Damainya Suasana Desa
Oleh : Milati Masruroh
Hidup di kampung identik dengan hidup sederhana. Hidup dengan apa adanya, jauh dari kata kemewahan. Meskipun beberapa orang harus rela meninggalkan kampung halaman menuju ke kota karena tuntutan sebuah pekerjaan.
Ada kerinduan yang pasti dirasakan. Kenangan masa kecil yang tak mungkin terulang dan tak mungkin terlupakan, meski suasananya penuh dengan keterbatasan.
Semilirnya angin yang berhembus, rindangnya pohon-pohon yang menjulang tinggi, cukup menyejukkan suasana di bawah teriknya matahari. Adem... membikin mata ini serasa pengin terpejam dan terlelap dalam tidur yang nyaman.
Anak-anak kecil pun bermain riang gembira dengan permainan ala pedesaan. Main kelereng, main layangan, petak umpet, dan sesekali bermain di bawah guyuran hujan yang cukup deras.
Burung-burung yang berkicau saling bersahutan menambah suasana pedesaan semakin kental. Conggeret pun bersahutan menyambut datangnya senja hari. Pada saat malam hari, suara jangkrik dan katak pun ramai bernyanyi.
Suara ayam jago yang bersautan seolah-olah mengisyaratkan kalau sang mentari akan segera terbit menyapa manusia dan makhluk lainnya. Agar manusia segera terbangun dan beraktifitas.
Saat pagi menyapa, secangkir teh tubruk masih setia ditemani pulennya sepiring ubi rebus. Begitu pun saat sore menghampiri, secangkir teh panas ditemani manisnya pisang rebus. Kesan yang sederhana tapi istimewa rasanya.
Hantaran sawah yang luas dan pegunungan yang menjulang tinggi. Keindahan dari sang maha pencipta yang maha sempurna.
Harus disyukuri dan dinikmati. Hidup di pedesaan bukan berarti kampungan. Bukan berarti gaptek. Tapi, bisa menyesuaikan dengan mengikuti perkembangan jaman dan juga perkembangan teknologi.
Sejauh tempat berada, setiap orang pasti akan kembali ke tempat kelahirannya. Tempat yang membesarkannya. Tempat yang menjadi saksi hidupnya. Tempat yang telah banyak membuat cerita hidupnya.
Bumiayu, 15 April 2020
Komentar
Posting Komentar