Kerinduan Adik Yang Tertahan

 Oleh : Milati Masruroh

Sudah sebulan lebih tak bertemu dengan sang kakak di pesantren. Bukannya tak mau menjenguk, tapi aturan dari pesantren yang memutus akses antara wali santri dengan santri untuk bertatap muka langsung. Angka penderita covid 19 yang meningkat tajam, membuat semua jadi khawatir. Hanya lewat handphone wali asrama kerinduan sedikit terobati.

Sering dilanda kekhawatiran berlebihan, mengingat sang kakak termasuk anak yang manja kalau di rumah. Apalagi kalau ditinggal seharian, pulang ke rumah sudah pasti disambut dengan wajah yang cemberut. Pengin makan, mandi, sampai tidur harus ditemenin. 

Kecemburuan pada sang adik juga sering dilampiaskan dengan kemarahan. Tidak peduli adiknya menangis. Beruntung sang adik mengerti dan memahami sifat sang kakak. Jadi lebih sering mengalah meskipun pada akhirnya menangis sedih. Sama-sama masih kecil dan belum mengerti. Padahal usianya hanya selisih lima tahun.

Begitu sang kakak ke pesantren, sang adik ternyata merasa kehilangan. Setiap hari yang selalu ada keributan, tiba-tiba menjadi sepi. Gak ada teman bermain dan bercanda sebelum tidur.

Saat kerinduan datang,  sang adik sering ngajak ngobrol lewat foto yang dikirim wali santri. Raut sumringah terlihat dari wajah polosnya, saat melihat video sang kakak yang diposting di grup wali santri. Tanpa disadari, sang adik pun histeris memanggil sang kakak. Tersenyum bahagia dan lega bisa ketemu meskipun cuma lewat video.

Tanpa terasa sudah hampir satu semester di pesantren. Perjuangan yang sama-sama berat saat harus menahan kerinduan. Tak jarang air mata mengalir tanpa bisa dibendung. Sang anak manja yang kini telah mandiri. Hanya doa yang bisa diucapkan, semoga menjadi anak yang pintar, soleh, dan menjadi anak yang membahagiakan kedua orang tua. Doa ibu yang tak pernah terhenti di kala malam hari, disaat orang-orang masih tertidur lelap.

Bumiayu, 1 November 2020