Lelah Yang Tak Terlihat
Oleh : Milati Masruroh
Seperti biasanya jam 6 pagi sudah harus berangkat ke sekolah. Takut terlambat, kecepatan motor pun ditambah. Apalagi tronton-tronton cukup rame dan sulit untuk disalip karena banyak jalan yang menikung.
Begitu sampai sekolah, istirahat 15 menit terus menuju ke masjid untuk sholat dhuha. Beberapa pekerjaan sudah siap mengantri untuk diselesaikan.
Laporan keuangan yang sudah dibuat semalam segera dirapikan untuk segera ditandatangani dan digandakan. Satu pekerjaan selesai, lanjut mengerjakan kelengkapan persiapan pengajuan PAK. Cukup satu jam, lanjut menyiapkan materi dan tugas daring.
Terdengar adzan dhuhur, segera melangkahkan kaki ke masjid sekolah untuk sholat dhuhur berjamaah. Mata juga sudah cukup lelah setelah sekian jam di depan laptop.
Panas yang menyengat, dan perut yang keroncongan minta diisi dengan lahap segera menikmati semangkuk mie ayam. Di sekolah itu makanan apa saja terasa enak, apalagi kantin-kantin sekolah tutup semua. Jadi harus mencari di luar sekolah.
Menunggu finger print pada pukul setengah empat terasa cukup lama. Mau dilanjut menyelesaikan pekerjaan, mata sudah lelah di depan laptop.
Sambil menunggu waktu pulang, segera menuju ke masjid lagi untuk sholat ashar berjamaah. Waktu pulang segera tiba, dan menuju ke lobi untuk finger print. Dan seperti biasanya, untuk pulang lebih santai mengendarai sepeda motor. Hampir satu jam perjalanan, akhirnya tiba di rumah. Pinggang terasa panas, dan badan pun terasa loyo. Bersyukur tidak turun hujan.
Lelah badan pun tidak memungkinkan untuk memasak di rumah. Mau mampir ke rumah makan dan membeli lauknya saja tak jadi. Bakda magrib, pak Su segera membelikan 2 nasi padang. Untuk dodil hanya mau makan mie instan yang dibuatkan pak Su.
Mata ini pun rasanya sudah tak sanggup untuk diajak bekerja lagi. Mata yang lelah, yang sudah menuntut untuk segera istirahat.
Bumiayu, 14 Oktober 2020
Komentar
Posting Komentar