Tulisan Menjelang Berganti Hari
Oleh : Milati Masruroh
Sudah lama ingin mengikuti pelatihan
PTK meskipun harus berbayar, tapi terkendala jarak yang jauh. Membuat PTK hanya ada dalam sebatas
angan. Pernah sekolah mengundang nara sumber untuk membahas PTK, tapi tidak
paham sama sekali cara membuatnya.
Mengawali pagi dengan membaca
tulisan-tulisan di grup RVL, dari tulisannya pak Slamet Widodo tentang sukses,
pak Ngainun Naim tentang rasa plong dari perjuangan untuk menulis seperti yang
sedang saya alami akhir-akhir ini.
Membaca selesai, teringat youtube
yang dishare pak Ngainun Naim, sambil memasak nasi goreng buat suami dan
anak-anak, telinga ini pun mendengarkan apa yang diobrolkan para
penulis-penulis handal. Sambil sekali-kali mata ini pun memperhatikan handphone,
saat ada pembicaraan yang disertai dengan canda tawa yang rame. Serasa ikut
terlibat dalam pembicaraan para penulis handal, ikut tertawa saat para penulis
handal ini saling membuka cerita lama. Cerita penolakan artikel sampai puluhan
kali dari kompas, dan merasa sudah terbiasa tercampakkan. Keren dan luar biasa
sekali.
Selesai melihat youtube pak dosen,
lanjut membaca tulisannya Bunda Kanjeng tentang batik yang ternyata punya makna
sendiri, dan juga tulisannya bunda Rita tentang optimalisasi potensi anak di
usia emas. Jadi merasa bersalah sering meninggalkan anak-anak karena ada
kewajiban yang lain.
Pekerjaan rumah dinomor duakan dan
segera membuka laptop untuk menyelesaikan tugas LK 3 pada pelatihan PTK. Target
sebelum jam 1 siang, LK 3 ini sudah selesai, ternyata persediaan buku tidak
mendukung untuk referensi pembuatan PTK. Di samping itu juga ada beberapa
materi yang belum paham, sehingga harus belajar sendiri via google. Jam 13.00
webinar pun dimulai, beruntung penjelasan LK3 dibahas lagi sehingga tidak
mengalami kebingungan tingkat dewa. Dan setelah webinar selesai, lanjut
mengerjakan LK 3 sampai jam sembilan malam. Perjuangan sekali untuk pemula yang
baru pertama kalinya membuat PTK.
Sebenarnya mungkin bisa copas dari PTK orang lain, tapi jelas itu bertentangan dengan hati nurani. Seolah merasa tidak ada artinya mengikuti pelatihan kalau tidak ada hasilnya. Meskipun belajarnya sampai berdarah-darah tapi tetap semangat. Paling tidak tugas LK3 selesai dan segera diupload. Seperti tulisannya pak Ngainun Naim tentang plong itu. Rasanya lega satu tugas selesai.
Sebenarnya sempat terbesit untuk tidak menulis, tapi mau tidur karena mata ini sudah lelah depan laptop berjam-jam. Tapi kok malu kalau tidak setor tulisan meskipun tulisannya tidak penting. Berusaha istiqomah saja dalam menulis, dan menjaga komitmen untuk menulis setiap hari.
Bumiayu, 30 Juni 2020
Membuat PTK itu mudah kok, Bu. Alhamdulillah, saya sudah bisa. Hehe
BalasHapusBisa belajar dr bapak ya...
HapusMari Sama-sama belajar, ibu. Hehe
HapusAlhamdulillah... Lega ya, Mbak Milla, kalau sudah setor tulisan.... Sama....
BalasHapusNggih bun...
HapusKt pak nain rasanya plong ...
Pintar pintarnya bagi waktu ya Bun, hayuk semangat
BalasHapusSelalu bersahabat dg waktu nggih bun...
HapusPantang menyerah...semangat terus bunda...dan bisa Plong pada waktunya
BalasHapusHa ha
Betul betul betulll...
HapusHihi
BalasHapusmenulislah setiap hari. Keren mampir. Cakinin.blogspot.com
Terima kasih pak...
HapusSemangat berbagi waktu BuMila
BalasHapus