Kendala Mapel Produktif di Masa Pandemi
Oleh : Milati Masruroh
Beratnya menjaga komitmen tidak semudah saat mengucapkannya. Komitmen untuk menulis setiap hari dari apa yang dirasakan, dipikir, dan dilihat. Bagaimanapun pikiran ini tidak hanya fokus dalam satu kegiatan. Tapi banyak kegiatan yang juga harus diselesaikan.
Pekerjaan guru memang sepertinya mudah. Hanya mengajar di kelas, tidak capek. Itu kata orang yang bukan guru. Kalau hanya mengajar satu kelas mungkin seperti itu. Di tingkat SMK minimal 24 jam untuk mengajar, kalau 2 jam tiap minggunya berarti ada 12 kelas. Seandainya mengajar 25 jam untuk 5 kelas berarti setiap pertemuannya ada 5 jam berturut-turut. Tiap jam waktunya 45 menit.
Bagi guru produktif, 5 jam pelajaran itu bukan waktu yang lama. Karena ada waktu untuk praktek. Jadi tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Dan siswa sangat antusias sekali kalau berada di bengkel. Apalagi siswa kelas X yang baru menggunakan baju praktek atau wearpack. Ada kebanggaan saat memakai baju kebesaran mapel produktif. Kesannya santai di bengkel, dan siswa lebih banyak menggunakan tenaga ketimbang harus duduk manis di kursi.
Mapel produktif di masa pandemi ini, mengalami banyak kendala. Karena belum diijinkan untuk tatap muka harus lewat daring. Padahal, untuk uji kompetensi harus ada bimbingan langsung dari para guru untuk menjelaskan secara langsung dengan praktik. Memang dilema, setiap guru dipaksakan untuk membuat nilai yang dasarnya hanya dari tugas yang dikumpulkan, dan penilaian harian yang juga dikerjakan seadanya. Positif saja sama siswa.
Pembelajaran secara daring dengan menggunakan aplikasi ms 365 atau teams sudah berjalan tanpa kendala. Semua guru dan siswa sudah tidak mengalami kesulitan lagi. Semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Bumiayu, 27 Oktober 2020
Komentar
Posting Komentar