Menulis Dalam Kepasrahan Pikiran Yang Buntu
Oleh : Milati Masruroh
Berusaha istiqomah
untuk menulis setiap hari sudah menjadi janji hati. Apapun tulisannya yang
penting enak untuk dibaca. Apapun kalimatnya yang penting nyambung dan bisa
menjadi satu paragraf. Nanti juga akan mengalir seperti air menjadi beberapa
paragraf.
Satu bulan pertama
merasa senang, tanpa kendala karena ide tiap hari muncul dan menghasilkan
sebuah tulisan. Tapi permasalahan muncul setelah menghasilkan lebih dari 40
tulisan. Ide tiba-tiba hilang entah kemana. Semua yang terjadi sudah tertuang
dalam bentuk tulisan. Dari masa kecil, masa sekolah, masa berkeluarga, sampai
kisah teman sendiri juga sudah.
Menghela nafas
panjang, haruskah janji hati ini
teringkari? Berarti termasuk pendusta. Itu bukan sesuatu yang mengenakkan hati.
Meskipun orang lain tidak tahu apa yang sedang dirasakan di hati seseorang.
Membaca tulisan orang
lain, itu salah satu usaha untuk memancing ide itu keluar dari benak pikiran.
Berharap seperti mendapat ikan secepatnya. Tapi hanya ikan kecil yang tidak
bisa dinikmati. Ikan kecil itu pun dilepas kembali dan masih berharap
mendapatkan ikan yang besar.
Haruskah berpedoman
pada prinsip bisa karena terpaksa? Menulis itu gampang. Betul... tapi kalau ada
ide yang mau ditulis. Idenya saja gak ada, apanya yang mau ditulis. Stres
sampai gak bisa tidur. Sampai lupa harus memikirkan dan mengerjakan setumpuk
tugas sekolah.
Terkadang terbesit
pengin terlepas dari hobi yang baru dijalani ini. Merepotkan diri sendiri,
sampai membuat tidur gak nyenyak. Tapi, hati kok menolak untuk melepaskan diri.
Seolah-olah hati menguatkan kalau ada usaha dengan belajar dan berlatih pasti
ada kemudahan.
Mencoba dan mencoba
lagi untuk melawan rasa putus asa. Bagi seorang penulis pemula wajar kalau
kehabisan ide. Penulis hebat saja katanya masih ada yang mengalaminya.
Benar-benar tertatih untuk bisa berlari menggapai impian dan harapan. Yang
penting berusaha dengan belajar, belajar, dan terus belajar.
Bumiayu, 20 Mei 2020
mantap
BalasHapusmasih belajar menulis bun...
HapusSemangat belajar, sudah kriuk ini
BalasHapusTerima kasih bun...
HapusKeren Bu tulisan nya..
BalasHapusBetul sekali
Saya juga merasakan sebagai penulis pemula.. 🙈😅
Mari tetap menjaga semangat untuk terus menulis... 😊😊
siap bun...
HapusSemua butuh proses...dan proses itu adalah perjuangan...berjuang mellek an,korban tenaga, pikiran ...eh tap jgn sampe korbankan kesehatan...
BalasHapusDan yg penting lg jgn korban perasaan. Hihi..
HapusSemangat bu, tetap menulis setiap hari..
BalasHapusInsya Allah bun...
HapusMantap.. Teruslah torehkan pena meskipun kadang audah tumpul... Artinya penanya perlu di serut kembali dengan membaca dan membaca... Semangat menikmati proses menjadi penulis...
BalasHapusSemangat
HapusKeren siap lnjutkan. Mampir k cakinin.blogspot.com
BalasHapusTerima kasih pak...
HapusMantap bu..
BalasHapusTerima kasih bun
HapusSemangat.....
BalasHapusHarus ...
Hapus