Ulah Suami Yang Keterlaluan

Oleh : Milati Masruroh

Sebenarnya badan ini lelah sekali, efeknya kepala jadi cekot cekot dan rasanya loyo. Bukan karena bekerja berat, tapi karena ulah suami yang membuat badan ini enggan untuk beraktivitas. Memasak ala kadarnya dan lebih banyak untuk bermalas malas ria. Jangan suudzon sama ulah suami yang bikin hidup ini terasa tak bersemangat. Karena suudzon itu tidak diperbolehkan dalam agama. Jadi sebaiknya khusnudzon, akan membuat pikiran lebih sehat.

Tiga hari yang lalu, mendapat seragam batik dari sekolah berupa bahan. Sebenarnya dari sekolah sudah menyediakan penjahit, jadi tinggal diukur. Pengalaman tahun sebelumnya hasil jahitan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Baju kedodoran dan rok malah melebar dan kurang panjang. Terpaksa baju pun dibawa ke tukang permak untuk dipaskan dengan badan. 

Tidak mau terulang kejadian yang sama, bahan batik diambil dan dibawa ke penjahit langganan sejak tahun 2002. Penjahit yang sudah tahu selera model bajunya. Ukuran juga bisa pas di badan. Ternyata, tiga hari kemudian sekitar jam 10 malam japri kalau bajunya sudah jadi. Cepat sekali, mungkin lagi sepi ternyata mengutamakan dijahit dulu. 

Sekitar jam 1 siang mengajak suami untuk mengambil jahitan sekalian belanja keperluan sekolah yang cukup banyak. Dengan semangat, suami pun menyuruh untuk menyetir mobil sekalian. Katanya biar tambah lancar. 

Mengingat jalan yang sempit dan harus belok berapa kali,  bolak balik menolak untuk menyetir mobil. Ditambah pengguna jalan rame karena melewati pasar. Dengan selalu meyakinkan, suami pun tetap bersikeras untuk memaksa tetap menyetir.

Pikiran yang tegang, nafas yang sering tertahan, dan detak jantung yang tidak beraturan berulang kali dialami. Pengin rasanya menangis sekeras-kerasnya. Membayangkan di luar mobil, orang-orang jengkel mengikuti jalannya mobil yang pelan. Suami yang sabar tapi tidak punya perasaan. Menyiksa istrinya sendiri meskipun cuma 10 menit. 

Dengan tersenyum lebar, menghibur sang istri yang wajahnya sudah tak beraturan. Pujian yang keluar dengan manisnya tak dihiraukan. Istriku hebat, bisa melewati jalan sempit dan belokan. Kesal dan pengin menangis itu yang dirasakan. Mikir kopling, gas, dan rem pun kadang jadi hilang. 

Belajar menyetir memang butuh mental yang bagus, bukan mental krupuk. Semoga tidak kapok lagi, karena ulah suami badan jadi pegal pegal. Terlalu memaksakan. 

Bumiayu, 29 Oktober 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IHT Pengembangan Modul Ajar yang Mengintegrasikan Visi Misi Sekolah

IHT Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artificial Bagi Guru di SMA N 1 Paguyangan

Pembelajaran Daring Yang Efektif