Berangkat Kembali ke Pondok

Oleh : Milla Efendy


Setelah dua bulan belajar di rumah, akhirnya sabtu mamas berangkat kembali ke pondok. Sebagai ibu, perasaannya sudah lebih tenang ketimbang waktu pertama kali berangkat ke pondok. Setiap ingat, air mata langsung mengalir deras dan nafsu makan hilang seketika. 

Keberangkatan mamas harus menunjukkan rapid antigen yang hasilnya negatif. Sempat gak tega ngajak rapid, tapi menjadi satu syarat untuk kembali ke pondok. Dengan gaya percaya diri, mamas siap dirapid. Begitu diambil lendir yang di hidung, tiba-tiba mamas jadi batuk dan air mata keluar tanpa sengaja. Bisa ikut merasakan apa yang dirasakan mamas. Pantas saja mbah putri kapok tidak mau dirapid lagi. Setelah melihat hasilnya negatif, perasaan jadi lega. Berarti mamas sudah tidak mengalami kendala untuk kembali ke pondok. 

Selama dua bulan di rumah, mamas berada di zona nyaman. Tidur larut malam dan bangun saat matahari sudah tampak. Setiap pagi, harus membangunkan mamas untuk sholat subuh lebih dari tiga kali. Dari nada terendah sampai nada tertinggi. Walhasil, mamas pun terbangun dengan wajah yang tidak bersahabat. Menahan kantuk berat dan penginnya berada di balik selimut. 

Tidak hanya pagi hari yang penuh drama, saat malam menjelang berganti hari selalu saja ada yang diributkan dengan dodil dan dodil pun pasti menangis. Sudah menahan kantuk, masih saja menahan kesabaran dua jagoan yang tak kunjung tidur.

Beruntung juga memiliki rumah di daerah pinggiran desa dan jauh dari tetangga. Setiap kali jagoan-jagoan ribut dan berantem tidak ada tetangga yang merasa terganggu. Jagoan yang sama-sama kuat dan tidak mau mengalah. Berhenti saat sang pemimpin keluarga terbangun karena dua jagoan tak ada yang mau mengalah.

Pembelajaran daring yang seringkali harus diingatkan berakhir dengan keributan. Mamas yang cenderung menunda-nunda tugas daring seringkali menjadi masalah saat teman-temannya sudah memanggilnya dari luar rumah. Untuk mengajak bermain sampai sore hari. 

Mamas pun selalu berharap, keberangkatan ke pondok diundur dan diundur terus. Begitu ada pengumuman keberangkatan santri, rasanya begitu lega melihatnya. Mamas akan lebih tertib lagi di pondok. Persiapan keberangkatan ke pondok sehari sebelumnya, mamas diajak ke supermarket untuk memilih sendiri bekal yang mau dibawa.

Namanya juga anak laki-laki, ibaratnya gak mau tahu apa yang mau dibawa. Semua terserah ibu, dan tidak mau ambil pusing bekal yang harus dibawa. Sudah dua hari, belum ada kabar dari pondok mengenai kegiatan para santri. Ternyata kangen, apalagi kalau malam menjelang tidur. Semoga mamas kerasan dan menjadi anak yang sholeh.

Bumiayu, 1 Maret 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1