Tertawa Dalam Sepi

 Oleh : Milati Masruroh

Hidup bermasyarakat sudah pasti akan bergaul dengan banyak orang. Dari kalangan ibu rumah tangga, petani, pedagang, guru,  dan pejabat akan berbaur menjadi satu. Kecuali di asrama polisi atau asrama angkatan, semuanya berlatar belakang polisi atau pun angkatan.

Dari berbagai kalangan itu, akan ada timbal balik antarwarga masyarakat. Kalau semuanya bekerja tentunya saat pagi menjelang sore, suasana akan sepi. Rumah-rumah tertutup rapat bak tak ada penghuni. Dengan adanya pedagang yang membuka toko atau warung meskipun kecil, suasana akan lebih hangat. Paling tidak rumah-rumah sekitarnya ada yang ikut menjaga meskipun tidak 24 jam.

Berada di tengah-tengah masyarakat, jika tidak bisa menyesuaikan diri pastilah akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam hidup. Antara kebencian dan kebersamaan akan sulit dibedakan.

Hidup dalam masyarakat ada istilah sawang sinawang. Yang kelihatannya kaya belum tentu bahagia, yang kelihatannya tidak mampu belum tentu sengsara juga. Tergantung dari karakter masing-masing orang. Orang yang punya penyakit hati dendam dan iri, pasti akan sedih saat melihat orang lain bahagia. Sebaliknya akan bahagia, saat melihat orang sedih, galau, dan berduka.

Hidup hanya sekali, harus disyukuri dengan cara menikmati. Bahagia tidak perlu ditunjukkan dengan tertawa di depan orang-orang yang sedih. Seperti pepatah jangan menceritakan pasangan dengan orang yang belum memiliki pasangan, jangan menceritakan nyamannya naik kendaraan dengan orang yang hanya memiliki sepeda, Jangan menceritakan makan enak dengan orang yang sakit.

Apalagi dalam situasi yang tidak diinginkan ini. Banyak pekerja dirumahkan, sedangkan kebutuhan akan datangnya hari raya pastilah lumayan besar. Makanya saat seseorang masih berperilaku berlebihan dan tidak sepantasnya, pastilah akan mendapatkan cibiran sana sini. Ibarat tertawa di atas penderitaan orang lain.

Mengimbangi dengan kesederhanaan pastilah akan lebih baik. Tidaklah etis, saat seseorang tertawa karena bangga bisa makan enak, bisa jalan-jalan, sementara tetangga menangis karena memikirkan esok makan apa tidak. Harus disyukuri karena Allah masih memberikan  rizqi yang besar. Sementara ini tertawalah dalam hati saat bahagia, hanya semata-mata untuk menghormati dan menghargai orang lain yang ada di sekitarnya.

Bumiayu, 21 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IHT Pengembangan Modul Ajar yang Mengintegrasikan Visi Misi Sekolah

IHT Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artificial Bagi Guru di SMA N 1 Paguyangan

Pembelajaran Daring Yang Efektif