Akad Nikah di Hadapan Jazad Ibu
Oleh : Milati Masruroh
Umur, jodoh, dan rezeki setiap orang sudah diatur sama Allah SWT. Tidak ada yang tahu kapan akan dipanggil menghadap-Nya, siapa orang yang akan mendampinginya sampai akhir hayat, dan seberapa banyak rezeki yang akan diterima di dunia ini.
Di usianya yang masih tergolong muda, selepas SMP menikah dengan lelaki pilihan hatinya. Acara pun digelar dengan sederhana layaknya di desa. Tidak ada kesan mewah dan hanya dihadiri para tetangga dan sanak saudara.
Raut wajahnya tampak bahagia, karena akan segera mengakhiri masa sendirinya. Kebahagiaannya pun bertambah setelah lahir anak pertama dengan jenis kelamin laki-laki. Empat tahun kemudian, lahir kembali anak kedua dengan jenis kelamin yang sama. Begitu menginginkan anak perempuan, mencoba untuk hamil kembali. Sebuah nama pun sudah disiapkan. Tapi, siapa yang bisa menebak jenis kelamin anak yang dikandung waktu itu. Ke dokter saja tidak pernah, apalagi untuk USG. Harapannya memiliki anak perempuan pupus sudah. Anak ketiga lahir dengan jenis kelamin laki-laki lagi.
Wanita yang tidak mengenal lelah, sebagai ibu rumah tangga semua pekerjaan pun dilakukan demi membantu suaminya yang berjualan es keliling. Sampai sakit yang dideritanya pun tak kunjung dirasakan. Tidak ada orang yang tahu, kecuali suaminya sendiri.
Saat berobat ke dokter, benjolan yang ada di leher harus segera diangkat. Karena kekhawatirannya berlebihan, waktu operasi ditundanya. Begitu ke rumah sakit lagi, dokter menyarankan untuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Dan hasilnya, ada kista yang juga harus diambil. Berat sekali yang harus dihadapinya.
Kondisinya yang semakin menurun, operasi pengambilan kista segera dilakukan. Dan efek berikutnya, mata terindikasi terkena katarak. Melihat apapun sudah tidak jelas, penggunaan kaca mata juga ditolaknya karena malu.
Kini Allah SWT telah memanggilnya, di tengah-tengah kebahagian anak pertamanya yang menunggu waktu untuk menikah. Pernikahan yang telah direncanakan dengan matang di bulan Maret. Dengan terpaksa, pernikahannya pun diajukan di depan jenazah sang ibu yang telah terbujur kaku. Meskipun hanya pernikahan secara agama. Kesedihan yang mendalam, saat berjanji sehidup semati dengan calon pendamping hidupnya harus dilakukan dengan suasana yang sebaliknya.
Semoga husnul khotimah, diampuni segala dosanya, dan semua amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Selamat jalan teman...
Bumiayu, 6 November 2020
Komentar
Posting Komentar