Direpotkan Siswa
Oleh : Milati Masruroh
Pembelajaran daring yang sudah berjalan hampir satu tahun selalu punya cerita dari kalangan siswa, orang tua, dan guru. Kalau selama ini, kesannya yang merasa direpotkan itu hanya orang tua. Harus mendampingi dan mengajari anak-anaknya yang juga menguji kesabarannya.
Seorang guru yang terbiasa mengajar secara langsung yang istilahnya tatap muka, dengan pembelajaran secara daring ini tentu saja berbeda dari segi waktu. Mengajar 3 kali 45 menit bisa serangkaian aktifitas pembelajaran. Dari penjelasan materi, latihan soal, dan pembahasan soal latihan. Bahkan saat penilaian harian, hari itu juga bisa dikoreksi secara langsung.
Dengan pembelajaran daring, yang jadwalnya 3 jam pelajaran, prakteknya bisa 3 kali 24 jam. Kalau mau dituruti, bisa-bisa tidur depan laptop. Pekerjaan rumah terbengkalai. Makanya, hanya waktu-waktu tertentu yang disempatkan untuk membuka laptop demi mengecek tugas siswa.
Pembelajaran daring pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Semua guru pasti merasakan itu. Tugas yang diunggah dan menjadi patokan untuk membuat nilai rapot seringkali terhambat. Siswa dengan seenaknya sendiri dan tanpa dosa selalu kuota dan signal yang jadi masalah. Faktanya, begitu tugas suruh dikumpulkan di buku tetap saja masih bersih lembar demi lembar tidak ada catatannya.
Memberikan efek jera pada siswa dengan tidak menuntaskan nilai rapot, sebenarnya akan kembali merepotkan guru-guru. Guru harus membuka laptop kembali untuk mengecek tugas yang katanya mau dilengkapi. Faktanya, jumlah siswa yang mengerjakan masih sama dengan sebelumnya. Haruskah marah dengan siswanya? Ketemu saja baru sekali di semester ganjil. Sabar dan memang harus sabar. Memahami siswa jaman now yang tidak mau dibandingkan dengan siswa jaman dulu.
Pergeseran tradisi, guru yang biasanya ditunggu siswa menjadi guru yang menunggu siswa. Guru yang sudah semangat mengajar untuk menjelaskan materi, siswa dengan santainya baru bangun tidur. Guru yang sibuk membuat soal latihan dan penilaian dengan waktu yang ditentukan, siswa pun dengan santainya mengerjakan di luar deadline.
Kalau sebelumnya, guru bisa bilang sebenarnya siapa yang butuh nilai? Sekarang guru sampai menghubungi siswa untuk mengumpulkan tugas. Seolah-olah guru yang membutuhkan nilainya siswa. Semoga saja segera kembali normal. Sebagai guru pun lama-lama merasa lelah saat siswa japri dan harus mengecek tugas satu per satu siswa sampai tidak kenal waktu.
Bumiayu, 24 Januari 2021
Komentar
Posting Komentar