Sepenggal Cerita di SMK (bagian 2)

Oleh : Milla Efendy

Hidup itu indah dan lebih bermakna saat mendapat tantangan,  bisa menghadapi dan mengatasi tantangan itu. Tidak hanya badan yang harus selalu fit, pikiran pun harus selalu bekerja non stop. Waktu menjadikannya sangat berharga. Termasuk menjadi asesor uji kompetensi kompetensi keahlian TKRO perlu persiapan yang matang.

Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda bukan sesuatu yang mudah, perlu penyesuaian diri dengan cepat. Perlu belajar lebih keras lagi untuk memahami materi yang semuanya baru. Materi yang berbeda jauh dengan latar belakang pendidikan sebelumnya. Mungkin dulu pernah nggrentes dalam hati keinginan menjadi guru produktif saat melihat guru-guru produktif waktu itu. Guru yang terlihat santai saat mengajar apalagi kalau pas di bengkel. Bayangan waktu itu terhadap guru produktif.

Siswa juga terlihat antusias saat pelajaran produktif ketimbang pelajaran normatif adaptif. Tentu saja lebih menyenangkan, karena siswa praktik di bengkel dan melakukan aktivitas yang menyenangkan buat siswa. Berbeda saat siswa harus mengikuti pelajaran normatif adaptif yang cenderung membosankan di kelas.

Saat pelajaran normatif adaptif, dimana siswa harus berada di kelas dan harus mendengarkan guru ceramah cenderung membuat siswa yang kebanyakan laki-laki itu mengantuk. Kalau diam, siswa ini juga jarang mendengarkan. Apalagi kalau gurunya serius dan tidak ada humornya sedikit pun. Diam tapi dalam tekanan, membuat siswa begitu tersiksa. Bagi siswa SMK seperti hidup bak dalam penjara. Satu jam pelajaran berasa sehari, bolak balik melihat jam.

Siswa di SMK jelas sangat berbeda dengan siswa SMA yang cenderung kutu buku. Terlihat tidak sungkan membawa buku pelajaran sampai ditenteng dengan tangan. Siswa SMK juga sebenarnya ada, tapi bisa dihitung dengan jari. Artinya kurang dari sepuluh siswa yang rajin mengerjakan tugas, mencatat materi, di saat jam pelajaran. Siswa SMK hanya mau menyelesaikan tugas di saat deadline pembuatan nilai rapot. Itu pun masih ada saja yang punya seribu alasan saat tugas ditagih guru.

Guru haruskah marah? Sepertinya hanya membuang energi saja. Bagi siswa SMK, diceramaih guru itu hanya lewat saja. Masuk telinga kanan, akan langsung keluar telinga kiri. Semuanya seperti ada yang mengomandoni. Dengan dalih rasa setia kawan, satu kena hukuman yang lain pun ikut merasakan hukuman itu. Gerakan tutup mulut, saat terciduk guru melakukan kesalahan.

Itulah sepenggal kisah siswa SMK yang biasa dihadapi guru-guru SMK. Selalu ada cerita yang tidak semua guru bisa merasakan. Kelas dengan didominasi kaum Adam yang akan sumringah ketika salah satu siswi dari jurusan lain masuk ke kelas. Tidak memperdulikan lagi guru yang ada di kelas, berebut perhatian untuk mendapat simpati dari siswi. Guru cuma bisa menghela nafas panjang karena dianggap bukan seorang wanita. Diibaratkan seperti kucing yang melihat ikan.

Bumiayu, 2 Maret 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1