Memikirkan yang Tidak Penting

Oleh : Milati Masruroh

Menumbuhkan semangat untuk menulis butuh perjuangan bagi penulis pemula. Bukan karena kesibukan atau rutinitas setiap hari yang tidak pernah berakhir. Tetapi melawan kemalasan otak yang diajak untuk berpikir. Semua serba dipikir, sampai sesuatu yang sebenarnya tidak penting ikutan dipikir. Anehnya, justru sampai menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk memikirkannya. 

Sesuatu yang tidak penting itu banyak, hanya masing-masing individu yang mengerti. Apakah itu sia-sia? Mungkin bisa jadi iya, karena hanya membuang waktu untuk sesuatu yang tidak penting. Manusia yang normal pasti mikir. Memikirkan duniawi atau akhirat? Dikembalikan ke masing-masing individu. 

Ketidakpuasan dalam hidup seringkali menuntut seseorang untuk berpikir keras dalam mencapai keinginannya. Berbagai cara ditempuh sebagai bentuk tantangan hidup. Bisa dibilang ambisi. Wajar saja, orang yang melihat atau mengamati pasti hanya mengira susah dibuat sendiri. Apalagi cuma sebentar di dunia ini kok dibuat repot. Itu anggapan orang yang menikmati hidup apa adanya. Prinsipnya ada ya syukur kalau ga ada ya sudah.

Saat seseorang bersua dengan orang yang satu pemikiran, pembicaraan akan nyambung dan berlanjut. Tetapi, jika bertemu dengan orang yang beda pemikiran apalagi prinsip jelas pembicaraan tidak akan nyambung. Yang ada muncul konflik di antara keduanya. Di belakang saling menghujat dan tidak menutup kemungkinan akan saling menjatuhkan.

Usia tidak menjamin kedewasaan seseorang dalam menghadapi setiap masalah. Ada yang menghadapinya dengan sabar, tapi ada juga yang langsung menerima mentah-mentah. Emosi diutamakan, bukan memikirkan jalan keluar terbaik. 

Ada istilah, semakin banyak masalah maka semakin bijak orang menghadapinya seiring dengan bertambahnya usia. Semoga  dengan bertambahnya usia juga akan semakin bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Hidup cuma sekali, sungguh akan indah jika bisa memberi manfaat untuk orang lain.

Bumiayu, 28 November 2020