Pikiran yang Membingungkan
Oleh : Milati Masruroh
Bagi penulis pemula, menulis itu tidak bisa dipaksakan. Menunggu saat yang tepat untuk memunculkan suatu ide. Ide menulis yang menarik menurut dirinya sendiri.
Malam yang lengang, terdengar suara jangkrik di pinggir rumah. Mata tak kunjung mengantuk sedangkan jarum jam terus berputar menuju ke angka 12. Akan segera berganti hari.
Pikiran pun bekerja keras untuk mencari kemana ide yang menghilang itu. Berusaha membuka memory di ingatan, saat beraktivitas di sekolah, saat di rumah, saat kuliah, saat masih sendiri, saat sudah berkeluarga, saat punya anak satu, saat punya anak dua.
Ide oh ide... kata om jay "tulislah yang tidak penting menjadi penting".
Sebenarnya terbersit di pikiran tentang kisah cinta, saat pertama mengenal seseorang yang spesial di hati. Tapi, imbasnya gak enak di hati. Karena seperti membuka luka lama. Luka yang tidak pernah kering. Tapi selalu dirahasiakan karena sebuah privacy.
Terbesit juga menulis tentang seseorang yang punya muka depan dan belakang alias bermuka dua. Tapi, baper jadinya. Karena orang-orang seperti itu selalu menyakiti perasaan. Dengan mudahnya menceritakan kejelekan masing-masing orang yang akhirnya berakhir dengan perselisihan.
Ingat kata pak Emcho juga, tulisan yang dianggap sampah. Padahal sampah itu calon kompos yang akan bermanfaat untuk tanaman. Sampah? Pikiran langsung melayang ke TPA, banyak para pemulung yang sukses berawal dari mengumpulkan sampah. Tapi apanya yang harus ditulis. Mungkin efek orang eksak yang tidak suka basa basi. Tidak suka muter-muter kalau menjelaskan.
Menulis itu berat kalau cuma dipikir tapi tidak dituangkan atau ditulis. Melebihi beratnya mikir besok mau masak apa buat anak-anak dan suami.
Bumiayu, 22 April 2020
Komentar
Posting Komentar