Berubah Lebih Baik
Oleh : Milati Masruroh
Menjadi tim kurikulum di sekolah ternyata tidak seringan yang dibayangkan. Menjadi tim pengembang kurikulum lebih banyak berinteraksi dengan guru-guru terutama untuk masalah administrasi guru. Harus punya telinga yang tebal.
Karakter guru yang berbeda-beda seringkali terjadi konflik yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Terutama untuk guru-guru muda.
Tim kurikulum yang memiliki tupoksi membantu Waka kurikulum bagi sebagian guru yang tidak tahu pasti dipandang sebelah mata. Hanya sekedar formalitas, tidak ada pekerjaan yang diselesaikan. Seperti menjadi musuh dalam selimut.
Menjadi bagian dari tim kurikulum bagi yang sudah tahu pekerjaannya dipastikan akan menolak. Karena tidak hanya menyelesaikan administrasi sekolah tetapi juga berkomunikasi dengan guru yang memiliki karakter berbeda-beda.
Disitulah permasalahan akan muncul. Di satu sisi harus menyiapkan perangkat administrasi guru, di sisi lain begitu sulitnya menagih administrasi guru. Seringkali kesabaran diuji dengan memberi kesempatan lagi.
Pekerjaan yang paling sulit saat harus menagih. Kesan tukang tagih memang sudah lama melekat. Padahal hanya karena tuntutan pekerjaan. Sampai sebagian guru yang malas sekalipun kalau sudah ada tagihan, sudah pasti langsung diselesaikan. Mungkin juga karena jiwa yang muda memberi kesan yang idealis dan ditakuti saat sudah menagih pekerjaan.
Semakin bertambahnya usia, semakin menyadari akan sesuatu yang kurang baik untuk orang lain. Kurang menghargai dan kurang menjaga perasaannya, karena yang penting amanat pekerjaan selesai.
Merubah kesan idealis pun perlahan-lahan mulai berubah. Apalagi sejak mengundurkan diri dari tim kurikulum. Lebih fokus ke siswa, dan punya kesempatan untuk mengembangkan diri. Berusaha lebih sabar saat menghadapi teman apalagi siswa. Toh untuk kebaikan.
Bumiayu, 9 Oktober 2020
Komentar
Posting Komentar