Peran Orang tua Terhadap Pembelajaran Daring

Oleh : Milla Efendy

Sepekan ini hanya punya jatah WFH satu hari. Yah lumayan untuk istirahat sehari. Jarak yang lumayan jauh ke sekolah dan ditempuh dengan waktu 40 menit kalau lancar. Seringkali sampai satu jam menempuh perjalanan karena jalan berlubang dan banyak kendaraan-kendaraan besar dengan muatan berton-ton melebihi kapasitas. Capek, spaneng, dan harus ekstra hati-hati selama menempuh perjalanan. 

Sesampainya di sekolah, harus segera mempersiapkan pembelajaran daring. Dengan aplikasi teams, menggunakan vicon untuk bisa bertatap muka dengan siswa. Lumayan mengobati kangen sama siswa yang baru sekali ketemu di semester ganjil.

Ternyata, efeknya lumayan baik saat bisa berbicara langsung dengan siswa. Seperti seorang anak yang sedang cerita dengan ibunya. Mendengarkan keluhan-keluhan siswa selama belajar di rumah, mengecek tugas-tugas yang belum sempat terkirim atau diunggah, dan mengingatkan yang belum tuntas nilainya.

Siswa-siswa sekarang, memang harus ada perbedaan perlakuan dibanding siswa sepuluh tahun yang lalu. Yang belum mengenal hp android, dan hanya anak-anak tertentu saja yang bisa memilikinya. Siswa beda zaman katanya. Siswa yang tidak merasa butuh nilai, siswa yang tidak harus mengerjakan tugas atau ulangan, tapi gurunya yang harus aktif mengingatkan ke siswa.

Fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah sekarang. Memang tidak semua siswa seperti itu, masih tetap ada siswa yang rajin, yang belajar, yang disiplin, yang pandai, dan juga berprestasi. Menghadapi siswa sekarang tidak perlu dengan kekerasan. Karena semakin keras dengan siswa, akan semakin memberontak di belakangnya. Meskipun di depan guru terlihat baik, dan baiknya karena terpaksa.

Banyak permasalahan yang sebenarnya terjadi pada siswa, salah satunya kurang perhatian orang tua. Pembelajaran daring saat ini butuh peran besar orang tua. Orang tua harus selalu mengingatkan tugas-tugas yang harus dikerjakan dan dikumpulkan. Seandainya orang tua tidak peduli dengan anak, sudah pasti anak akan merasa nyaman dengan game online ketimbang mengikuti pembelajaran daring.

Siswa yang sudah ketagihan dengan game online, tidak akan pernah bisa konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Wajah menahan kantuk akan terlihat jelas. Malam jadi siang, dan siang pun jadi malam. Wajah yang tidak segar dan cenderung lebih banyak diam. Diam yang akhirnya tertidur tanpa sadar dengan begitu pulasnya. 

Bumiayu, 8 Januari 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1