Puasa Pertama Jagoan Kecilku
Oleh : Milati Masruroh
Bulan Ramadhan telah tiba. Alhamdulillah rasa syukur selalu dipanjatkan bisa bertemu lagi dengan bulan suci yang penuh rahmat di tahun ini. Meskipun suasana berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak mengurangi rasa bahagia untuk menjalankan ibadah puasa.
Ramadhan memang bulan yang istimewa. Terutama bagi anak-anak. Sebulan sebelum bulan ini hadir, anak-anak serasa tidak sabar untuk menunggu kedatangannya. Rencana-rencana sudah ada dalam angan-angan di bulan suci ini. Dari ngabuburit, bermain petasan, jalan-jalan pagi.
Suasana ramadhan di desa sangat beda jauh dengan di kota. Dan ramadhan kali ini, pertama kalinya jagoan kecilku yang baru berumur 6 tahun belajar berpuasa. Tidak memaksa tapi sedikit memaksa dengan memberi pengertian tentang kewajiban berpuasa.
Berawal dari sholat tarawih di malam pertama. Jagoanku yang tak sabar ingin berjamaah di mushola yang berada dekat rumah harus menanggung kecewa. Karena ada himbauan tarawih harus di rumah. Begitu adzan Isya berkumandang, segera disiapkan sajadah untuk sholat tarawih berjamaah di rumah. Beda rasanya, jagoan-jagoanku pun mengeluh. Gak betah dan gak seru katanya.
Gema tadarus pun tampak terdengar dari masjid desa sebelah. Jagoanku keluar rumah menyambut malam pertama ramadhan dengan bersorak sorai. Melupakan suasana tarawih di rumah yang hambar. Namanya masih anak-anak, dibiarkan saja untuk menikmatinya.
Jarum jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Jagoan-jagoanku belum tampak batang hidungnya. Mulai gelisah membayangkan susahnya dibangunkan saat saur besok pagi. Sayup-sayup terdengar langkah lari dari depan rumah. Benar saja, kedua jagoanku telah pulang dengan baju basah kuyup kena keringat.
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh, semakin malam tidurnya semakin susah untuk dibangunkan. Dengan memaksa, jagoan-jagoanpun langsung mencuci kedua kakinya dan sebagian tubuhnya. Dan segera menuju ke kamar untuk segera tidur.
Benar saja, untuk membangunkan butuh waktu sampai setengah jam. Antara pengin saur dengan kantuk yang tak tertahankan. Setengah jam pula membangunkan dengan merayu-rayu jagoan kecilku. Kesabaran yang diuji. Dengan wajah yang cemberut akhirnya jagoan kecilku mau saur juga meski hanya dua kali disuapi.
Satu jam kemudian dari luar terdengar ramainya suara teman-temannya memanggil nama kakaknya. Dengan wajah sumringah langsung melejit ke depan rumah seperti anak panah lepas dari busurnya. Sambil tergopoh-gopoh masuk ke rumah lagi untuk ambil sarung. Dan secepat kilat pula, langsung berlari keluar rumah.
Mentari sudah tersenyum menyapa pagi, jagoan kecilku tersenyum sambil bercerita kalau lupa makan jajan, tapi sudah dibuang. Katanya lupa kalau lagi puasa. Sejam kemudian, tampak jagoanku ke belakang dan membuka pintu kulkas. Begitu diingatkan, cuma senyum mengembang jawabannya. Haduh, lupa lagi kalau lagi puasa.
Tepat jam sepuluh, jagoan kecilku tampak cemberut. Sudah bisa diduga, bukan lapar yang jadi masalah tapi dahaga yang membutuhkan setetes air. Dengan berat hati pun akhirnya harus diikhlaskan untuk berbuka puasa.
Belajar berpuasa memang harus ditanamkan sejak dini. Meskipun baru sampai jam sepuluh paling tidak bertahap untuk bisa berpuasa sehari penuh. Masa kecilnya memang penuh dengan cerita. Cerita layaknya anak-anak desa.
Bumiayu, 25 April 2020
Komentar
Posting Komentar