Tradisi Sebelum Lebaran
Oleh : Milati Masruroh
Puasa di bulan ramadhan sudah memasuki hari yang ke delapan belas. Tanpa terasa sudah terbiasa menahan lapar dan dahaga. Kaya anak-anak saja kalau siang masih mengeluh lapar, haus, dan malas ngapa-ngapain.
H-12 menuju lebaran. Dari sejak kecil, lebaran itu identik dengan baju baru. Apalagi anak-anak, yang dewasa pun tak mau ketinggalan pakai baju baru. Pokoknya semua yang menempel di badan itu serba baru.
Di tahun-tahun sebelumnya, sebelum puasa di bulan ramadhan, sudah dipastikan pusat perbelanjaan penuh dengan orang yang berbelanja baju baru. Supermarket apalagi, untuk membeli THRan sampai beberapa keranjang. Bahkan antrian di kasir bisa berjam-jam.
Apakah sekarang masih seperti itu? Mall yang biasanya ramai tampak lengang. Hanya terlihat beberapa orang yang bermasker. Bukan hanya karena efek si covid 19. Belanja online lebih dimudahkan. Tinggal klik belanja kemudian transfer, selang beberapa hari barang datang ke rumah.
Menjelang lebaran, banyak pedagang online dadakan. Cukup ngeshare baju-baju model terbaru di status. Tidak perlu modal banyak juga, paling modal kuota yang paling utama. Tinggal duduk manis, cukup pencat pencet HP.
Ternyata tidak cuma bajunya yang baru, mukena juga banyak yang baru. Dengan berbagai model bunga, brokat, dan juga gambar karakter untuk mukena anak-anak. Warna mukena putih polos yang menggambarkan kesucian mulai ditinggalkan. Lebih banyak yang memakai mukena bermotif dengan warna biru, orange, merah, coklat, dan abu-abu. Tergantung selera masing-masing.
Baik baju maupun mukena tersedia dari harga termurah sampai termahal tergantung status sosial masyarakat. Tapi... jangan salah dengan jaman sekarang. Dengan kemudahan membayar secara kredit, mukena dengan harga ratusan ribu hampir satu juta bisa berada di genggaman tangan. Gengsi... itu katanya. Jangan kalah sama tetangga sebelah yang tiap hari selama lebaran selalu pakai baju baru. Yah... sudah bukan sesuatu yang aneh. Meskipun tidak punya uang demi sebuah gengsi akan diada-adakan apapun caranya.
Apakah cukup baju dan mukena baru yang harus dipersiapkan saat lebaran? Ternyata tidak... masih ada yang kurang kalau tidak ada kue-kue khas lebaran. Kue putri salju, nastar, dahlia. Banyak pedagang kue dadakan juga yang mempromosikan di status. Semua teman sendiri yang buat. Tapi bisa buat alasan untuk menolak tawaran teman.
Mungkin pedagang-pedagang itu lupa kalau lebaran tahun ini beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sholat tarawih dan sholat jumat saja tidak diperbolehkan. Kemungkinan sholat idul fitri pun juga ditiadakan di masjid. Sedih pasti. Tidak boleh bersalam-salaman apalagi sungkeman.
Dengan situasi dan kondisi yang semakin sempit ruang geraknya, apakah masih memikirkan baju baru, hijab baru, sepatu baru, tas dan dompet juga baru. Kembali ke individu masing-masing.
Alangkah bijaknya memikirkan terlebih dahulu kewajiban zakat yang harus dikeluarkan. Karena banyak yang beranggapan merasa miskin saat harus mengeluarkan zakat, tapi merasa kaya saat berlomba-lomba membelanjakan pakaian baru.
Memakai baju baru sah-sah saja asalkan tidak berlebihan. Karena tradisi tidak bisa dihilangkan. Semoga bisa merayakan hari kemenangan itu. Dan covid 19 segera berlalu, sehingga suasana lebaran akan seperti tahun sebelumnya. Bisa berkumpul dan bersilaturahmi dengan semua anggota keluarga besar untuk merayakan hari kemenangan.
Bumiayu, 11 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar