Problematika Pembelajaran Daring

Oleh : Milati Masruroh

Pembelajaran di sekolah masih saja daring entah sampai kapan. Baru satu kali pertemuan tatap muka, sudah ada aturan harus daring lagi. Padahal sudah sesuai dengan protokol kesehatan. Siswa hanya seminggu sekali berangkat itu juga ada dua sesi. Sesi satu setengah jumlah siswa, sesi dua setengahnya lagi.  Masing-masing sesi hanya dua jam.

Bagi guru-guru produktif pembelajaran daring jelas tidak efektif. Karena pembelajaran ini, siswa lebih banyak praktik ketimbang teori. Seandainya siswa hanya diberi video pembelajaran, siswa tidak mungkin cepat menangkap materi yang diberikan oleh guru. Seperti pada mata pelajaran produktif TKRO, saat siswa melihat langsung alat-alatnya,siswa cenderung mudah mengingat. Apalagi langsung mempraktekkan di mobil. 

Pembelajaran daring jelas menjadi problem guru produktif TKRO. Pada saat semangat mengajar daring, ada beberapa siswa yang tidak juga absen di link yang sudah dibuat atau sekedar menjawab hadir di obrolan.

Dengan alasan tidak ada kuota yang merupakan alasan paling TOP. Padahal, kalau dicek kebenarannya kuota ada. Tapi waktu ditanyakan lagi jawabnya, kuota khusus chat. Kalau untuk melihat YouTube gak bisa. Ada saja alasan siswa-siswa yang sebenarnya malas mengikuti daring. Ada seribu alasan yang diungkapkan para siswa.

Itulah fakta pembelajaran daring di daerah pinggiran kota, yang tidak semua orang tua mampu membeli pulsa dan kuota dalam waktu seminggu sekali.

Bumiayu, 28 Agustus 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1