Pembelajaran Daring
Hari ini pertama kalinya pembelajaran daring di sekolah. Semua siswa harus download aplikasi teams. Pengalaman pertama buat para siswa. Sebagai wali kelas, mendapat jadwal pembinaan di waktu pertama. Mencoba mempraktikan biar siswa juga paham saat pembelajaran berikutnya.
Meskipun pembelajaran daring ini ternyata banyak kendalanya. Ada yang kuotanya habis, signal jelek, dan kameranya bureng. Tapi, tetep berjalan dengan lancar. Pembelajaran daring ada juga yang menggunakan aplikasi google classroom, WAG, dan juga google meet. Semuanya serba online, dan semua siswa maupun guru harus melek IT.
Bingung itu wajar, karena baru pertama kalinya. Pembelajaran yang berakhir jam 2 siang ini cukup membuat siswa ramai di WAG kelas. Maklum, 4 bulan lebih tidak mengikuti pembelajaran tatap muka dan tanpa tugas.
Semuanya butuh proses, pro dan kontra itu pasti. Orang tua mengeluh karena harus ikut membantu anak-anaknya mengerjakan tugas, dan juga menyediakan kuota yang tidak sedikit. Begitu mudahnya protes ke guru yang dianggap seenaknya sendiri memberi tugas. Padahal kalau mau dijelaskan lumayan panjang ceritanya.
Menjadi guru pun kalau boleh memilih pasti akan memilih tatap muka. Berkomunikasi langsung sambil mengenal karakter masing-masing siswa. Kalau model pembelajarannya daring, pasti hanya akan mengandalkan nilai tugas dan penilaian harian. Nilai sikap hanya bisa diambil dari ketepatan waktu mengumpulkan tugas.
Mengajar dengan hati pun tidak mungkin bisa dilakukan. Komunikasi hanya sebatas di WAG kelas. Sangat tidak diharapkan. Berusaha berfikir positif, semua siswa pasti baik.
Semoga pandemi ini segera berakhir, karena mengajar daring lebih banyak merepotkan. Harus mengecek tugas sampai malam hari, seolah-olah betah sekali di depan laptop dan juga HP. Mata yang pegal sampai berair pun tak dihiraukan lagi. Semuanya harus berjalan, dan mengikuti aturan yang dikeluarkan dari sekolah.
Bumiayu, 20 Juli 2020

Komentar
Posting Komentar