Mandiri Karena Terpaksa


Oleh : Milla Efendy

Menjadi ibu yang sempurna sepertinya tidak mungkin. Kalau berusaha jadi sempurna itu mungkin. Meninggalkan anak-anak dari pagi hingga sore hari  bukan berarti tidak menyayangi anak-anak. Tapi ada kewajiban lain yang nantinya juga akan kembali ke anak-anak.

Rasanya sangat menyesal saat bersama anak-anak terkadang tidak sabar menghadapi kelakuannya. Apalagi pada saat kondisi lelah, harus menghadapi anak-anak yang rewel, minta ini dan itu. Padahal anak-anak hanya untuk melampiaskan rasa kangen karena ditinggal seharian.

Nelangsa yang dirasakan, saat berangkat tidak menyiapkan menu sarapan yang sebenarnya tidak perlu mewah. Cukup dadar telur atau sayur oseng rasanya cukup untuk sarapan. Tapi, keterbatasan tenaga dan lelahnya badan tidak bisa dipaksakan untuk memasak di pagi hari.

Bagi sebagian orang beranggapan memasak itu sebentar, tidak makan waktu lama. Memang betul bagi ibu rumah tangga. Beda cerita dengan ibu yang bekerja sehari penuh. Rasanya lelah dan sangat lelah. Tak jarang bakda isya pun mata sudah tidak kuat lagi untuk diajak bekerja atau sekedar menemani anak-anak bermain.

Rasa bersalah selalu menghantui pikiran. Jangan dikira tidak dipikirkan. Anak-anak dituntut mandiri. Di saat melihat teman-temannya diantar dan ditemani orang tua di sekolah, harus berani berangkat sendiri. Harus berani menghadapi dan mengambil keputusan saat berselisih paham dengan teman-temannya.

Seandainya saja bisa memilih, mungkin lebih menemani anak-anak . Terutama menemaninya saat belajar dengan mendampinginya mengerjakan tugas daring. Tapi apa boleh buat, lagi-lagi anak-anak dituntut mandiri. Yang penting anak-anak selalu diberi pengertian, kemandiriannya jauh lebih baik dibandingkan dengan teman-temannya.

Bumiayu, 14 Januari 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1