Kesurupan Massal di Sekolah
Oleh : Milati Masruroh
Mengabdi di sebuah sekolah sejak berdirinya memiliki banyak cerita. Istilahnya babat alas, dari yang hanya memiliki 4 ruang kelas dan dua bengkel untuk 4 jurusan waktu itu hingga memiliki puluhan ruang kelas dan juga fasilitas lain yang memadai dengan tujuh kompetensi keahlian.
Gedung sekolah yang letaknya di sebuah perbukitan, membuat gedung-gedungnya juga bak villa. Banyak tangga dimana-mana. Beberapa tamu yang datang banyak yang mengeluh karena kecapekan harus menaiki tangga. Tidak nyaman saat harus memakai sepatu berhak tinggi. Sepatu lepek menjadi pilihan para guru yang kesannya menjadi terlalu santai.
Jumlah siswa yang selalu bertambah dari tahun ke tahun menuntut pembuatan gedung-gedung baru seperti ruang kelas. Mendengar cerita masyarakat sekitar sekolah, konon kabarnya waktu jaman DI/TII menjadi tempat pembunuhan dan pemakaman massal. Bagi orang yang memiliki indera keenam sering melihat kejadian-kejadian di luar nalar manusia. Puncaknya saat ada pengeprasan tanah di bagian atas terjadi kesurupan massal dari siswa.
Saat upacara bendera, tiba-tiba dihentikan saat pembina upacara menyampaikan amanat. Tujuh siswi tiba-tiba teriak dan mengacaukan jalannya upacara. Pembina upacara yang waktu itu guru bukan kepala sekolah, hanya diam bingung tidak tahu harus bagaimana. Karena semua peserta upacara fokus dengan siswi yang kesurupan.
Tidak hanya kesurupan, guru juga menjadi sedikit terganggu saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, salah satu siswi bilang kalau di belakang guru ada makhluk aneh. Takut dan khawatir berusaha ditutupi karena akan mengganggu siswa yang lainnya.
Memang ada-ada saja ulah para siswi yang mengalami kesurupan. Teriak-teriak kencang, mengajak siswi lainnya yang akhirnya kesurupan juga. Kesurupan massal yang membuat kewalahan para guru.
Bumiayu, 13 Desember 2020
Komentar
Posting Komentar