Hidup Senikmat Minum Kopi

Oleh : Milati Masruroh

Setiap hari beraktivitas, WFH maupun WFO tetap sama saja sepertinya. Berkutat dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Pekerjaan rumah maupun pekerjaan sekolah yang bergantian untuk dikerjakan.Kesibukan yang sebenarnya merupakan rutinitas, tapi dianggap berlebihan. Kalau dinikmati dan dikerjakan, faktanya juga selesai.

Kecapekan, kelelahan, dan kepenatan  yang masih satu  saudara menuntut tubuh untuk beristirahat. Tapi apa daya, tuntutan pekerjaan juga sering mengabaikannya. Sering lupa waktu dan juga lupa makan. Tidak hanya tubuh yang dipaksa untuk bekerja seperti kerja rodi, mata juga dipaksa untuk melihat di depan laptop sampai 10 jam non stop. 

Kekuatan tubuh untuk beraktivitas tidak lepas dari peran otak yang mempunyai mindset kekuatan tubuh seperti kekuatan samson anak betawi. Tapi apa mungkin sebegitu kuat kekuatan tubuhnya? Sebenarnya mata pun sudah memberi aba-aba, bulu mata yang fungsinya untuk menahan debu atau kotoran yang masuk terasa sangat berat dan menarik mata bagian atas untuk menutup mata. Seandainya mata bisa bicara, maka akan protes sama yang punya mata kalau ia lelah dan sangat lelah. 

Hanya segelas kopi yang menarik perhatian, untuk makan dan ngemil tak masuk kriteria. Segelas kopi panas sampai dingin setia menemani. Rasanya nikmat tiada tara, saraf-saraf yang sudah lemah terasa semangat lagi untuk diajak bekerja. Mata yang sempat terpejam juga langsung terbelalak seperti melihat singa yang siap menerkam. Memang peran kopi itu luar biasa, mampu mengubah segalanya yang biasa menjadi luar biasa. Minuman untuk semua kalangan dari bayi sampai orang tua, dari si miskin dan juga si kaya, dari pengangguran dan juga para pekerja bahkan pejabat.

Berbagai jenis kopi tersedia di kafe-kafe, tinggal pilih jenis kopi pilihan sesuai selera. Menemani ngobrol santai dengan teman-teman pelipur lara. Berbahagialah yang tidak ada pantangan untuk minum kopi. Katanya nikmatnya dunia senikmat minum kopi meskipun rasanya pahit.

 Bumiayu, 7 Oktober 2020