Mulai Terbiasa dengan Pembelajaran Daring

Oleh : Milla Efendy

Jarum jam terus berputar menuju ke angka 12. Itu artinya akan segera berganti hari. Belum juga menemukan ide untuk menulis. Apapun tulisannya harus segera merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat. 

Pembelajaran daring yang masih banyak cerita, lambat laun juga akan menjadi topik pembicaraan yang tidak heboh lagi. Baik guru, siswa, dan orang tua mulai menerima kenyataan pembelajaran yang kata orang tua atau wali murid itu dengan cara online.

Wajar saja, pembelajaran daring ini pada awalnya banyak yang kontra ketimbang yang pro. Belum terbiasa dan masih asing karena hanya melihat sisi negatif pembelajaran secara daring ini. Orang tua merasa direpotkan saat harus mendampingi anak-anaknya belajar dan mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan dengan cara diunggah.

Bagi orang tua yang tidak memahami penggunaan handphone android lebih banyak protes. Memang cuma sekedar protes, karena protesnya ke sesama orang tua yang sama-sama tidak tahu. Menganggap sekolah sekarang itu aneh-aneh. Guru hanya memberi tugas seenaknya, dan siswa disuruh mengerjakan tugas dengan batas waktu yang sudah ditentukan.

Orang tua seolah menyalahkan sekolah dan juga guru yang tidak mau mengerti kondisi keuangan keluarga siswa. Menurutnya, buat makan saja susah, masih harus dibebani dengan beli kuota yang tidak cukup 50ribu dalam waktu sebulan.

Apa yang ada di benak orang tua hanya pemikiran-pemikiran negatif. Sampai tidak menyadari, kalau mendampingi anak-anak belajar sebenarnya lebih penting. Waktunya lebih berkualitas. Orang tua lupa, kalau anak-anak belajar di rumah akan lebih mendekatkan dalam keluarga. Banyak sekali hikmah yang diambil.

Ada video yang beredar di salah satu media sosial, saat orang tua mengajari anak-anaknya sampai membawa sapu, tongkat, dan penggaris. Yang tidak mereka sadari akan langsung memukul anak-anak saat kesulitan menerima materi yang diajarkan orang tua. Jelas sekali para guru ada yang tertawa dibuatnya saat melihat video. Bahkan dalam hati guru yang melihat tidak habis pikir, baru mengajar satu anak sudah tidak sabar, apalagi mengajar 30 anak dalam satu kelas. Anak-anak dengan karakter yang berbeda.

Orang tua banyak yang tidak tahu dan ada yang tidak mau tahu, saat harus membuat nilai rapot harus ada nilai-nilai pendukung. Nilai tugas, nilai ulangan, dan nilai kedisiplinan yang bisa didapatkan jika siswa mengerjakan dan mengirimkan tugas. Bagaimana mungkin bisa menyulap nilai rapot jika tidak ada nilai pendukung dari siswa. Tentunya, tidak semudah itu membuat nilai. Guru-guru masih dipusingkan lagi saat siswa tidak juga mengumpulkan tugas. Sabarnya sudah tingkat dewa. Berusaha memahami kondisi siswa, tapi tidak mungkin menuntaskan nilai siswa.

Semester ini, pembelajaran daring terasa lebih baik lagi. Tentu saja karena sudah hampir satu tahun. Siswa sudah merasakan dan sudah tahu hasil akhir dalam bentuk nilai rapot. Ternyata, kemalasan siswa saat mengerjakan dan mengumpulkan tugas berimbas dengan nilai rapot yang tidak sesuai harapan. Dengan pembelajaran nilai tidak tuntas seperti itu, siswa jadi berpikir lagi saat menunda-nunda tugas yang harus dikerjakan dan dikumpulkan.

Pembelajaran daring sudah mulai terbiasa, dan siswa juga sudah mulai menyesuaikan. Begitu juga orang tua, sudah mulai bisa menerima kenyataan meskipun harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membeli kuota. Orang tua mulai menyadari, bahwa pembelajaran daring bukan semata-mata karena program sekolah. Tapi, karena program pemerintah. Sekolah yang tidak mematuhi, sudah pasti akan berimbas ke semua warga sekolah.

Tatap muka yang dirindukan siswa dengan guru untuk sementara dihindari demi kebaikan bersama. Karena jika salah satu warga sekolah terbukti positif covid 19 maka sekolah akan di lockdown dan pembelajaran di sekolah secara tatap muka akan langsung dihentikan. Sekolah hanya berusaha mengikuti aturan yang sudah ditentukan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan juga. Hanya bisa berdoa, semoga masa pandemi ini segera berlalu dan bisa normal kembali pembelajaran secara tatap muka.

Bumiayu, 15 Januari 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1