Gendu Rasa Wali Murid

Oleh: Milati Masruroh

Setiap hari mencari ide untuk bisa merangkai kata menjadi kalimat. Berusaha mengajak otak untuk mencari-cari ide yang belum muncul juga. Sepertinya terbawa suasana  luar rumah yang anginnya berhembus sangat kencang dan dinginnya sampai  menusuk tulang. Segelas wedang jahe instan diseduh untuk  sekedar menghangatkan badan.

Malam semakin larut, bulan pun tak seindah bulan purnama. Sudah menyesuaikan pembelajaran daring, jadi tidak terlalu diambil pusing dengan menyiapkan materi, memberi tugas, mengoreksi tugas, dan juga melaksanakan penilaian harian. Tidak mengeluh lagi karena capek atau siswa yang tidak daring. Semua dinikmati dan mengalir saja. Kalau dipikir-pikir percuma juga protes pembelajaran secara daring. Karena memang aturannya harus daring.

Siswa dengan keterbatasan ekonomi orang tua, tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti daring. Ada yang pinjam handphone orang tua, padahal bisa dipinjam saat sore sampai malam. Karena paginya dibawa kerja sama orang tua. Ada yang handphonenya hilang, dan orang tua belum bisa membelikannya lagi. Ada juga yang handphonenya sering ngehank karena memory internalnya sedikit. Bahkan para siswa ada yang bikin status, kuota habis dianggap alpa. Bagaimanapun, pembelajaran secara daring ini sebisa mungkin saling memahami. Apalagi kalau orang tua siswa sudah minta ke guru untuk memahami dan memaklumi keadaan ekonominya.

Dengan adanya bantuan dari pemerintah yang berupa kuota untuk para siswa, tentunya memberi harapan ke semua pihak pembelajaran daring ini akan berjalan lancar. Selancar pembelajaran dengan tatap muka. Itu harapannya, dan untuk faktanya biarlah waktu yang akan menjawab. Menjawab semua yang diharapkan.

Kalau dipikir lagi, dengan adanya bantuan kuota ini berarti wali murid pun harus siap mendampingi anak-anaknya mengerjakan tugas daring. Pasti mengeluh lagi ini wali murid, tugas semua mata pelajaran yang harus dikerjakan dan dikumpulkan. Makanya, bagi wali murid menjadi satu pekerjaan rumah yang paling berat. Apalagi, saat menyuruh anak-anaknya mengerjakan sudah dipastikan terjadi perang mulut antara wali murid dengan anak-anaknya. wali murid menginginkan anak-anaknya menyelesaikan tugas daring, tapi anak-anaknya santai dan seolah-olah itu bukan kewajibannya sebagai seorang siswa. Wali murid banyak yang mengeluh, anak-anak yang diberi tugas tapi wali murid yang direpotkan.

Itulah tulisan yang menggambarkan beratnya jadi wali murid dengan keterbatasan pengetahuan dan juga ekonomi demi anak-anaknya. Semoga keadaan segera normal kembali dengan pembelajaran tatap muka.

Bumiayu, 30 Agustus 2020



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter di SMA N 1 Paguyangan Kabupaten Brebes

SMAN 1 Paguyangan Meraih Juara 3 Lomba Best Practice Inovasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah

Sepenggal Kisah Kopdar RVL 1