handayani, S. (2019). Buku Model Pembelajaran Speaking Tipe STAD Yang Interaktif Fun Game Berbasis Karakter. Uwais Inspirasi Indonesia.

https://bertema.com/sintaks-model-problem-based-learning-pbl-dalam-pembelajaran.

https://www.amongguru.com/sintak-model-pembelajaran-project-based-learning-dan-penerapannya/ 19 November 2019

Komara, E. (2018). Penguatan pendidikan karakter dan pembelajaran abad 21. Sipatahoenan4(1).

Mayasari, T., Kadarohman, A., Rusdiana, D., & Kaniawati, I. (2016). Apakah model pembelajaran problem based learning dan project based learning mampu melatihkan keterampilan abad 21?.Jurnal Pendidikan Fisika Dan Keilmuan (JPFK)2(1), 48-55.

Rahmadi, I. F. (2019). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Kerangka Pengetahuan Guru Abad 21. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan6(1).

Rosmala, A. (2021). Model-model pembelajaran matematika. Bumi Aksara.

Tinenti, Y. R. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) dan Penerapannya dalam Proses Pemelajaran di Kelas. Deepublish.

Vebrianto, R., Lathifah Al Husna, S. P., Nupus, A. H., Aries, D., Fitrika, S. P., & Anjani, G. (2021). Bahan Ajar IPA Berbasis Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Versi Daring. CV. DOTPLUS Publisher.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1