Efek Memasang WIFI di Rumah

Oleh : Milla Efendy

Mengajar daring dari rumah karena WFH terkendala signal yang tidak bersahabat. Jadwal mengajar jam setengah 11, yang diawali melalui chat di HP sambil menunggu teams bisa dibuka dengan laptop. Haruskah marah dengan signal? sedangkan siswa sudah menunggu untuk vicon. Memang sengaja di rumah tidak pasang WIFI. Tentu saja punya alasan yang kuat dan semata-mata untuk kebaikan anak-anak.

Situasi serba salah, tidak dibelikan HP pembelajaran daring menggunakan HP. Dibelikan HP harus ekstra mengawasi dan mengatur waktu untuk menggunakan HP. Pembelajaran daring yang jelas-jelas menggunakan HP buat siswa sebenarnya banyak orang tua yang mengeluh. Apalagi yang sedang mengalami masa-masa sulit karena berhenti dari pekerjaannya. Harus mencari tambahan yang tidak mudah. Kuota yang tidak cukup lima puluh ribu rupiah tiap bulannya. Tetapi orang tua harus siap membelikan kuota untuk anak-anaknya demi kelancaran proses belajar yang menjadi tuntutan.

Bagi sebagian orang yang memasang WIFI tidak begitu terasa pengeluarannya, karena setiap bulannya sudah rutin mengeluarkan biaya. Tetapi, bisa dilihat anak-anak seusia sekolah bukannya memanfaatkan untuk belajar, tapi lebih banyak digunakan untuk game online. Anak-anak rela berjam-jam depan layar HP sampai lupa makan bahkan sholat. Saat diingatkan bukannya berterima kasih tetapi malah emosi merasa terganggu.

Bagi sebagian orang memasang WIFI itu bukan lagi sesuatu yang mewah, tapi sudah menjadi kebutuhan. Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk berbisnis. Dengan membayar dua ribu rupiah, sudah dapat menikmati dengan waktu dua jam. Bukan waktu yang sebentar. Anak-anak rela tidak jajan hanya demi bisa menikmati WIFI. Siapa yang harus disalahkan saat anak sendiri melakukan hal yang sama.

WIFI memang penting dan sangat penting bagi guru yang harus mengajar secara daring demi kelancaran. Bukannya tidak kuat membeli kuota tetapi karena signal yang seringkali tidak bersahabat. Dan untuk kebaikan anak-anak di rumah yang tidak bisa diawasi seharian, terpaksa harus menunda untuk memasang WIFI. Toh pengeluaran sepertinya tidak beda jauh dengan membeli kuota internet.

Apalagi si kecil yang baru masuk kelas 1 SD, harus ekstra pengawasan dan pengaturan penggunaan HP. Membiarkannya bermain dengan teman-temannya menjadi satu alternatif untuk mengurangi penggunaan HP di rumah. Dan untuk menggunakan HP juga harus menunggu sang ibu pulang. Setengah jam menjelang magrib dan satu jam menjelang tidur.

Semoga pembelajaran daring ini segera diganti dengan tatap muka. Meskipun pesimis karena beredar pemberitahuan PSBB lagi untuk wilayah Jawa dan Bali. Semoga hanya kabar hoax, yang tujuannya hanya untuk meresahkan masyarakat. Kabar yang tidak jelas, tapi beredarnya secepat virus yang berbahaya.

Bumiayu, 6 Januari 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1