Literasi Di Daerah Pelosok Negeri
Oleh
: Milati Masruroh
Kuliah
online di Grup Belajar Menulis Gelombang 12 pada pertemuan kelima masih bertema
Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku dengan nara sumber bapak Agung Pardini yang
biasa disapa Guru Agung. Saat ini,
beliau bekerja di Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa dan sebagai Master Teacher
Sekolah Guru Indonesia. Kuliah online dimulai pada pukul 19.00 dengan moderator
ibu Fatimah S.Si. Pertemuan ini dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pemateri
dan sesi tanya jawab.
Kuliah
online pada pertemuan ini berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru
Agung memberi perspektif berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di
bidang pendidikan dan keguruan. Berdasarkan pengalaman bekerja di lembaga kemanusiaan
Dompet Dhuafa, beliau sudah terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang
mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah
keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini
memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana. Menurut beliau, guru
yang baik harus memiliki kemampuan menulis. Meskipun tidak harus dalam bentuk buku, bisa dalam
bentuk PTK atau jurnal penelitian, bisa cerpen atau puisi, bisa juga modul,
LKS, atau mungkin kumpulan bank soal. Guru
wajib literat, bahkan multiliterat apapun bentuk tulisannya. Kalau menulis buku
takut sendirian, maka bisa dibuat bareng-bareng.
Ada
beberapa kendala yang biasa dihadapi beliau, seperti gaya bahasa, penggunaan
komputer, listrik, dan ejaan yang (belum) disempurnakan. Untuk mengatasi
kendala yang dihadapi, salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan melakukan pendampingan dan
bimbingan selama kurang lebih setahun. Bukanlah tugas yang mudah, karenamembutuhkan
kesabaran dari para relawan. Setiap tahun lembaga ini mendapatkan donasi buku, walaupun
jumlahnya terbatas, tapi selalu mencoba untuk disalurkan ke beberapa daerah
pelosok.
Hampir semua buku-buku yang diterbitkan adalah buku antologi dari hasil menulis bareng-bareng. Biaya untuk percetakan ditanggung oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Buku-buku ini tidak diperjual belikan, namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan. Harapannya buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di daerah lain.
Ada beberapa buku dengan genre yang beda. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok. Buku tersebut berjudul “Kelana Guru 2 Musim” dan “Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku”. Dua buku tersebut bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri. Ada yang di kepulauan, ada yang di hutan dan pegunungan, dan ada yang di pelosok kampung. Pernah ada salah satu dari guru tersebut meninggal dalam tugas di penempatan. Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku salah satu buku yang berjudul Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku. Untuk mengenang beliau, akhirnya nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI, yaitu Jamilah Sampara Award.
Baca Juga : https://millaefendy.blogspot.com/2020/06/resume-kuliah-online-pertemuan-ketiga.html.
Dari
kebiasaan menulis jurnal harian ini, guru menjadi terlatih buat menulis. Di samping
itu, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca. Kalau tidak banyak membaca,
tidak mungkin banyak yang bakal menulis. Hal ini melatih kepekaan literasi
mereka. Makanya sering mengadakan acara bedah buku secara rutin. Acara bedah
buku ini ada yang harian, dan ada yang pekanan atau mingguan. Dalam proses
pembinaan guru di SGI, setiap pagi diadakan apel, dan yang bertugas sebagai
pembina apel adalah yang akan memberi kajian bedah buku. Selain bedah buku,
untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas
"Semangat Pagi". Yakni memberi motivasi secara bergantian, untuk
meningkatkan kepekaan literasi buat para guru. Menulis buat para guru adalah
lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya
diri.
Dalam berbisnis jualan buku inspirasi guru ini masih minim peminat, kecuali dalam bentuk semifiksi alias novel. Beliau menyarankan untuk para guru yang senang menulis buku seperti ini, sebaiknya model marketingnya lewat jaringan komunitas. Ini akan memudahkan penjualan.Di SGI, penjualan buku-buku para member difasilitasi untuk ditawarkan kepada sesama member. Dengan menawarkan pakai pre-order dulu, bukan ready stock. Sehingga pencetakan disesuaikan dengan pesanan. Untuk buku-buku yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa sendiri biasanya dibagikan secara gratis untuk para guru-guru lain. Sehingga gampang laku karena gratis.
Baca Juga : https://millaefendy.blogspot.com/2020/06/resume-kuliah-online-pertemuan-keempat.html.
Pada akhir pertemuan kelima kulian online,
beliau menyimpulkan bahwa :
1. Merangkai kata dalam
bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah, makanya mesti bersabar. Dan kalau mau
lancar menulis maka harus banyak membaca.
2. Mencoba menulis apa yang
sering dipikirkan, dilakukan, dan yang sering dikatakan. Untuk mencari idenya
membutuhkan teman diskusi, temen nongkrong setia, dan sebuah komunitas.
3. Untuk melatih ketajaman
pikiran dan memperhalus budi pekerti maka menulislah, Sehingga engkau
"ada".
Demikian resume kuliah online pertemuan
kelima di WAG Belajar Menulis Gelombang 12, yang berakhir pada pukul 21.12 WIB,
dengan nara sumber bapak Agung Pardini dan moderator Ibu Fatimah, S. Si.
Blognya bagus, isinya mantap, resume yg lengkap.
BalasHapusmasih belajar menulis bun...
Hapusmakasih bunda ...
Mantap bu...
BalasHapusSilakan juga berkunjung ke blog saya http://fahdyfuhed.blogspot.com/
terima kasih pak...
Hapuspenulis pemula yang masih belajar
Keren bu.. Lanjutkanlah
BalasHapusterima kasih bun....
HapusMantap bu...
BalasHapusTerima kasih bun...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMerangkai kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah....maka perlu sabar
BalasHapusBetul bun...
HapusPikiran jg mesti konsentrasi